Jeffan membawa Yuri masuk ke mobilnya dan mengendarai entah ke mana. Yuri menoleh, menatap lelaki itu, "Kamu belum menjawabku."
Jeffan hanya diam dan terus melajukan mobilnya. Yuri mendengus setengah kesal karena terabaikan, dia kembali menatap ke depan. Jeffan memarkirkan mobilnya saat mereka sampai di suatu tempat yang dia tuju.
Pantai.
"Keluar." perintah Jeffan melepas seatbelt-nya dan keluar dari mobil, Yuri tersenyum miring. Dia hanya mengikuti keinginan Jeffan untuk sementara ini. Begitu keluar dari mobil, rambut Yuri langsung berantakan karena hembusan angin.
Jeffan menoleh pada Yuri, "Seperti yang lo bilang, setidaknya gue harus mencoba."
"Kenapa kamu gak memilih keduanya?" tanya Yuri diam-diam mengeluarkan belatinya yang disimpan di belakang punggungnya. Jeffan kembali menatap ke arah laut, dia menghirup dalam lalu menghembuskannya.
Dia merasa tenang setelah terkena angin sejuk, akhirnya dia bisa menjernihkan pikirannya yang kalut sejak kemarin. Jeffan memejamkan matanya menikmati hembusan angin sejuk, lalu dia menatap langit biru yang terbentang luas di matanya.
"Entah, mungkin karena lo menganggap gue manusia bodoh yang dijadikan alat. Begitu juga gue yang merasa setiap perkataan lo mengandung kebenaran, walau gue sedikit ragu."
"Mari kita uji keraguanmu," ucap Yuri tersenyum miring.
Jeffan menoleh bingung, "Maksud—"
Bugh
"Ukhh ...lo gi-gila?" rintih Jeffan memegangi perutnya. Yuri tersenyum sambil mengedikkan bahunya seolah-olah dia tidak melakukan hal yang salah. Lalu dengan santai ia menyodorkan belatinya pada Jeffan.
"Yah, seperti itu kira-kira. Jika aku salah, aku berani mempertaruhkan seluruh hidupku. Sekarang, kamu sudah yakin padaku?"
Dia tidak menusuk Jeffan, tetapi dia hanya memukul perut Jeffan dengan gagang belatinya. Jeffan menatap Yuri kesal, lalu dia sontak membulatkan kedua matanya saat melihat darah mengalir dari lengan gadis itu.
"Gila lo!" bentak Jeffan menarik lengan Yuri dan membaliknya.
"Ah, salah arah." tukas Yuri diakhiri kekehan, dia bahkan tidak merasakan sakit akibat goresan belatinya. Tadi dia lupa membalik bilah belatinya hingga menggores lengan putihnya. Jeffan mengeluarkan sapu tangannya dan menekan luka Yuri.
Dalam sekejap sapu tangannya dipenuhi darah, "Masih bisa ketawa lo? Waras lo?" omel Jeffan benar-benar kesal dengan reaksi Yuri. Dia mengikat sapu tangannya pada lengan Yuri yang terluka, Yuri menatap Jeffan.
"Udah, habis ini—"
"Iya, aku tahu ...." potong Yuri duduk di atas pasir putih, dia memejamkan matanya menikmati terpaan angin dan suara ombak yang menabrak karang.
Jeffan ikut duduk di sampingnya dan menatap ke arah laut, "Lo terbiasa dengan luka di tubuh lo?"
"Yah, karena sering terjadi." Jeffan menoleh ke arah Yuri dalam batin dia bertanya-tanya, masa kecil seperti apa yang dilalui Yuri hingga terbiasa dengan luka dan sampai kepribadian lain muncul dalam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Fiance [END]
Mystery / Thriller[Jika ada kesamaan nama tokoh, latar dan alur harap maklum. Bukan berarti cerita ini copy paste dan dilarang plagiat.] ⚠Warning : There is violence; sadistic, abusive words, sexual abuse and psychological⚠ R16+ ιт'ѕ иσт נυѕт αвσυт ℓσνє ѕтσяιєѕ, ιт'ѕ...