-PF- (34)

107 42 134
                                    

Prang!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prang!

"A-apa?"

Kedua bola mata Lina bergetar hebat, dia mencoba tidak percaya dengan perkataan ibunya yang menangis. "Gak, ga-gak mungkin, kan, Ma?" tanya Lina sekali lagi dengan suara yang bergetar, namun ibunya hanya diam dengan airmata yang berjatuhan.

"Fe-Fenny meninggal, Lin ...huhuhuhu ...." ucap ibunya menutup wajahnya yang menangis.

Tubuh Lina bergetar, dia masih menyangkalnya. "Gak, gak mungkin." gumam Lina menggelengkan kepalanya pelan, dia berjalan keluar dapur menuju ruang tamu yang dipenuhi suara tangis.

Dia mematung melihat peti mati yang terbuka dan memperlihatkan tubuh kaku pucat. Tenggorokannya tercekat, jantungnya berdebar kencang, Lina mencoba tidak mempercayai apa yang dia lihat.

"Huhuhuhu ...anakku ...." Seorang wanita menangis histeris melihat tubuh anaknya yang tidak bergerak dan kaku, suaminya menariknya ke dalam pelukannya. Airmatanya juga ikut mengalir melihat tubuh anaknya yang pulang tidak bernyawa.

"Sayang ...huhuhuhuhu ...Fe—hiks ...Fenny ...."

Lina melangkahkan kakinya perlahan, dia masih tidak percaya. Tapi airmatanya mengalir di pipinya, saat di dekat peti mati tersebut, Lina terjatuh lemas. Kakinya tidak kuat lagi menopang tubuhnya, tidak. Dia tidak bisa lagi menolak kenyataan yang jelas di depan matanya.

"Fen ...Fenny ...." panggil Lina dengan suaranya yang bergetar.

"Jangan bercanda denganku, ayolah. Ini bukan april mop, bangunlah dan tersenyum." kata Lina mengulurkan tangannya mencoba menyentuh wajah wanita itu.

Dingin.

Seketika Lina tidak mendengar apa-apa, telinganya berdengung. Tubuh wanita itu dingin, kaku dan tidak bergerak. Ini bukan candaan, dia benar-benar pergi. Airmata Lina mengalir semakin deras, dia mulai kesulitan bernapas.

"Kamu sengaja, kan?" Lina beralih menyentuh pakaian putih polos wanita itu, dia bernapas tersenggal-senggal.

"Gak mungkin ...."

Semakin dia menolak kenyataan dihadapannya, semakin nyeri hatinya. Padahal baru kemarin wanita itu tersenyum lebar padanya, mengatakannya akan pergi menemui Dean di rumah Yuri. Bagaimana bisa dia kembali hari ini tanpa nyawa?

Airmata membanjiri wajahnya, dia mencengkram erat baju temannya, "AAAAAAAAAAAAAA!!!"

Lina berteriak sekencang mungkin, sekuat hatinya merasakan sakit karena kehilangan mendadak yang tidak pernah dia sangka sebelumnya.

Temannya, sahabatnya yang paling dia hormati dan hargai. Yang paling ingin dia jaga bak berlian murni, tidak lagi bersamanya, tidak lagi tersenyum padanya, tidak lagi mengadu padanya, tidak lagi menangis ....

Dan dia tidak lagi merasakan sakit akibat cinta bertepuk sebelah tangannya.

°••●••°

Psychopath Fiance [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang