"Hoek ... hoek ... uhuk ... khukkk ...."
Jeffan berhasil memuntahkan isi perutnya, rasa panas masih tersisa pada tenggorokannya. Pistol yang tadinya dia bawa entah kapan jatuh dari genggamannya sangking syoknya. Dia mengelap sisa muntahannya yang menempel disekitar mulutnya dan kembali mendongak mencoba mencerna pemandangan di depannya.
Mayat dengan kematian yang mengenaskan dimana-mana, kebanyakan mati dengan tertembak atau tusukan, terkecuali mayat yang berada di sekitar Yuri dan Alex. Ada yang wajah dan tubuhnya hancur, kehilangan bola mata, tangan yang tidak berada ditempatnya, tenggorokan yang hancur, rahang yang terpisah dan lebih parah lagi kulit wajah yang melonggar karena tarikan paksa.
Bisa dibilang ini pertama kalinya Jeffan melihat malam yang penuh darah, begitu mengerikan.
"Mobilnya sudah siap, Nona." ucap Ron datang dengan napas terengah-engahnya, Yuri mengangguk.
"Ron, bantu aku memindahkan Alex ke mobil." perintah Yuri langsung diangguki oleh Ron. Jeffan segera tersadar dari bayangan mengerikan yang berputar-putar dalam kepalanya, dia berlari menghampiri Yuri.
"Alex kenapa?" tanya Jeffan tanpa sadar mengucapkan pertanyaan yang sangat bodoh.
"Kau tidak punya mata, bodoh? Apa harus aku keluarkan mata itu dari tempatnya?" bentak Yuri menatap Jeffan tajam. Pertanyaannya sangat tidak masuk akal padahal dia jelas melihat sendiri Alex yang sedang menahan rasa sakit di bahu kirinya, bahkan darah yang merembes tanpa henti.
Yuri kembali mengalihkan perhatiannya pada Alex, dia membelai wajah Alex. "Bertahanlah, aku akan membawamu ke rumah sakit. Kumohon bertahan sampai itu."
Sedangkan yang lainnya menyusul keluar karena Jeffan tidak kunjung kembali mengabari mereka dan reaksi yang mereka berikan sama dengan Jeffan saat keluar pertama tadi. Bahkan Yura sampai pingsan melihat pemandangan mengerikan di kediamannya, hanya Rayhan dan Orlando yang sanggup melihat pemandangan tersebut.
"Hoek ... apa-apaan in-hoek ...." tanya Chesil sembari memuntahkan kembali isi perutnya, Virgan menepuk-nepuk pelan punggung gadis itu sambil menahan rasa mual yang bergejolak dalam perutnya.
Ron mendekati keduanya setelah selesai memindahkan Alex ke mobil, "Nanti kuceritakan, untuk saat ini jangan biarkan siapa pun keluar dari rumah ini."
Ron menghela napas panjang, malam ini akan menjadi malam yang panjang baginya. Memang mengurus mayat jauh lebih mudah, tapi jika jumlahnya lebih dari 20 orang membuatnya sakit kepala dan belum lagi membersihkan sisa darah yang hampir memenuhi halaman.
"Hah, setelah ini aku akan meminta bonus." gumam Ron.
Brum! Brum! Titt! Tittt!
"MENJAUH, SIALAN!!!" teriak Yuri pada kendaraan yang menghalangi mobilnya.
"Yuri, pelan-pelan!" pekik Jeffan memegangi Alex yang terombang-ambing akibat kelajuan mobil yang dibawanya, Yuri tidak bisa berpikir. Berulang kali dia menekan klakson untuk membuka jalan dan berkendara di atas kecepatan rata-rata untuk sampai di rumah sakit besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Fiance [END]
Mystery / Thriller[Jika ada kesamaan nama tokoh, latar dan alur harap maklum. Bukan berarti cerita ini copy paste dan dilarang plagiat.] ⚠Warning : There is violence; sadistic, abusive words, sexual abuse and psychological⚠ R16+ ιт'ѕ иσт נυѕт αвσυт ℓσνє ѕтσяιєѕ, ιт'ѕ...