Alex dengan cepat melangkah masuk ke dalam rumah, kediaman Heldon. "Lho, Alex? Tumben pulang?" tanya Yura dengan raut bingungnya karena setelah Yuri koma, Alex hampir tidak pernah menginjakkkan kakinya di rumah besar ini selain mengambil keperluan Yuri.
"Gak papa, Ma. Ada yang mau aku cek sebentar, aku ke kamar Yuri, ya."
Yura mengangguk sebagai jawaban, Alex tersenyum lalu menaiki anak tangga dengan cepat. Dia berjalan menuju kamar Yuri, dibukanya kamar yang dua bulan tidak berpenghuni itu tapi masih bersih karena Yura yang rutin membersihkannya.
"Jawabannya ada di dalam kotak di laci pemilik hadiah ...." ulang Alex sambil menggeledah laci-laci lemari Yuri. Sudah sepuluh menit berlalu, dia belum mendapatkan kotak yang dimaksud. Sekarang tinggal laci terakhir, laci meja belajar Yuri.
Bagaimana dia bisa menyimpulkan hal ini? Karena semua mengarah ke Yuri, jika hadiah yang dimaksud adalah hadiah untuk Yuri yang belum lama ini berulang tahun, maka jelas pengirimnya adalah Dean Lentio.
Sret.
Begitu laci dibuka, terlihat secarik kertas yang terlipat dan kotak yang berukuran 5cm di bawahnya tersisih rapi di pojok kiri laci. Alex mengeluarkan kotak dan secarik kertas itu, dia membuka kertas tersebut dengan jari-jari tangan kanannya.
Hadiah dariku untuknya, sampai waktunya tiba aku akan datang dan menjadi penutup.
"Benar, itu kamu. Dean ...."
Alex melipat kembali kertas tersebut dan menyimpannya dalam saku celanannya dengan kotak kecil tersebut. Alex keluar dari kamar Yuri dan tidak lupa menutup pintunya, dia berjalan turun menghampiri Yura yang sedang menyiapkan jus.
"Gimana? Udah dapat barangnya?" tanya Yura langsung diangguki Alex.
"Udah, Mama udah makan?"
"Sudah, kamu mau ke mana lagi?"
"Alex mau ke kantor polisi dulu, jaga diri Mama. Kalo ada apa-apa langsung hubungi Alex, kalo gak angkat hubungi Ron." pamit Alex mencium punggung tangan Yura dengan sopan. Yura mengelus puncak kepala Alex dan tersenyum, dia benar-benar merasa bersalah pada Alex yang kerepotan mengurus kasus putrinya sendiri.
"Hati-hati di jalan, ya."
°••●••°
"PERGI LO DARI SINI!!!" teriak Chesil kesal melempat barang-barang di dekatnya ke arah Virgan yang baru kembali setelah kabur entah ke mana. Yang membuatnya lebih kesal adalah lelaki itu kembali dengan cengiran menyebalkannya.
"Ce, gue tadi ada urusan. Serius gak bohong dan sekarang belum makan. Masa lo tega, sih?" lirih Virgan dengan wajah sedihnya minta dikasihani.
"Gak ada urusannya sama gue! ENYAH LO, SIALAN!!!" usir Chesil mengambil gelas di atas nakas. Saat tangannya sigap melemparkan gelas tersebut, Virgan membola dan langsung berlutut di hadapan Chesil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Fiance [END]
Mystery / Thriller[Jika ada kesamaan nama tokoh, latar dan alur harap maklum. Bukan berarti cerita ini copy paste dan dilarang plagiat.] ⚠Warning : There is violence; sadistic, abusive words, sexual abuse and psychological⚠ R16+ ιт'ѕ иσт נυѕт αвσυт ℓσνє ѕтσяιєѕ, ιт'ѕ...