"Aku tidak percaya ini!"
"Tolong selamatkan telingaku dengan tidak berteriak, Yang Mulia."
"Tolong berhenti membuatku kelang kabut, Istriku."
"Berhenti marah-marah seperti itu, Phillip."
"Bagaimana aku tidak marah?" tanya Phillip sambil menghempaskan kepalan tangannya ke setir kala ia berkendara. "Aku baru saja menyelesaikan beberapa pekerjaan secepat yang kubisa, sejak pagi tadi, agar aku bisa segera menjemputmu dan membawa kita ke agenda penting yang sudah kita rencanakan. Menurutmu apa yang aku rasakan ketika aku datang dan melihat Angela sudah ada di ruanganmu untuk membuatmu menangis."
"Untuk kesekian kalinya, Phillip! Itu adalah air mata haru!"
"Aku akan membuat perhitungan dengan perempuan itu!"
"PHILLIP! Bagaimana kau bisa mengacuhkanku sampai seperti ini dan bagaimana bisa kau menyebut kakak perempuanmu seperti itu?!"
Astaga! Adegan itu benar-benar aneh. Setelah percakapan--taruhan yacth berharga yang ada di San Fransisko milik Angela, aku tidak bisa menahan tangis haruku saat Angela memelukku seperti aku adalah seorang anak kecil yang sedang tersesat. Kehangatan itu membuatku sadar bahwa sejak pindah ke kastel, tidak pernah sekali pun aku bisa mengistirahatkan tubuh dan mentalku untuk berusaha keras menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sambil mempertahankan akal sehatku sendiri sejak aku menikah. Begitu Angela memelukku dan mengusap-usap punggungku seakan beban di pundak terasa lebih ringan, dan air mataku meleleh begitu saja.
Seakan tidak ada waktu yang lebih tepat lagi, Phillip datang di saat harusnya dia belum pulang bekerja, membuka (membanting) pintu kamar dan segera saja melihat sebuah pemandangan yang membuatnya salah paham. Semuanya terrjadi begitu cepat. Phillip menarikku, menjauhkanku dari jangkauan Angela, menangkup wajahku dengan kedua tangannya yang membekukan itu, dan di saat itulah dia melihat sisa air mata di wajahku. Ia menatap tajam Angela seakan ia bermaksud melubangi jidat Angela dengan tatapan tajamnya, sedangkan Angela, dia hampir menari penuh kebahagiaan begitu melihat amarah di wajah Phillip yang selalu tenang.
Penyihir tidak waras!
"Phillip, dengar. Aku baik-baik saja. Kami baik-baik saja. Angela kehadiran di sana bahkan membuatku tenang selama kaupergi. Kau tidak boleh marah padanya hanya karena kami memiliki pembicaraan antar wanita yang mengharukan."
"Pembicaraan apa?"
"Pembicaraan antar wanita adalah penjelasannya. Kau, yang tak lain adalah seorang pria, hanya akan kebingungan jika aku menjabarkan apa yang terjadi saat itu."
Phiillip melirikku sekilas untuk kemudian kembali meneruskan fokusnya pada jalanan di depan kami.
"Gisela," panggilnya perlahan setelah berdeham kecil seraya melanjutkan, "Jika ada satu orang saja yang membuatmu tidak nyaman, katakan padaku, dan aku pastikan mereka mendapat ganjarannya," cerocos Phillip dengan arogan yang membuatku ingin tertawa.
Karena arogan bukanlah sikap Phillip. Pria ini mungkin adalah seorang penipu berkedok kebangsawanan, wajah tampan, sikap sopan dan segalanya. Namun tidak ada sikap arogan yang ditunjukkan Phillip sebelum ini. Selain saat ini. Dan itu membuat ekspresi wajah Phillip jauh lebih menggemaskan daripada senyuman palsu yang sudah biasa melekat di sana.
"Apa kau bermaksud melubangi kepalaku dengan pandanganmu itu, Gisela?" tanyanya setelah berdeham sekali.
"Baiklah. Maafkan aku." Bukan salahnya. Aku memang memandanginya seperti sedang terobsesi padanya. Baiklah, mungkin aku memang begitu. "Aku tahu itu tidak sopan untuk memandangi seseorang sampai seperti itu, kau tahu. Tapi aku tidak bisa menahan diriku karena--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Brown (COMPLETED)
RomanceGisela Brown tak pernah menyangka ia akan mengalami hal ini. Ia, seorang wanita berkulit hitam, Afrika-Amerika, sedang melihat seorang pria berkulit putih, tengah menatapnya hangat dan dramatis, dan berkata bahwa pria itu menginginkannya. Tidak, s...