"Heng ...." Yuri mengerjapkan matanya beberapa kali, menyesuaikan cahaya matahari yang masuk ke dalam kamarnya lewat celah-celah gorden. Yuri sontak memegang kepalanya yang berdenyut-denyut.
"YURI, KAMU BEL—eh? Udah bangun ternyata, toh." kata Yura, ibunya yang tiba-tiba masuk.
"Ma, kepala Yuri sakit. Izin sekolah hari ini, ya?" tanya Yuri tanpa niat untuk beranjak dari posisinya.
"Enak aja, sana mandi. Nanti Mama kasih obat, tapi kamu tetap sekolah. Kamu tahu kemarin Jeffan nungguin di rumah sampai jam tujuh malam, karena kamu asal kabur aja." omel Yura menyibak gorden kamar Yuri.
"Palingan Mama sendiri yang tahan dia," cibir Yuri dengan nada kecil, namun masih bisa didengar oleh Yura.
Plak
"Ma!!" pekik Yuri memegang pahanya yang baru saja dipukul oleh ibunya, walau masih tertutupi selimut, pukulan Yura tetap terasa.
"Mandi sekarang atau Mama pecat Alex?" ancam Yura sambil berkacak pinggang. Yuri beranjak dari kasurnya dan berjalan.
"Mama gak bisa pecat Alex, karena yang rekrut Papa, trus tugasnya buat jaga Yuri. Jadi gak bisa, wlee ...." Yuri memeletkan lidahnya, mengejek Yura dan dengan kecepatan penuh dia berlari masuk ke dalam kamar mandi sebelum Yura menangkapnya.
"Benar-benar heran banget sama kelakuannya," ucap Yura membereskan tempat tidur anaknya dan keluar dari kamar Yuri.
Yuri melangkah memasuki ruang makan, dia merasa sesuatu yang janggal. Dan benar, ada keberadaan Jeffan yang menganggu pemandangannya. Lelaki itu duduk dengan manis di kursi yang biasa ditempati Alex, sedangkan Yura sibuk menyiapkan sarapan dan Rayhan yang duduk di kursi kepala keluarga.
"Selamat pagi, Sayang." sapa Rayhan dan dibalas senyuman dengan Yuri.
"Pagi, Pa, Ma. Alex mana?" tanya Yuri to the point sambil menarik kursinya tepat di sebelah Jeffan, tentu saja gadis itu mengabaikan keberadaan Jeffan seperti manusia transparan.
"Mama suruh istirahat sebentar, lagian kamu kan mau tunangan. Gak enak dilihat sama tetangga ...." jawab Yura memberikan sepiring sandwich dan segelas susu vanila di hadapan Yuri.
Yuri menggigit sandwich tersebut dan merogoh ponselnya, lalu dia mendekatkan ponselnya pada telinganya. "Kamu kalo gak datang sekarang, aku bakal buat aneh-aneh." kata Yuri lalu mematikan panggilan secara sepihak, Yura memukul bahu anaknya.
"Kamu tuh, Jeffan pagi-pagi datang ke sini buat jemput kamu."
"Itu Mama yang suruh, bukan aku. Lagian dia bukan ojekku! Ojekku, pengasuhku, calon suamiku hanya Alex!" balas Yuri menegak habis susunya, dia beranjak dari duduknya dan melangkah. "Aku pergi, Pa, Ma." ucapnya tanpa menoleh sedikit pun.
Yura menghela napas berat, "Maaf ya, Jeffan. Yuri mungkin belum terbiasa, makanya judes kayak gitu."
"Iya, Ma. Gak papa, kalo gitu Jeffan pamit. Makasi sarapannya," pamit Jeffan menunduk sopan. Yura tersenyum melihat punggung Jeffan yang mulai menghilang dari pandangannya, lalu dia menghela napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Fiance [END]
Mystery / Thriller[Jika ada kesamaan nama tokoh, latar dan alur harap maklum. Bukan berarti cerita ini copy paste dan dilarang plagiat.] ⚠Warning : There is violence; sadistic, abusive words, sexual abuse and psychological⚠ R16+ ιт'ѕ иσт נυѕт αвσυт ℓσνє ѕтσяιєѕ, ιт'ѕ...