65 - Hope

446 108 9
                                        

"Kau hidup," ucapku setengah berbisik pada diriku sendiri, takut, jika aku bersuara sosok itu akan menghilang dari hadapanku. "Kau masih hidup, Winston!"

Pria itu memakai pakaian rapi, dengan coat musim gugur. Rambut pirang nyaris putihnya berantakan di dan wajah putihnya memerah, sementara napasnya berderu. Mata birunya menatap ke arahku, kemudian ke arah Elliot, napasnya tercekat.

"Ya-yang Mulia," ucapnya terbata sambil berjalan ke arah kursi di sebelah ranjangku.

Beruntung, aku sudah membetulkan pakaianku saat mendengar pintu terbuka, dan Elliot tidak menangis saat aku melepaskan payudaraku dari bibirnya. Kupikir, Winston akan duduk di atas kursi. Namun ia menolak untuk duduk di atas kursi, malah menekuk sebelah kakinya di samping ranjang di sampingku dan menunduk. Aku memandang pria itu dengan perasaan campur aduk.

"Kemarilah," ujarku seraya meraihkan tanganku ke arahnya, "biar kulihat apa aku tidak sedang berhalusinasi."

"Yang Mulia Putri," panggilnya lagi dengan nada penuh penyesalan, seraya menyodorkan kepalanya ke arah tanganku.

Hangat. Gemetar. Kacau. Pria ini nyata.

Dia tidak mati.

"Maafkan aku meninggalkan Anda di tempat seperti ini, Yang Mulia Putri."

"Apa maksudmu tempat seperti ini? Kau tidak tahu betapa luar biasanya pengalaman yang kudapatkan di sini."

Kiranya, kalimatku itu tidak cukup baginya. Pria itu tidak menjawab. Dia masih menunduk, tidak bersedia untuk berdiri, atau duduk di atas kursi, atau bahkan sekadar mengangkat wajahnya untuk melihatku.

"Bagaimana kau bisa datang kemari?"

Winston tidak kunjung membuka bibirnya. Seakan ia tidak tahu harus bercerita dari mana.

"Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu sebelum aku menjelaskan ... semuanya?"

"Ya."

Kemudian dia kembali diam selama beberapa detik sebelum melanjutkan, "Apa kau pernah meragukan Yang Mulia Pangeran?"

Jantungku seakan berdegup sekali lebih keras setelah mendengarkan satu pertanyaan itu.

Meragukan Noah?

Aku selalu meragukannya.

Tapi kenapa dia mempertanyakan itu?

Sebelum aku bisa menjawabnya, Winston melanjutkan;

"Aku tidak pernah meragukan keputusan Yang Mulia. Sejak kami tumbuh besar bersama-sama. Aku tahu seberapa pandai dan luas pemikiran pria itu sejak ia masih kecil. Seakan aku tidak pernah melihat Phillip menunjukkan kebodohannya, seakan dia tidak pernah melakukan kebodohan dan kesia-siaan di masa remajanya, seakan dia selalu memastikan dirinya adalah pria yang paling bijak yang selalu mumpuni untuk mengambil keputusan terbaik bagi orang-orang sekitar yang bergantung padanya. Yang Mulia Pangeran selalu mengutamakan orang lain, mengutamakan negaranya, dari pada dirinya sendiri. Karena itu, aku dan Easton ...," ucap Winston diselangi dengan hening beberapa detik, kemudian kembali meneruskan, "... bersumpah untuk melindungi Yang Mulia Pangeran dengan nyawa kami dan melindungi misi mulia yang diembannya untuk negara kami."

Kesedihan di masa lalu, kenangan, kebahagiaan, kesengsaraan. Rasa itu tergambarkan samar di pandangan mata Winston yang lurus.

"Karena itu, aku juga sama sekali tidak meragukannya saat dia merencanakan apa pun itu bersama Para Bangsawan."

"Para Bangsawan?"

"Ya, mereka, orang-orang yang biasanya disebut-sebut sebagai mereka menguasai dunia dari balik layar. Para kaum petinggi yang semua identitasnya adalah rahasia. Mereka menyebut diri mereka secara anonim sebagai Para Bangsawan Dunia Baru. Apa yang mereka lakukan adalah merencakan semuanya untuk mengendalikan dunia dan seluruh kegiatan di dalamnya. Kau tahu, mereka tidak menunjukkan diri karena apa yang mereka lakukan bukanlah hal yang akan dianggap ideal bagi sosial. Karena itu, tidak ada yang tahu siapa mereka selain kalangan mereka sendiri. Bahkan hingga titik aku tidak tahu apa mereka benar-benar ada, karena mereka bisa memalsukan segala macam informasi. Satu yang kutahu pasti adalah ... beberapa tahun terakhir, Yang Mulia Pangeran bergabung bersama kelompok itu."

Miss Brown (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang