"Aaaaaaa ...." Yuri dengan patuh membuka mulutnya saat Yura menyodorkan sendok terakhir berisi bubur ayam sebagai sarapannya.
Setelah itu, Yura membereskan bekas makanan Yuri sambil berbicara, "Yuri, kamu harus mi—"
Yura tercengang melihat anaknya yang patuh meminum obat tablet yang diberikan Alex tanpa harus dia paksa terlebih dahulu, "Tumben, biasa pake drama dulu."
Yuri mengerucutkan bibirnya dan memutar bola matanya, "Iya, Ma. Serba salah emang Yuri." Alex tertawa kecil, begitu juga Yura.
"Iya, deh. Sebagai hadiahnya kamu mau apa?" tanya Yura langsung membuat wajah Yuri semringah.
"Pulang! Yuri mau pulang!" seru Yuri girang.
"No!" Senyum Yuri langsung luntur begitu mendengar penolakan tegas Yura, ibunya.
"Mama, Yuri udah sepuluh hari di sini, ditambah sebelum pindah rumah sakit ada dua belas hari Yuri di rumah sakit! Yuri kan mau sekolah, mau main juga. Bosan tahu di sini terus!" rengek Yuri memelas.
Setelah operasi, Yuri beristirahat sehari penuh lalu dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar. Dan dia sudah menjalani perawatan luka tembaknya selama sepuluh hari di rumah sakit ini, hingga membuatnya dilanda kebosanan. Baru saja Yura mau meladeni rengekan anaknya, seorang dokter lelaki yang menangani Yuri datang.
"Sepertinya ada yang mengganggu Anda, Nona Yuri." kata dokter tersebut berjalan mendekati brankar Yuri.
"Dok, Yuri boleh pulang, kan? Kan, kan, kan, kan?" tanya Yuri mengeluarkan jurus puppy eyes-nya. Dokter tersebut nampak berpikir, lalu tersenyum.
"Tapi Anda harus janji akan meminum obat dengan teratur, bagaimana?"
"Oke, janji!" jawab Yuri penuh semangat, daripada dia harus menghabiskan waktu di rumah sakit, dia lebih memilih menelan obat tablet.
"Baiklah, kamu sudah bisa beraktivitas ringan. Dua jam lagi dokter Dellia yang akan mengganti perban Anda, setelah itu bisa diurus surat kepulangannya." terang dokter tersebut membuat Yuri bersorak girang.
"Makasi banyak, Dok!!" Dokter tersebut tersenyum tipis, lalu pamit undur diri.
Alex menyodorkan puding mangga kesukaan Yuri, gadis itu dengan senang hati menerimanya. Tak lama terdengar suara ketukan pintu, menampakkan sosok Jeffan yang datang membawa keranjang buah. Yuri menatap sekilas, namun dia kembali fokus menghabiskan pudingnya.
"Alex, bisa bantu Mama bawain ini ke mobil?" tanya Yura sambil menunjuk dua tas besar yang berisi baju kotor Yuri dan perlengkapan gadis itu, Alex mengangguk.
"Ada yang bisa aku bantu, Ma?" tanya Jeffan meletakkan keranjang buah yang dia bawa di atas nakas, Yura melihat sekeliling kamar inap Yuri dan kembali menatap Jeffan.
"Kamu temenin Yuri aja."
Mendengar itu, kedua mata Yuri langsung membola tidak terima, "Kenapa gak dia aja yang bantu Mama biar Alex yang temenin aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Fiance [END]
Mystery / Thriller[Jika ada kesamaan nama tokoh, latar dan alur harap maklum. Bukan berarti cerita ini copy paste dan dilarang plagiat.] ⚠Warning : There is violence; sadistic, abusive words, sexual abuse and psychological⚠ R16+ ιт'ѕ иσт נυѕт αвσυт ℓσνє ѕтσяιєѕ, ιт'ѕ...