"Virgan, lo bisa menjauh dari pandangan gue? Mengganggu tahu gak? Eneg gue lihat muka lo terus!" kata Chesil menatap Virgan yang duduk di sofa kantornya dengan kesal.
"Apaan, sih? Orang gue cuman duduk diam di sofa, lo aja dari tadi yang liatin kertas mulu." tukas Virgan dengan nada sewot membuat amarah Chesil terpancing. Yup, sejak pulang sekolah mereka berdua berada di perusahaan Yuri.
Lebih tepatnya Virgan yang mengikuti Chesil.
Chesil menggebrak mejanya kesal, "Lo punya utang atau masalah sama gue? Ngapain juga lo ikut ke sini?"
"Maunya sih gue cari masalah sama lo, tapi nanti dulu. Bentar lagi ulang tahun Yuri, lo udah beli hadiah? Temenin gue cari hadiah buat keponakan psikopat tercinta gue." jawab Virgan enteng.
"Belum, lagian gue juga bingung tuh bocah kurang apa lagi." balas Chesil memijat pangkal hidungnya sambil mendesah berat.
"Kurang asupan kewarasan," celutuk Virgan membuat Chesil langsung melotot ke arahnya.
"Heh, Yuri masih waras, ya! Pergi sana lo, nyampah aja di sini gak jelas!" usir Chesil melempar pulpennya ke arah Virgan. Tak lama ponselnya berdering tanda panggilan masuk, Chesil membaca sejenak nama penelpon lalu mengangkatnya.
"Ha—"
"CESE! KE RUMAH SEKARANG JUGA!"
Chesil sontak menjauhkan ponselnya dari telinganya dengan mata yang terpejam, dia kembali menempelkan ponselnya pada daun telinganya. "Heh, salam dulu! Ngapain ke rumah lo dan bisa gak teriak? Hampir pecah gendang telinga gue!"
"DATANG AJA, SEKARANG! BAWA VIRGAN JUGA!"
Tut
Chesil menatap nanar pada ponselnya, "Sialan, bangsat, an—"
Chesil mendelik tajam pada Virgan yang tiba-tiba membekap mulutnya, lelaki itu hanya menatapnya seolah tidak bersalah. "Mulut lo kontrol dikit, heran gue." tegur Virgan lalu melepas bekapannya.
"Bodo amat, trus ini anak siapa, sih? Dibilangin jangan teriak malah makin jadi, langsung dimatiin lagi!" gerutu Chesil menatap ponselnya kesal setengah mati. Virgan mengambil tas Chesil dan menyimpan ponsel gadis itu dalam saku celananya.
"Udah, Nyai udah kasih perintah harus diturutin secepatnya." kata Virgan dengan santai menarik Chesil untuk bangkit dari duduknya dan berjalan keluar ruangan.
"Eh, anak dugong! Gue belum selesaikan tuh dokumen!" ucap Chesil meronta-ronta. Namun Virgan mengabaikannya dan menarik gadis itu pergi dari perusahaan Yuri bersamanya.
°••●••°
Trash
Woi, ke rumah. Sekarang!|
|Ngapain?
Datang aja, gak usah banyak tanya.|
Setelah mengirim pesan pada Jeffan, Yuri menghampiri Alex dan Yura di ruang keluarga. Yuri menjatuhkan bokongnya di sebelah Alex sambil menyuapkan buah apel ke dalam mulutnya, "Ma, Papa jam berapa pulang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Fiance [END]
Mystery / Thriller[Jika ada kesamaan nama tokoh, latar dan alur harap maklum. Bukan berarti cerita ini copy paste dan dilarang plagiat.] ⚠Warning : There is violence; sadistic, abusive words, sexual abuse and psychological⚠ R16+ ιт'ѕ иσт נυѕт αвσυт ℓσνє ѕтσяιєѕ, ιт'ѕ...