"Akkh ...Jef, pel—ssshh ...."
"Pelan-pelan, sa-sakit ...."
"JEFFAN SAKIT TAHU!!" Yuri memukul tangan Jeffan yang terus-menerus menekan luka di lututnya, lelaki itu mendongak. Dia menatap Yuri datar, lalu kembali mengobati lutut gadis itu.
"Makanya, udah lari pake jatuh. Kena sendiri, sudah dibilang jangan lari-lari. Makanya gue gak biarin lo keluar, liat aja kelakuan lo." omel Jeffan sambil mengoleskan betadin pada lukanya.
"Iya, iya, maaf. Habisnya takut dia keburu makan kembali," balas Yuri menggerutu.
"Sini plesternya." ucap Jeffan menatap Yuri setengah kesal, Yuri memberikan plester yang tadi dihadiahi padanya. Setelah mengobati luka Yuri, Jeffan membereskan kotak P3K.
"Jef ...."
"Apa?"
"Mau puding manga."
Jeffan mengangguk dan mengambil puding mangga miliknya, lalu dia memberikannya pada Yuri. Kedua mata Jeffan tanpa sengaja menangkap sosok Chesil yang tengah melambaikan tangannya dari luar pintu, dia melirik ke arah Yuri.
Gadis itu asik menikmati puding mangganya sambil menonton TV, Jeffan diam-diam menyelinap keluar tanpa Yuri sadari. "Gimana keadaan Santi, Ce?" tanya Jeffan dengan kedua mata yang mengintip dari kaca pintu.
"Udah membaik, sisa memarnya aja. Tapi dia masih syok, dia gak mau ngomong sama sekali. Jadi masih belum bisa ketemu sama Yuri ...."
Jeffan mengangguk, "Oke, sekarang gentian jaga. Dia bosan sama gue, gue juga gak punya topik pembicaraan bareng dia." Chesil menatap Jeffan terkejut, lalu dia memundurkan langkahnya sambil menyilangkan kedua tangannya tanda tidak setuju.
"Gak, gue capek debat sama dia. Semangat, gue duluan!" Chesil langsung berlari secepat mungkin, Jeffan sebenarnya sudah menduga jawaban Chesil hanya menghela napas panjang. Lalu Jeffan kembali masuk ke dalam kamar rawat inap Yuri.
"Dari mana, Jef?" tanya Yuri tanpa mengalihkan perhatiannya dari TV. Namun tangannya terangkat menyodorkan cup pudingnya yang sudah kosong, Jeffan mengambil dan membuangnya.
"Cari udara segar, gak ngantuk lo?" tanya Jeffan sambil memberikan puding mangga yang baru, Yuri menerimanya dengan senang hati.
"Gak, baru juga setengah tujuh malam, Jef. Kayak emak jaga anak perawan aja pake jam tidur malam," cibir Yuri sambil menyendokkan puding mangga ke dalam mulutnya.
"Yaudah, cepat habisin puding lo."
Yuri tidak merespon, dia hanya fokus menikmati puding dan tontonannya. Sudah dua jam lebih berlalu, Yuri tidak menunjukkan tanda-tanda berhenti menonton TV. Bahkan sejam lalu, pudingnya sudah habis. "Tidur, Yur."
"Bentar, tunggu Alex ke sini. Film-nya juga belum habis."
"Tadi perjanjiannya sampai puding lo habis," kata Jeffan bangkit dari duduknya dan merebut remote TV. Kedua bola mata Yuri membulat saat Jeffan mematikan TV tanpa belas kasih, dia menatap Jeffan kesal sebagai tanda perlawanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Fiance [END]
Mystery / Thriller[Jika ada kesamaan nama tokoh, latar dan alur harap maklum. Bukan berarti cerita ini copy paste dan dilarang plagiat.] ⚠Warning : There is violence; sadistic, abusive words, sexual abuse and psychological⚠ R16+ ιт'ѕ иσт נυѕт αвσυт ℓσνє ѕтσяιєѕ, ιт'ѕ...