-PF- (35)

90 41 154
                                    

Seorang wanita muda asik menghias kukunya dengan warna merah darah sambil bersenandung, ruangan yang berfasilitas lengkap kamar mandi dan ruang tidur membentang besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang wanita muda asik menghias kukunya dengan warna merah darah sambil bersenandung, ruangan yang berfasilitas lengkap kamar mandi dan ruang tidur membentang besar. Rak-rak buku yang diletakkan agar dia tidak bosan, terjejer di pinggir ranjangnya.

"Pa, sibuk?"

Wanita itu menghentikan kegiatannya karena mendengar suara yang familiar, "Kenapa? Kamu bukannya sama Yuri, kenapa sudah pulang?" Wanita itu tersenyum tipis, dia kembali menghias kuku jari manis kirinya sambil mendengarkan percakapan dibalik tembok.

"Papa sudah cari dia? Bagaimana hasilnya?" tanya Jeffan mengabaikan pertanyaan Nelion sebelumnya.

"Jeffan, sudah berapa kali Papa bilang kalau dia tidak ada jejak? Dia pasti sudah mati, ngapain masih kamu cariin??"

"Bagaimana mau mencari orang yang sudah mati? Sudahlah, kenapa wajahmu?"

"Hah, dasar brengsek. Jika bukan karena uangmu, aku tidak mau terkurung selama dua tahun di sini!" maki wanita itu penuh amarah melempar kuteknya ke sembarang arah. Dia bangkit dari duduknya dan berjalan melihat ke lubang kecil yang terhubung ke luar tembok sehingga dia dapat melihat apa yang terjadi di luar tembok.

Plak!

"Jangan macam-macam kamu dengan pertunangan ini, kamu cukup menjalankan tugasmu untuk memperhatikan Yuri."

"Kenapa harus Yuri? Memangnya ada apa dengan dia?"

"Dia adalah jawaban yang kamu cari, termasuk hilangnya gadis yang kamu cintai itu."

"Apa tua bangka itu gila? Jika dia tahu kebenarannya sama saja bohong! Dasar tua bangka gila!" umpatnya lagi-lagi ketika mendengar ucapan tidak masuk akal Nelion. Setelah Jeffan keluar, wanita itu menghirup napas dalam dan menghembuskannya.

Dia mengatur ekspresi wajahnya dan menekan sebuah tombol agar rak lemari yang berfungsi sebagai jalan masuk terbuka. Wanita itu berjalan keluar dari ruangannya dan menghampiri Nelion yang tengah sibuk dengan berkas-berkasnya.

Wanita itu merangkul leher Nelion dari belakang sambil tersenyum, "Sayang, aku mau shopping. Aku bosan berada dalam ruangan itu terus, aku butuh udara segar." ucapnya dengan nada manja, Nelion tersenyum sambil mengelus kepala wanita muda itu.

"Baiklah, aku akan suruh supir mengantarmu." katanya membuat wanita muda itu tersenyum senang dan menghadiahi kecupan pada pipi Nelion sebagai tanda terima kasih. Ah, menjijikan sekali. Setidaknya aku bisa keluar dari ruangan pengap itu.

°••●••°

Jeffan keluar dari kamar mandi dengan handuk basah yang menutupi kepalanya, dia menatap ponselnya di atas nakas. Lalu dia berjalan menuju lemarinya untuk bersiap ke sekolah, setelah selesai dia keluar dari kamarnya dengan tas di bahunya.

Jeffan berjalan menghampiri Nelion yang sudah duduk manis dengan sarapan paginya, dia duduk di sebelah Nelion dan mulai memakan sarapan yang sudah disiapkan. "Mana bi Ina?" tanya Jeffan karena tidak melihat ART yang bekerja di rumahnya seperti biasa.

Psychopath Fiance [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang