-PF- (12)

219 118 252
                                    

"Aduh, keponakan gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aduh, keponakan gue. Lo tengil kayak gimana lagi sampai di teror? Untung aja lo masih hidup, lo gak tahu jan—"

Plak

Virgan hampir terjungkal ke depan karena pukulan ayahnya, Orlando. Lelaki itu kini menatapnya tajam seolah-olah akan membunuh dirinya jika dia lanjut bicara, Felicia menggelengkan kepalanya melihat suami dan anaknya itu.

"Mulut kamu sembarang aja, ini gara-gara kamu keluyuran padahal sudah disuruh jagain Yuri."

Virgan melongo tidak percaya mendengar perkataan Felicia, ibunya. "Padahal waktu itu Papa sendiri yang buat Virgan sibuk! Mama kok bisa-bisanya nyalahin aku, memang aku ini anak tiri keluarga ini. Sudahlah, aku tidak sanggup lagi ...." kata Virgan dramatis langsung dihadiahi tendangan oleh Chesil.

"Najis, gue ketawain emang kalo lo anak pungut." ujar Chesil jahat menyodorkan sepiring buah anggur pada Yuri yang tengah duduk di kasur dengan wajah jenuhnya. Saat ini keluarga Virgan datang berkunjung dengan tambahan Chesil, Alex dan Jeffan.

Sudah hari keempat sejak kepulangan Yuri, padahal dirinya sudah bahagia terbebas dari rumah sakit. Namun dia malah dikurung dalam kamarnya, tidak diperbolehkan sekolah atau keluar rumah dulu.

"Gue mulu kayaknya dibully, padahal di sini ada si Jeffan, kak Alex, Yu—"

Tuk

"Diem."

Hanya satu kata dan satu lemparan buah anggur dari Yuri langsung membuat Virgan bungkam dan duduk manis di tepi kasur gadis itu, Chesil tertawa terbahak-bahak. Felicia mengelus puncak kepala Yuri, "Yaudah, kami pulang dulu. Kamu istirahat aja, nanti kalo mau apa-apa langsung telepon Virgan aja."

"Iya, nanti Yuri telepon kalo mau puding mangga yang gede." balas Yuri dengan nada bergurau, setelah itu Felicia, Orlando dan Virgan pamit untuk pulang. Tersisa Chesil yang sedang berbaring di samping Yuri, Jeffan yang duduk dengan ponselnya dan Alex yang sibuk dengan dokumen-dokumen.

"Kalian gak ada niat pergi gitu?" tanya Yuri dengan wajah masamnya.

"Gak." jawab ketiganya serentak.

Yuri menatap ketiga orang tersebut dongkol, apa mereka tidak memiliki rasa kasihan terhadapnya yang terkurung kurang lebih selama dua minggu?

"Ce, yakin gak ada urusan? Biasanya kamu paling sibuk?" tanya Yuri menoleh pada sahabatnya. Chesil melirik ke arah Yuri sejenak, lalu dia melirik ke Alex.

"Memangnya gue lebih sibuk dari dia?" balas Chesil dengan mata yang jelas mengarah pada Alex, Yuri berdecak kesal. Alex beranjak dari duduknya, dia berjalan mendekati kasur Yuri sambil menenteng beberapa map cokelat.

"Aku pergi dulu, ya. Kalo ada apa-apa langsung telepon, aku kembali sebelum makan malam. Pergi sama Chesil atau Jeffan, jangan pergi sendiri dan gak boleh lama-lama. Aku mencintaimu," kata Alex mengecup kening Yuri dan pergi dengan terburu-buru. Chesil melongo, begitu juga Jeffan.

Psychopath Fiance [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang