Mereka tidak membeli banyak bahan makanan selain telur dan roti. Dan pagi ini, begitu aku bangun, Joanne dan kembar Gutmann sudah memutuskan nasibku. Aku tidak terlalu bisa memasak. Sharon tidak membiarkanku berada di dapur lama-lama dan aku sama sekali setuju dengan itu terlebih aku selalu ingin berada di kantor lebih pagi dari hari kemarin. Jadi, saat mereka bilang akulah yang akan menyiapkan sarapan, aku hanya membuat telur mata sapi dan roti yang aku goreng dengan mentega di atas panci. Apa lagi yang bisa mereka harapkan dariku?
"Oh, selamat pagi, Nona Brown."
Aku tidak merasa akan mudah terbiasa dengan suara ceria pria itu di pagi hari.
"Selamat pagi, Tuan Phillip. Bisakah kau membantuku membawa ini ke ruang tengah?"
"Tentu," jawabnya cepat sambil mengambil piring penuh berisi telur dan roti sementara aku meninggalkannya untuk mencuci peralatan masak yang sudah kugunakan. "Di mana mereka?"
"Mereka pergi untuk mencari ikan, katanya."
Helaan napas panjang terdengar sebelum langkah kakinya berjalan menjauh. Kami tidak bicara apa pun lagi setelah itu.
"Itu berarti ... hanya ada kita berdua di sini?"
Jantungku rasanya membuat satu degupan kuat yang membuatku hampir menjatuhkan panci yang sedang kupegang.
"K-kurasa begitu. Kenapa?"
"Padahal aku bermaksud untuk memeriksa atap. Kau tahu, rumah ini sudah sangat tua dan pagi ini sepertinya aku melihat ada lubang di genteng. Andai Winston bisa membantuku naik.
"Atap berlubang." Tentu saja, Tuan Phillip bukan pria mesum seperti yang kaupikirkan, Gisela. "Sepertinya kau tahu rumah ini dengan baik."
Kekehan kecil keluar dari bibir Tuan Phillip. "Sejujurnya ini rumah milik Angela."
Angela? Kakak perempuannya itu?
"Dia membeli rumah ini dengan uangnya sendiri. Kami sempat berdebat, kenapa dia tidak menggunakan uangnya dengan lebih bijak dengan membeli aset di tempat yang lebih menjanjikan, alih-alih antah berantah seperti ini. Kami ada dalam perang dingin selama hampir satu minggu sebelum akhirnya Angela memberikanku kunci ganda rumah ini dan bilang mungkin aku bisa menggunakannya jika aku pergi ke Amerika."
"Membeli rumah di pulau seperti ini. Kakakmu sesuatu sekali."
"Ya, dia memang sangat ... kau bisa menyebutnya nyentrik."
Kami duduk berduaan, di atas karpet di depan balkon yang terbuka, menghadap laut dan sesekali mendengar teriakan Joanne dan Easton. Angin pagi itu segar seperti biasa. Mungkin kedamaian ini yang membuat Angela ingin membeli rumah kecil ini. Tapi meninggalkannya begitu saja? Kenapa? Saat aku sedang sibuk dengan pikiranku sendiri, Tuan Phillip mengeluarkan ponselnya, kemudian mengusapkan ibu jemari ke layar ponsel pintar itu.
"Ini Angela," katanya dengan semangat menunjukkan sebuah foto di ponselnya.
Aku mengambil ponsel itu untuk kuamati sendiri lebih dekat. Foto yang tertera di sana adalah sebuah foto yang diambil di siang hari dengan latar belakang laut yang dangkal yang terbentang indah, lengkap dengan pasir putihnya dan langit biru yang cerah. Di sana Tuan Phillip memakai kemeja lengan pendek berwarna putih dengan celana pendek hitam di atas selutut. Rambutnya tertiup angin bersinar nyaris putih di bawah terik matahari. Sedangkan Angela dengan memakai gaun pantai berwarna putih menyandarkan sebelah sikunya ke pundak Noah sambil tertawa, sedangkan sebelah tangannya menahan topi pantai di kepalanya agar tidak tertiup angin dan membiarkan rambut sewarna emasnya yang indah berkibar.
Aku sudah membayangkan kakak perempuan Tuan Phillip adalah wanita yang cantik. Tapi begitu melihat fotonya sendiri, aku tidak akan ragu untuk mengakui bahwa Angela ini luar biasa! Dia tidak jauh lebih pendek dari Tuan Phillip yang tingginya sekitar enam kaki. Tidak seperti adiknya yang kulitnya putih pucat, Angela memiliki kulit kemerahan yang terlihat lebih hidup. Rambutnya panjang berwarna pirang emas, dipadukan dengan warna hijau matanya yang luar biasa cantik, siapa pun, pria atau wanita, pasti tertarik padanya. Namun mengesampingkan semua perbedaan itu, Tuan Phillip dan kakak perempuannya terlihat serupa. Alis menukik, menunjukkan bahwa ia adalah wanita yang tegas dan berpendirian, tinggi, memiliki senyum yang memukau dan sama-sama memiliki aura aneh itu di sekitar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Brown (COMPLETED)
RomanceGisela Brown tak pernah menyangka ia akan mengalami hal ini. Ia, seorang wanita berkulit hitam, Afrika-Amerika, sedang melihat seorang pria berkulit putih, tengah menatapnya hangat dan dramatis, dan berkata bahwa pria itu menginginkannya. Tidak, s...