-PF- (55)

54 22 4
                                    

Kedua mata yang berkilat penuh nafsu menatapnya, senyum mengerikan yang menunjukkan kepuasan terpatri di wajahnya, dia menatapnya penuh keserakahan sekaligus kesenangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua mata yang berkilat penuh nafsu menatapnya, senyum mengerikan yang menunjukkan kepuasan terpatri di wajahnya, dia menatapnya penuh keserakahan sekaligus kesenangan. Seorang anak kecil menangis tersengguk-sengguk meringkuk ketakutan.

Kedua tangan besar yang terulur membelai tubuh kecilnya seperti membelai berlian yang baru saja ditemukannya, airmatanya mengalir semakin deras sambil memberontak tidak ingin disentuh.

"Gak mau ...hiks, ampun ...ampun, huhuhu ...." racaunya.

Plak

"Akhh! G-gak! Ma-Mama, huhu ...ampun, heuk ...."

Mata besar yang berkilat penuh nafsu itu berubah menjadi amarah melotot ke arahnya, kedua alisnya bertaut dengan rahangnya yang mengeras. Tangan besar itu bergerak memukuli tubuh kecilnya.

Plak! Bugh! Bugh!

"AKKHH!! AAAAAA!!! Ukkhh ...heuk, Ma-Mama ...to-long Yu-ri ...."

Greb!

"AAAAAAAAAAAAAAAA!!!" pekik Yuri histeris terbangun dengan airmata yang mengalir deras, dia bernapas terengah-engah seolah-olah paru-parunya terendam air, keringat dingin membasahi wajahnya, ia memegangi lehernya.

"Harusnya aku membunuhnya ...."

"Harusnya aku membunuhnya ...." ulang Yuri menatap kedua tangannya yang bergetar.

Ceklek

"Yuri! Kenapa, Sayang?" tanya Yura panik, dia tadi sedang menelepon dan terkejut tiba-tiba mendengar teriakan Yuri. Gadis itu menatap ibunya dengan tatapan mata yang kosong, sepasang mata amber itu tidak berbinar, tetapi airmata masih mengalir.

"Ma, dia datang ...."

"Tiba-tiba ...dia datang. Dia, dia, dia lagi. Aku harusnya membunuhnya, padahal sebelumnya dia sudah tidak ada, tapi dia datang lagi."

Bulu kuduk Yura meremang, dia bingung sekaligus takut. Yura memegangi kedua bahu Yuri, "Siapa, Sayang? Siapa dia?"

"Dia, Ma ...."

"Aku harus membunuhnya, aku harus membunuhnya, bunuh dia sebelum dia datang. Bunuh sebelum dia datang—"

Yuri hanya mengucapkan kalimat yang sama seolah-olah robot yang diatur demikian, Yura mengguncang tubuh Yuri untuk mengembalikan kesadaran anaknya.

"Yuri, sadar! Dia siapa? Tidak, tidak ada yang harus kamu bunuh. Satu pun, tidak ada!"

Yura dilanda kebingungan, saat ini hanya dia sendirian yang menjaga Yuri. Rayhan masih sibuk urusan perusahaan, Alex dan Jeffan sedang di kantor polisi, sedangkan Virgan dan Chesil sedang jalan. Yuri tidak menjawabnya, dia terus bergumam, 'Harusnya aku yang membunuhnya.'

Yura menekan tombol panggilan, "Tolong panggilkan dokter Dellia! Harus dokter Dellia, sekarang!"

"AAAAKKKKKKHHHHH!!!" pekik Yuri memegangi kepalanya yang berdenyut-denyut.

Psychopath Fiance [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang