*warn, typo lo ya...
Akihiro menarik tangan tangan [Name], sebelumnya gadis itu sudah izin terlebih dulu dengan Riko dan yang lainnya. Karena tahu Nigou menghilang dia menunda kepulangannya dan membantu Kuroko mencari Nigou. Tapi sebelum itu [Name] sudah memberitahu Hyuga mengenai lutut Kiyoshi yang kambuh.
“Apa yang kau pikirkan [Name]?” tanya Akihiro lembut.
“Aku hanya sedikit khawatir dengan Kiyoshi senpai, Aki-nii” jawab [Name] menatap jalanan didepannya.
“Ah, senpai-mu yang lututnya cidera itu?” tanya Akihiro menaikkan sebelah alisnya.
“Ya, yang itu. Sasuga, Aki-nii. Matamu tetap tajam seperti biasa” ucap [Name] dengan mata berbinar.
Akihiro langsung membungsungkan dadanya dengan bangga, tidak lupa senyum lebarnya. “Terus, kenapa kau masih memikirkannya? Bukankah kau sudah memberitahu Kapten-mu?” tanya Akihiro lagi.
“Tentu saja aku khawatir, bagaimana pun aku mengagumi Kiyoshi senpai. Cideranya itu yang membuatnya absen bermain selama setahun penuh” jelas [Name].
“Dia akan baik-baik saja, percaya saja pada orang yang kau kagumi itu” ucap Akihiro mengelus puncak kepala [Name]. “Bagaimana kalau kita ke dojo kakek?” tawarnya.
“Dojo kakek? Mau apa memangnya di sana?” tanya [Name] bingung.
“Aku ingin bertanding denganmu, beladiri. Aku mau melihat apa kau semakin lembek” ucap Akihiro menyeringai lebar.
“Lembek? Maaf saja ya, aku tidak pernah absen berlatih setiap hari” balas [Name] yang juga ikut menyeringai lebar dan matanya berkilat dengan tajam.
“Kalau begitu, buktikan” tantang Akihiro.
“Oke. Kalau aku bisa menang dari Aki-nii nanti... belikan aku cemilan kesukaanku” tantang [Name] balik.
“Deal!” seru Akihiro.
Mereka berdua saling melihat satu sama lain sebelum akhirnya tertawa bersama. Siapa pun yang melihat kedekatan mereka akan mengira Sasaki bersaudara ini berpacaran.-°°-
Di ruang ganti Seirin, Kiyoshi duduk memegangi kakinya yang terus gemetaran. Dia menggertakkan giginya menahan rasa sakit yang menusuk dari lututnya.
“Kau berani sekali” ucap Hyuga yang menyender di pintu masuk. Kiyoshi tersentak kaget dan menoleh padanya. “Pantas tembakanmu meleset”
“Kau mengetahuinya?” tanya Kiyoshi dengan senyum lemah.
Hyuga berjalan mendekat dan mendudukkan dirinya di samping Kiyoshi. “Bukan hanya aku yang tahu, [Name]-chan juga menegtahuinya. Kupikir ada sesuatu. Jangan main melawan Kirisaki Dai Ichi” ucap Hyuga. Kiyoshi menoleh padanya bingung.
Kagami yang berjalan menuju ruang ganti membuka dua pesan yang diterimanya, satu dari Kuroko dan satunya lagi dari [Name].
“Dia menemukan Nigou” ucap Kagami membaca pesan Kuroko. “[Name] pergi ke dojo kakeknya, bertandingan dengan Akihiro aniki. Dasar cari mati” ujarnya sweatdrop.
“Jangan konyol!” seru Kiyoshi lantang. Kagami tersentak kaget dan menghentikan langkahnya, dia tidak berani masuk ke dalam. “Kemungkinan tahun ini adalah kesempatan terakhirku. Walaupun lututku harus hancur, aku akan tetap bertanding!” serunya lagi geram.
Kagami tersentak kaget mendengar penuturan Kiyoshi, matanya bergetar tidak percaya. Sorenya Hyuga, Kuroko dan Kagami pulang bersama. Mereka bertiga berjalan melewati jembatan penyeberangan dalam diam, Kagami terus melirik ke arah Hyuga. Kuroko menoleh dan mendapati Kagami yang terus menatap Hyuga.
“Ada apa, Kagami-kun?” tanya Kuroko datar.
Kagami akhirnya menghentikan langkahnya. “Kapten” panggilnya. Hyuga dan Kuroko pun menghentikan langkah mereka dan menoleh pada Kagami. “Boleh aku bertanya sesuatu?”
“Apa?” tanya Hyuga balik.
“Ada apa? Kenapa Kiyoshi senpai bilang tahun ini kesempatan terakhirnya?” tanya Kagami langsung.
“Apa?” tanya Kuroko yang juga kaget mendengar pertanyaan Kagami. hyuga bahkan melebarkan matanya.
“Kau mendengarnya?” tanya Hyuga tidak menjawab pertanyaan Kagami sambil menatap ke jalanan sebelum akhirnya dia menatap langit. “Baiklah. Mengingat kondisinya, kau pasti bisa menebaknya” ucapnya lagi sambil menyenderkan tubuhnya pada pagar jembatan penyeberangan. “Mungkin aku harus menceritakan semuanya. Musim panas tahun lalu...”
Flashback.
Itu adalah tahun dimana Hyuga dan yang lainnya baru masuk SMA, saat itu klub basket masih belum ada.
“Hey, Hyuga” panggil Izuki dan masih diabaikan. “Hyuga” panggilnya lagi.
Hyuga yang saat itu rambutnya masih pirang dan panjang segera menoleh ke belakang dengan geram. “Urusai. Aku sudah dengar, Izuki”
“Hey, kita satu kelas lagi” ucap Izuki dengan senyum lebar mengabaikan Hyuga yang mulai dongkol. “Pffft, hahaha. Aku tidak tahan” tawanya keras sambil memegangi perutnya.
“Apa yang lucu?!” seru Hyuga bingung.
“Tidak, tidak” ucap Izuki yang menghapus air mata yang keluar karena kebanyakan tertawa. “Kau mewarnai rambutmu di awal sekolah. Itu tidak biasanya dilakukan oleh seorang pemain basket” jelasnya.
“Tentu saja bukan” balas Hyuga jengah sambil membalikkan badannya. “Aku tidak mau main basket lagi, terlalu sulit. Dan tidak ada hal yang menyenangkan” jelasnya. Hyuga mengacungkan jari telunjuknya ke atas. “Aku akan mengambil alih sekolah ini dan berdiri di atas. Tidak banyak siswa seperti itu di sini” ucapnya lagi kemudian berjalan pergi.
“Jangan bercanda Hyuga. Kau bekerja keras waktu SMP, kau tidak pernah bolos latihan” ucap Izuki berjalan mengikutinya.
“Apa bagusnya seperti itu?” tanya Hyuga balik. “Kita tidak bisa memenangkan pertandingan sendirian. Lagipula, sekolah ini tidak punya tim basket. Kau harus cari tim lain” sarkasnya sambil melambaikan tangan. Izuki terdiam ditempatnya dan menatap Hyuga yang berjalan semakin jauh.
Hyuga terus berjalan sendirian menyusuri sekolah dengan wajah cemberut, dia berbelok dan menabrak tubuh seseorang.
“Itte! Ada apa denganmu...” seru Hyuga. Dia menghentikan ucapan saat mendongak menatap sosok tinggi Kiyoshi yang menatapnya bingung. Entah kenapa nyalinya langsung ciut begitu melihat sosok Kiyoshi yang tinggi.
Kiyoshi tersenyum lebar dan menepuk kedua bahu Hyuga bersemangat. “Maaf, maaf. Aku akan lebih hati-hati” ujarnya.
“Tentu saja!” seru Hyuga.
Kiyoshi berhenti dan menoleh pada ponsel Hyuga yang terjatuh, tanpa permisi dia mengambil ponsel lipat yang terbuka itu dan melihat wallpaper seorang pemain basker. “Kau suka basket?” tanya Kiyoshi.
“Apa? Uh...” ucap Hyuga yang kembali tersadar dari lamunannya menatap Kiyoshi. Dia mengerutkan keningnya geram dan menatap tajam ke arah Kiyoshi.
“Maji?!” seru Kiyoshi bersemangat dia segera mencengkram kedua bahu Hyuga dengan kuat. “Jadi kau mau bergabung dengan tim basket?” tanyanya antusias.
“Um, aku...” jawab Hyuga yang kelabakan dengan tingkah Kiyoshi yang tiba-tiba berubah.
“Aku Kiyoshi Teppei. Aku tinggal menyerahkan formulirnya, ayo kita pergi bersama-sama” ucap Kiyoshi dengan pipi bersemu merah karena senang.
“Kau salah!” seru Hyuga menepis kedua tangan Kiyoshi hingga terlepas dari kedua bahunya. “Sekolah ini tidak punya tim basket!” serunya lagi.
“Tidak?” tanya Kiyoshi bingung. “Tidak mungkin” ucapnya lagi dengan senyum lebar.
“Memang tidak” jawab Hyuga ketus.
“Benarkah?!” tanya Kiyoshi masih tidak percaya. “Aku akan melakukannya?” tanyanya serius dengan aura kelam.
“Dari mana kau mendapatkannya?!” seru Hyuga melihat selembar kertas di tangan Kiyoshi.
Dengan tenangnya Kiyoshi melirik kertas ditangannya. “Aku mendapatkannya. Aku tidak punya pilihan lain. Ayo kita buat tim basket” ajak Kiyoshi.
“Apa? Kenapa aku...” ucap Hyuga tersenyum remeh sebelum akhirnya dia terjingkat kaget. “Bersama-sama?!” serunya tidak percaya.
“Jika ada yang tidak ada kita tinggal membuatnya. Dengan tiga orang lagi, kita bisa bertanding” jelas Kiyoshi.
“Kenapa aku dilibatkan?!” seru Hyuga tidak senang. “Aku sudah berhenti bermain basket” ujarnya lagi memalingkan muka sambil mengerucutkan bibir.
“Apa? Kenapa?” tanya Kiyoshi.
“Cari saja yang lain” ujar Hyuga mulai berjalan meninggalkan Kiyoshi. “Sampai jumpa”
Istirahat siang Hyuga menyeruput susu kotakan miliknya dengan kesal. Wajahnya juga terlihat sangat tidak bersahabat, Izuki yang duduk didepannya menoleh padanya dan menatapnya heran.
“Moodmu buruk sekali” ucap Izuki.
“Benar” balas Hyuga. “Bagaimana perasaanmu jika selalu diikuti oleh raksasa? Salah jika aku merasa bahagia” jelasnya.
“Jangan seperti itu. Ayo main basket sama-sama” ajak Kiyoshi yang entah sejak kapan duduk di kursi belakang Hyuga.
Hyuga meremas kotak susunya. “Sudah kubilang, aku tidak akan bermain basket lagi!” serunya geram menatap Kiyoshi.
“Aku tidak keberatan” timapl Izuki.
“Serius? Baiklah. Kita cuma perlu mencari dua orang lagi” balas Kiyoshi menatap Izuki.
“Jangan melibatkanku!” seru Hyuga terabaikan. “Izuki!” serunya lagi menatap tajam Izuki.
“Aku ingin bermain” balas Izuki.
Hyuga menghela nafas pasrah. “Lakukan sesukamu! Aku tidak mau!” kekehnya. Hyuga segera berdiri dari kursinya dan berjalan pergi. “Aku muak selalu kalah” gumamnya.
“Kiyoshi-kun?” panggil Izuki menoleh pada Kiyoshi.
“Panggil aku Teppei” balas Kiyoshi tersenyum lebar.
“Kau tidak belajar. Kenapa kau berusaha keras?” tanya Izuki menyangga dagunya menatap Kiyoshi. “Kau Kiyoshi si hati besi, bukan?”
“Aku tidak suka julukan itu” ucap Kiyoshi sedikit murung. “Itu bukan nama buat seorang pelajar”
“Jika kau mau bermain basket, aku yakin sekolah yang tim basketnya kuat akan merekrutmu” ucap Izuki dia menyipitkan matanya. “Kenapa kau di sini?” tanyanya.
“Tidak apa-apa” jawab Kiyoshi.
“Apa?” tanya Izuki semakin bingung.
“Aku dibesarkan oleh kakek dan nenek. Mereka sudah tua, jadi aku sekolah di tempat yang lebih dekat. Aku suka basket, tapi itu Cuma klub. Selama aku senang, aku tidak peduli” jelas Kiyoshi. Izuki hanya meliriknya tanpa mengatakan apa pun.
“Selama kau senang, kau tidak peduli menang atau kalah” ucap Izuki malas.
“Apa? Bukan seperti itu” balas Kiyoshi serius. “Kenapa kau meremehkannya?”
“Apa?” tanya Izuki yang tersentak dengan pertanyaan Kiyoshi.
“Ini bukan meremehkan. Berlatih untuk menang dan berkembang, berusaha menikmatinya. Bukan itu yang kumaksud?” ucap Kiyoshi serius, sebelum akhirnya dia tersenyum. “Kita cuma pelajar. Bahkan jika kita memberikan semua yang kita punya itu masih belum cukup”
Izuki terdiam dan menatap Kiyoshi, pemikiran buruk tentang Kiyoshi tadi segera menghilang dari kepalanya.
“Hey!” panggil seseorang menarik atensi Izuki. “Aku mendengar pembicaraan kalian tentang tim basket. Apa kami boleh bergabung?” tanya Koganei dengan percaya dirinya. Dibelakangnya berdiri Mitobe yang pendiam dan sungkan.
Kiyoshi segera tersenyum lebar dan menoleh pada Izuki, begitu juga sebaliknya.
“Ya, tentu” balas Kiyoshi.
“Yosh! Bagus kan Mitobe?” tanya Koganei menoleh pada Mitobe yang masih diam. Mitobe hanya mengangguk sebagai jawaban senyum tipis terpatri diwajahnya. “Aku Koganei, senang bertemu denganmu” ujar Koganei melompat mendekati mereka. Mitobe membungkukkan badannya sedikit sebagai perkenalan.
“Senang bertemu denganmu. Aku Izuki” balas Izuki tersenyum lebar. “Kau pernah bertanding?” tanyanya.
“Tentu!” seru Koganei bersemangat. “Dia juga!” serunya lagi menunjuk Mitobe yang berdiri disebelahnya.
“Bagaimana denganmu?” tanya Izuki menatap Koganei lelah.
“Jalan tiga langkah, lalu gunakan sepeda!” jawab Koganei mengacungkan jempolnya pada Izuki.
“Itu jalan-jalan. Kau pasti pemula” ucap Izuki.
“Aku pemain tennis sewaktu SMP. Tapi setelah lihat Mitobe bertanding, sepertinya basket menyenangkan!” ujar Koganei bersemangat dan mencondongkan tubuhnya pada Izuki.
“Kau cukup atletis. Oh, jadi itu alasanmu bergabung?” tanya Izuki sweatdrop.
“Baiklah. Sekarang kita punya lima anggota” ucap Kiyoshi dengan senyum lebar.
Izuki melirik Kiyoshi dan sweatdrop. “Kau masih menghitung Hyuga?” tanyanya. “Selain Hyuga kita harus dapat beberapa pemain lagi. Bertanding dan berlatih hanya dengan lima orang itu sangat berat” ucap Izuki menaikkan sebelah alisnya.
“Manager! Manager yang mungil!” seru Koganei bersemangat sambil mengacungkan tangannya tinggi. Izuki langsung sweatdrop mendengarnya, Kiyoshi hanya menatapnya bingung sementara Mitobe berusaha menenangkan Koganei.
“Aku mengerti perasaanmu, tapi tunggu dulu. Dan dengarkan orang yang sedang berbicara” ucap Izuki lelah. “Aku punya seseorang yang cocok jadi manager, Aida Riko”
Dan berakhirlah keempat orang itu mendatangi ruang kelas dimana gadis yang dimaksud Izuki berada. Gadis bersurai cioklat sebahu itu mengerutkan keningnya menatap mereka tajam dan tidak suka.
“Tidak mau” tolak Riko.
“Cepat sekali” ucap Koganei.
“Jangan begitu, ayolah. Bergabung dalam tim basket” bujuk Kiyoshi.
“Apa kau dengar? Basket itu olahraga favoritku. Tapi aku benci semua tentang Kiseki no Sedai di SMP. SMP Teiko sangat kuat, pemain yang paling hebat pasti mantan pemain Teiko aku tidak mempermasalahkannya. Tapi semua orang pasti menyerah. Itu yang aku benci” ucap Riko menatap ke depan dengan jengah.
Sekolah berlalu seperti biasa, Hyuga terdiam menatap jendela besar yang menapakkan hangatnya matahari terbenam. Kemudian dia berjalan pergi menuju Game Center dan bermain di sana.
“Sialan!” seru Hyuga geram masih bermain game itu. “Masamune! Sial! Aku tidak bisa mengalahkan siapa pun!” serunya kesal mendongakkan kepalanya. Didepannya berdiri Riko yang menatapnya.
“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Riko datar.
“Riko...” ucap Hyuga melebarkan matanya.
“”Pfft... rambutmu mengerikan” ucap Riko yang menahan tawanya dan membalikkan tubuhnya.
“Oi!” seru Hyuga.
“izuki-kun datang dan bicara padaku selama makan siang. Sesuatu yang besar dan aneh bersamanya. Mereka bilang mau membuat tim basket” ujar Riko menoleh pada Hyuga yang sekarang berjalan pulang bersamanya.
“Yah, sepertinya begitu” balas Hyuga setengah hati.
“Sepertinya kau tidak sibuk” ucap Riko melirik jahil ke arah Hyuga.
“Aku melakukan apa yang aku inginkan!” seru Hyuga menatap garang pada Riko. “Aku bermain game dan membaca komik”
“Apa lagi?” tanya Riko.
“Aku sudah menjadi jendral perang. Date Masamune favoritku” ucap Hyuga memperlihat mini figure seorang jendral perang miliknya dengan senyum bangga.
“Bagus, tapi potongan rambutmu itu mirip siapa?” tanya Riko heran. “Menurutku kau terlalu memaksakan diri” ucap Riko yang membuat Hyuga tertegun di tempat. Riko mulai berjalan lagi. “Kau tidak melakukan apa yang kau inginkan. Kau tidak tahu apa yang kau inginkan”
Angin bertiup menerbangkan rambut pirang Hyuga yang sedikit lebih panjang. Dia tidak bisa membalas ucapan terakhir yang diucapkan oleh Riko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything About Us [KnB]
Aksi[Name] akan pindah ke Amerika karena pekerjaan orang tuanya. Dia berniat pamit kepada para sahabatnya setelah pertandingan dan membuat kenangan indah bersama. Sampai akhirnya [Name] dikecewakan dengan sikap teman-temannya saat pertandingan. Dia meni...