"Jadi, kita akan memulai bisnis parfum juga."
"Ya, aku sudah membicarakannya dengan Tiana. Kita akan mengadakan rapat sebelum pergi ke pabrik dan--"
"Aromanya teh?"
"Hm?"
"Katakan padaku, sejak kapan kau minum teh dari mesin penjual otomatis seperti itu?"
"S-sejak ... hari ini."
Joanne tertawa dan menyimpan kertas yang tadi dia coret-coret di atas buku sketsa miliknya. Belakangan ini Joanne memang sedang kebanjiran ide-ide bagus di kepalanya. Itu pertanda bagus, dalam banyak hal.
Setelah melepaskan diri dari sketsa-sketsa itu, Joanne memutar kursi dan mengamatiku yang merebahkan diri di atas sofa. Aku menutup mata, tapi aku tahu Joanne sedang mengamatiku sambil meringis.
"Sharon meneleponku tadi. Soal ibumu."
Aku hanya mengangguk dan menjawab, "Aku sudah mengurusnya."
Dibantu oleh seorang turis yang kebetulan sedang berada di sana. Di antara ratusan ribu New Yorker sore itu, aku ditolong oleh pria asing itu. Sebuah kebetulan yang cukup aneh.
Phillip, Namaku Phillip.
"Solusinya adalah, mulailah melakukan apa yang dilakukan wanita karier seumuranmu di luar sana, Sel. Sewa apartemen, tinggallah sendiri, biarkan Ibumu dirawat oleh suster. Mereka tahu apa yang mereka lakukan untuk mengatasi masalah ibumu. Dan mereka berada di sisinya dua puluh empat kali tujuh."
"Aku tidak meminta saran, Jo. Kami baik-baik saja. Terima kasih." Aku membuka mata dan melirik gadis kurus berambut merah awut-awutan itu. "Jadi?"
Joanne berdiri, menari-nari dengan gerakan abstrak menunjuk pada beberapa arah.
"Jadi semuanya sudah siap. Model, beberapa desain yang harus dibawa dan semuanya siap untuk debut kita. Meski kita memiliki beberapa model yang sudah pernah berjalan di London Fashion Week tahun lalu atau tahun-tahun sebelum ini. Sisanya, akan tampil perdana seperti Gazella. Sesuai yang kau minta, My Artistic Director."
Gadis itu mengakhiri pertunjukkannya dengan menunduk penuh hormat padaku dan melipat sebelah tangannya di atas dada layaknya seorang pesulap yang baru mengakhiri pertunjukan. Setelah itu, ia kembali menatap layar laptopnya dan sibuk menggambar sesuatu di sana.
Joanne adalah adik kelas di sekolah fesyenku dulu. Menurutku, dia seorang jenius. Cara dia melihat berbagai paduan warna, membuat pola-pola berani, dipadukan dengan desainku yang simpel dan menonjolkan keeleganan, membuat karakter Gazella begitu berbeda. Aku selalu memastikan karierku tetap pada haluan, tapi aku akan mengakui, Gazella takkan berada di titik ini tanpa Joanne di sisiku. Kurasa, perempuan ini takkan berada di Gazella selamanya. Aku yakin, jauh dalam hatinya, ia menginginkan brand miliknya sendiri. dia akan menjadi seseorang yang besar di masa depan. Saat hari itu datang, aku yakin aku tidak akan siap melepaskan Joanne.
Joanne hanya belum siap untuk itu. Gadis itu sangat underrated. Kau takkan menyangka ia seorang yang hebat jika melihat bagaimana ia duduk dan melahap chips dari mejanya. Gadis itu seperti biasa, mukanya telanjang, tanpa make up, tanpa pelembab, tanpa tabir surya. Memakai kaus dan celana jeans pendek. Penampilan wajib ketika ia sedang bekerja di atas kertas-kertas sketsa dan di depan komputer.
Vice versa. Kau takkan mengenalinya ketika ia sedang berjalan di jalanan Paris, London, Milan atau Madrid ketika ia sedang melakukan penelitian untuk fesyen yang berkembang di berbagai kelas sosial. Dia akan menjadi gadis rambut merah paling stylish di jalanan dengan perpaduan pakaian yang menarik, warna yang berani dipadukan dengan tubuh tinggu dan wajah dinginnya itu. Sungguh palsu, Joanne adalah gadis yang hangat. Meski tetap saja, ia takkan repot-repot menghabiskan banyak waktunya untuk mewarnai wajah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Brown (COMPLETED)
RomanceGisela Brown tak pernah menyangka ia akan mengalami hal ini. Ia, seorang wanita berkulit hitam, Afrika-Amerika, sedang melihat seorang pria berkulit putih, tengah menatapnya hangat dan dramatis, dan berkata bahwa pria itu menginginkannya. Tidak, s...