"Kau kelihatan sangat marah, Nyonya Wenzel."
"Setelah Phillip menipuku seperti ini? Tentu, bagaimana aku tidak?" ucapku kesal sambil membersihkan piring dan peralatan makan lainnya yang kami gunakan pagi tadi.
"Mencekik gelas itu tidak akan membuatmu lebih lega, Nyonya," ucap Winston dengan nada tenang--yang terdengar seperti ejekan. "Bagaimana jika aku mengantarkanmu berbelanja di pusat kota? Seperti yang disarankan Yang Mulia Pangeran sebelum dia pergi."
"Tidak, karena DIA-lah yang harusnya menemaniku jika aku pergi berbelanja."
Mematikan keran dan bersandar di pinggiran westafel untuk memastikan tanganku tidak merusak sesuatu, aku mengatur napas--dan emosiku, sedapat mungkin. Aku menatap ke luar jendela. Langit sudah merah. Dan tidak ada tanda-tanda Phillip akan segera kembali. Kami di sini dalam bulan madu. Tapi di sinilah aku, ditinggalkan olehnya, sendirian. Mana bisa aku tidak merasa payah dan sendirian di titik ini?
Phillip pergi untuk menemui seseorang yang penting yang menghubunginya begitu kami memasukkan Fiamma dan Massimo kembali ke istal sore tadi. Telepon itu kelihatannya memang sangat darurat, mengingat bagaimana reaksi Phillip yang cukup tegang saat ia bicara di telepon itu. Setelah itu, Phillip segera bersiap-siap pergi sambil meminta maaf padaku karena dia lagi-lagi harus meninggalkanku karena urusan pekerjaan.
Phillip, kebohongan dan segala rahasianya. Lagu lama. Dia bilang, dia sudah menyelesaikan pekerjaannya sebelum kami pergi bulan madu.
Winston harusnya tahu, ia tidak perlu repot-repot menyembunyikan kenyataan bahwa Phillip memilih Milan untuk tujuan bulan madu kami hanyalah kedok semata dari pertemuan bisnis Phillip. Jika aku adalah wanita lain, mungkin aku akan marah dan mengamuk. Tapi sekali lagi, aku dulunya juga adalah seorang pebisnis. Aku tahu pertemuan-pertemuan seperti ini mungkin memang kadang terjadi dan Phillip tidak memiliki banyak pilihan. Namun bukan itu yang membuatku gusar. Bukan kenyataan bahwa Phillip lagi-lagi membohongiku. Oke, mungkin sedikit. Tapi ada hal lain yang lebih penting yang mencuri perhatianku.
"Winston?"
"Ya, Nyonya Wenzel?"
"Tidakkah kau harusnya pergi bersama Phillip daripada di sini bersamaku?"
Selama beberapa detik, aku dan Winston hanya saling bertukar pandang. Wajah kakunya kembali menggantikan wajah santai yang secara langka ia pasang di depanku beberapa waktu belakangan. Winston menangkap apa yang kupikirkan.
"Dia akan baik-baik saja."
"Kau dan aku melihat bagaimana pucat Phillip saat menerima panggilan itu sore tadi, Winston. Dan kurasa aku tidak perlu mengatakan apa pun lebih dari ini karena kau musti tahu apa yang sedang dilakukan Phillip di luar sana, bukan begitu?"
Tidak seperti diriku yang tidak mengetahui apa pun ini.
"Tugasku saat ini adalah untuk menjagamu selama dia pergi, Yang Mulia Putri."
"Tapi aku tidak perlu penjagaan." Philliplah yang membutuhkannya. Dialah yang memimpin kerajaan, dialah yang harusnya dilindungi. "Sebaiknya kaupergi sekarang sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi, Winston. Aku akan mengunci tiap pintu dan kaca sampai aku akan mati kehabisan oksigen, percayalah padaku. Aku akan baik-baik saja."
"Cara yang sangat aneh untuk membuatku pergi, Nyonya." Aku kaget Winston benar-benar menertawakan guyonan mengerikan yang ditularkan Phillip padaku. "Lagi pula, Anda bisa tenang. Easton bersamanya. Mengawasinya. Jika ada sesuatu yang terjadi, Easton akan segera menghubungiku."
Oh ya, benar juga. Phillip selalu menunjukkan pada dunia bahwa ia berada di bawah oleh Winston yang mengerikan ini. Tapi tidak ada yang tahu bahwa dibalik punggung Winston, Easton ada di balik komputer dan memantau semuanya agar tetap dalam kendali. Lalu ada seorang pengganggu datang, dan penjagaan itu harus terbagi. Pengganggu itu bernama Gisela. Lalu karena harus menuruti keinginan egois Gisela sialan itu, Phillip terpaksa harus keluar dari daerah kekuasaannya. Kemudian dia mendapatkan sebuah telepon yang kiranya bukan seseorang yang mengantar berita baik. Mungkin sebaliknya. Tidak ada yang tahu. Phillip, sang pemimpin negara, pergi sendirian, kuulangi, SENDIRIAN, untuk memastikan semuanya baik-baik saja. Dia meninggalkan penjagaan Winston demi Gisela. Demi aku!
![](https://img.wattpad.com/cover/167546114-288-k825479.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Brown (COMPLETED)
Roman d'amourGisela Brown tak pernah menyangka ia akan mengalami hal ini. Ia, seorang wanita berkulit hitam, Afrika-Amerika, sedang melihat seorang pria berkulit putih, tengah menatapnya hangat dan dramatis, dan berkata bahwa pria itu menginginkannya. Tidak, s...