-PF- (3)

580 169 311
                                    

Yuri membuka matanya perlahan, airmata jatuh dari pelupuk matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuri membuka matanya perlahan, airmata jatuh dari pelupuk matanya. Tangannya terangkat menghapus airmata tersebut, kemudian ia menoleh melihat sosok Chesil yang sedang sibuk dengan ponselnya.

Siapa, ya? Dan ....

Ruang kesehatan, kenapa aku bisa disini?

Merasa sesuatu bergerak, Chesil mengalihkan pandangannya dan terkejut melihat Yuri yang sudah siuman.

"Yuri! Lo pusing? Mual? Atau gak nyaman di suatu tempat?" tanya Chesil sembari memeriksa tubuh Yuri.

"Gak ada, tapi kenapa aku bisa di sini, Ce?" tanya Yuri balik, ia mendudukan dirinya.

Chesil tersentak, ia mengalihkan pandangannya dan menjawab sekenanya. "Lo pingsan, gara-gara nyokapnya Weni."

"Aku gak ingat dia memukulku. Lalu, samar-samar aku mendengar suara Alex. Apa Alex datang ke sini?"

Chesil semakin kelabakan, ia memutar otaknya untuk mencari alasan yang masuk akal untuk Yuri. Dia menjawab cepat, "Ada, lo pingsan memangnya ingat? Gak, kan. Trus, lo kali yang terlalu kangen sama kak Alex sampai denger suaranya."

Yuri menatap tajam mengamati gerak-gerik Chesil yang ia rasa aneh, "Cese, kamu yakin gak bohong sama aku?"

"Apa gunanya gue bohong sama lo? Udah, ayo kembali ke kelas. Lo udah bolos satu mata pelajaran," ujar Chesil menarik Yuri untuk segera bangkit dari duduknya.

°••●••°

Yuri sama sekali tidak memperhatikan pelajaran, pikirannya melayang ke arah lain. Dia memikirkan apa yang tadi dia mimpikan dan siapa yang ia mimpikan sampai meneteskan airmata.

Eny ...jelas tadi aku menyebutnya lalu terbangun. Siapa Eny?

"—ri ...Yuri. Yuri!!"

Gadis itu tersentak, lamunannya buyar begitu mendengar Chesil meneriaki namanya. Dia menatap Chesil bingung, "Kenapa?"

"Pake nanya lagi, jiwa lo habis jalan-jalan? Udah jam istirahat, ayo ke kantin. Budek apa lo gak denger bel dari tadi?" ocehnya kesal.

"Ah, maaf. Ay—"

"Lo, apa lo gak sadar sama sikap lo yang keterlaluan?" potong seseorang yang tiba-tiba mendatangi mejanya, Yuri menelengkan kepalanya bingung.

"Eh, manusia gila lagi. Ngapain lo? Kurang kerjaan lo?" sembur Chesil pedas.

Lelaki itu menoleh menatapnya datar, "Gue gak ngomong sama lo."

"Wah, beneran mau jahit ya mulu—"

"Shut, Ce, kalem. Mulut lo lemes banget kalo ngomong sama orang," potong seseorang lagi membekap mulut Chesil dengan cepat.

Tak

Psychopath Fiance [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang