-PF- (53)

56 21 14
                                    

Hari keempat setelah Yuri sadar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari keempat setelah Yuri sadar ....

"Alex, bisakah kamu membelikan aku jus? Aku ingin jus buatan Mbak Rini," ujar Yuri dengan wajah memelasnya. Alex berpikir sejenak, mungkin tidak masalah meminum jus buah, bukan? Alex menatap Yuri ragu, tapi masalahnya jika dia pergi, maka Yuri akan sendiri.

"Virgan belum kembali, apa mau sekalian menyuruhnya? Aku tidak mau kamu sendirian," bujuk Alex sambil membelai puncak kepala Yuri.

Yuri menggeleng pelan tanda tidak setuju. "Gak mau, lagian Nelion sudah ditahan, jadi tidak ada yang membahayakan. Ya? Ya? Ya? Ya?" rengek Yuri menggoyangkan lengan kanan Alex, lelaki itu mendesah berat melihat rengekan yang sudah lama tidak dia lihat.

"Jangan ke mana-mana, jangan keluar dari kamar, jangan berkeliaran kecuali ditemani suster, kalau ada apa-apa tinggal pang—"

"Iya, Alex sayangku. Cepat belikan, jus mangga, ya. Jangan lupa belikan buat Santi sama yang lainnya," potong Yuri tersenyum manis, dia mendorong Alex menuju pintu kamar rawat inapnya agar cepat pergi.

"Oke, tenang dan tunggu di sini." ucap Alex tersenyum tipis, dia mengacak-acak puncak kepala Yuri dan mengecup keningnya. Setelah itu Alex berjalan pergi meninggalkan Yuri, gadis itu menghembuskan napas panjang dan kembali duduk di brankarnya sambil menyilangkan kakinya.

"Keluar, aku tahu kamu di sini."

Mendengar perintah Yuri, seseorang keluar dari kamar mandi kamar rawat inapnya dan benar, dia adalah Dean Lentio. Entah kapan lelaki itu menyelinap masuk, terlebih lagi ke dalam kamar mandi. Dean berjalan mendekati Yuri yang tengah menatapnya datar.

"Aku dengar mereka mendapatkan kartu memori kamera dasbor mobil, apa itu perbuatanmu? Sang Anonim? Sangat mengharukan, bahkan polisi memujamu karena memberikan bukti kuat itu dengan sukarela," sindir Yuri tersenyum miring.

Dean hanya diam, dia mendudukkan dirinya di hadapan Yuri. Gadis itu meraih wajahnya, "Nah, Dean ...Katakan padaku, anonim dan kartu memori itu semua perbuatanmu, kan?"

"Ya ...." jawab Dean dengan nada kecil nyaris tidak terdengar.

Jemari Yuri bergerak menelusuri wajah Dean hingga jarinya menyentuh leher lelaki itu. Dalam hitungan detik, Yuri langsung mencekik Dean dengan tangan kanannya. Namun, Dean hanya diam, tidak memberikan perlawanan.

"Katakan padaku, kenapa? Itu bukan hanya hadiah untukku, kan? Itu permintaan maafmu padaku, kan? Karena pada akhirnya kamu tahu faktanya, bahwa Fenny mati karena dirimu. KATAKAN PADAKU, DEAN!!!" teriak Yuri menggeram marah.

Dean memegang pergelangan tangan kanan Yuri yang mencekik lehernya, perlahan cekikkan Yuri mengendur karena saraf tubuhnya belum bekerja dengan baik. Dean memandang Yuri penuh penyesalan, dia menggenggam tangan Yuri.

"Teruslah menyesal! Teruslah hidup dalam penyesalan daripada aku membunuhmu sebagai hukumannya," sarkas Yuri menatap Dean sinis, rasa sakit hatinya saat Dean memutuskan untuk meninggalkannya masih membekas dalam dirinya hingga sekarang.

Psychopath Fiance [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang