"Kenapa kalian ribut-ribut? Sudah berapa kali dikasih tahu aturan di sini kalo gak boleh ribut? Kalian ini sudah mengganggu pasien di ruangan lain, padahal ini ruangan VIP tapi suara kalian sampe ke ruangan lain!" omel Dellia berkacak pinggang di hadapan dua anak yang tengah bersimpuuh lutut sambil menundukkan kepala.
Dia baru saja menyelesaikan operasi sepuluh menit yang lalu dan tiba-tiba seorang perawat memanggilnya untuk minta tolong melerai Chesil dan Virgan yang membuat kegaduhan. Dellia sungguh pusing, untung saja kewarasan masih melekat dalam sarafnya untuk tidak melempar pisau bedah pada kedua anak muda tersebut.
"Virgan duluan, Ma. Dia yang ngajak ribut!" bantah Chesil mendongakkan kepalanya.
"Diam kamu! Kamu lihat Virgan sekarang dimana? Mama heran sama kamu ini cowok apa cewek, sih? Bisa-bisanya kamu buat anak cowok bonyok kayak gitu, untung aja tulangnya gak ada yang patah. Kalo sampai patah Mama harus ngomong gimana ke Kak Feli?"
Benar, sekarang keadaan Virgan jauh dari kata baik-baik saja. Sudut bibir yang sobek, mata kiri yang membiru, bekas darah akibat mimisan yang membekas di sekitar hidungnya, rambut yang berantakan dan bekas cakaran di sepanjang pipi kanannya.
Entah apa yang diperbuat Chesil pada lelaki itu dan tentu saja keadaan Chesil jauh berbeda dari Virgan. Hanya rambutnya yang berantakan akibat dijambak dan bekas darah yang mengotori sekitar bibir dan hidungnya.
Chesil mendengus kesal memalingkan mukanya dari Virgan, Dellia memijat kecil pangkal hidungnya. "Sekarang kalian keluar dan minta maaf sama semua pasien di lantai ini yang terganggu karena kalian, termasuk perawat dan dokter. Cepat keluar!"
Mendengar nada tinggi dari Dellia, Chesil dan Virgan buru-buru bangkit dari posisi mereka dan mengangguk patuh. Mereka segera berlari keluar melaksanakan misi mereka, Dellia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berjalan mendekati brankar Yuri.
"Bener-bener tukang rusuh, bikin sakit kepala aja."
Dellia mengeluarkan senter kecilnya, dia membuka kelopak mata Yuri dan mengarahkan cahaya senternya pada bola mata Yuri untuk memberikan rangsangan cahaya. Napas Dellia tercekat, kedua bola matanya melebar terkejut.
Merasa tidak percaya, Dellia mematikan senternya dan menghidupkannya lagi. "Yuri? Yuri, apa kamu mendengarku?" tanya Dellia mematikan lagi senternya. Ya, tadi seperti keajaiban pupil mata Yuri tiba-tiba mengecil tanda menerima rangsangan cahaya yang diberikannya.
Mata Yuri perlahan-lahan terbuka, matanya menyesuaikan cahaya yang masuk menembus retinanya. Dellia memundurkan langkahnya, "Se-sebentar, aku akan memanggil yang lain." Dellia segera menekan tombol panggilan di atas brankar Yuri.
"Suster, tolong buat panggilan untuk tim medis yang menangani pasien kamar VIP 1012. Pasien baru saja menerima rangsangan cahaya dan membuka kelopak matanya, sekali lagi ...."
Ba-baik, Dok!
Tak lama kemudian, beberapa perawat dan dokter berbondong-bondong datang ke kamar rawat inap Yuri dengan beberapa troll medis. "Bersiap untuk melepaskan intubasi pada pasien," perintah Dellia mencuci tangannya dan memakai sarung tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Fiance [END]
Mystery / Thriller[Jika ada kesamaan nama tokoh, latar dan alur harap maklum. Bukan berarti cerita ini copy paste dan dilarang plagiat.] ⚠Warning : There is violence; sadistic, abusive words, sexual abuse and psychological⚠ R16+ ιт'ѕ иσт נυѕт αвσυт ℓσνє ѕтσяιєѕ, ιт'ѕ...