-PF- (57)

50 23 7
                                    

Dengan kedua tangan yang begetar, Yuri berusaha meraih foto tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan kedua tangan yang begetar, Yuri berusaha meraih foto tersebut. Namun pergerakannya berhenti, dadanya terasa sesak, kepalanya mulai berdenyut sakit lagi. Sakit yang tidak bisa dia jabarkan dengan kata-kata, tapi dapat membuatnya mengerang kesakitan.

YURI! BIARKAN AKU—

Yuri memegangi kepalanya, suara-suara familiar mulai memenuhi kepalanya. Teriakan, tangisan, ucapan memohon, "Enggak, bukan aku. Gak, bukan salahku. T-tapi dia mati ...di-dia mati karena karena aku. D-dia ma—ARRRGHHHH!!!"

Yuri mengerang kesakitan sambil mencengkram kepalanya dengan kuku jemarinya yang tajam, Yura yang menyaksikan anaknya kesakitan dari luar menangis. Begitu juga Felicia dan Chesil yang sudah terisak duluan.

"Yuri ...." lirih Chesil, sebenarnya dia ikut prihatin. Walau dia tahu kejadian lengkapnya, dia tahu bagaimana hancurnya Yuri dulu, tapi dia juga tidak sanggup melihat Yuri yang dipaksa mengingat masa kelamnya. Dia mungkin tidak sanggup menjadi Yuri.

"AARRRGGHHHH!!! AAAAKKHHHHH!!!" teriak Yuri mulai histeria, dia menghancurkan vas bunga yang tidak jauh darinya, dia meremas rambutnya, bulir-bulir airmata luruh membasahi pipinya.

Suara-suara itu tidak menghilang hingga membuatnya pusing. Penasaran apa yang Dellia perlihatkan padanya? Mayat Fenny—mantan tunangan Dean dan orang yang paling disayang Yuri—yang bersimbah darah dengan luka-luka di sekujur tubuhnya.

Ya, Dellia meminta pada Alex dan memilih yang paling mengerikan. Mungkin bisa dikatakan Dellia adalah psikopat yang sebenarnya.

"DIAM!!! AAKKHH!!!"

Kilas-kilas beberapa ingatan berputas di kepalanya, rasa nyeri yang terasa menggerogoti otaknya seperti parasit, saraf-sarafnya yang tegang menambah rasa sakit pada kepalanya. Dean, Alex, Chesil dan Yura sudah tidak tahan langsung menerobos masuk.

"Ma, hentikan!" ujar Chesil menatap Dellia tajam.

"Lia, hentikan. Tolong hentikan sekarang ...." mohon Yura menangis.

"Jangan mendekat!" bentak Dellia menatap tajam pada mereka yang menerobos masuk. Dean tidak memedulikan bentakan Dellia, dia berjalan cepat menghampiri Yuri yang masih berteriak kesakitan. 

"HENTIKAN LANGKAHMU!" teriak Dellia.

"Tidak akan!" bentak Dean menatap tajam pada Dellia, dia tidak memedulikan lagi acara menghormati orang yang lebih tua.

Yuri menangis tersedu-sedu meantap Dean dan yang lainnya putus asa, dadanya sesak, ingatan di mana dia menemukan mayat Fenny, di mana Fenny masih sempat tersenyum padanya sebelum menghembuskan napas terakhirnya, di mana dia ditinggalkan Dean.

Rasa sakit yang menyayat hatinya, mencabik-cabik jantungnya, menggerogoti pikirannya, menghantuinya setiap malam, membuatnya frustasi dan putus asa hingga ingin membunuh dirinya sendiri.

Psychopath Fiance [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang