*warn, typo yak...
Kiyoshi berjalan perlahan ke depan dengan pasti meski sedikit tertatih. “Aku akan mempertaruhkan segalanya” ucapnya lagi. Dia merentangkan kedua tangannya, dengan semua pemain Seirin dibelakangnya. Dia menatap tajam Hanamiya meski kepalanya terluka dan mengeluarkan darah. “Untuk melindungi pemain Seirin! Untuk itulah aku kembali!” serunya lantang.
Quarter kedua selesai, Seirin memimpin dengan skor 45-40.
“Seirin memimpin 5 poin” ucap Kasamatsu.
“Sepertinya mereka sanggup bertahan-suu. Aku khawatir pada [Name]cchi” ucap Kise serius menopang dagunya.
Aomine mengerutkan keningnya dan berdiri, dia berjalan meninggalkan kursinya.
“Oi, kau mau ke mana, Aomine?” tanya Wakamatsu yang berdiri dari duduknya.
“Toilet” jawab Aomine malas tanpa menoleh sekalipun.
Hanamiya keluar lapangan dengan wajah kesal, dia menggertakkan giginya dan aura suram menyelubunginya.
“Mood Hanamiya semakin memburuk” ucap Yamazaki yang menatap punggung Hanamiya seraya mengelap keringatnya.
“Maa, dia sangat tidak suka ketika rencana tidak berjalan sesuai dengan keinginannya, dia memang seperti itu” sahut Furuhashi, dia menoleh pada Kiyoshi yang masih bisa tersenyum lebar seraya menerima minuman dari [Name].
Hanamiya yang berjalan memikirkan rencananya, tidak sengaja menyenggol bahu Kuroko yang masih berdiri di lapangan.
“Minggir!” seru Hanamiya menghempaskan bahu Kuroko dan berjalan pergi.
“Tunggu” panggil Kuroko mengerutkan keningnya.
“Hah?”
“Kenapa kau senang bermain dengan cara licik seperti itu? Apa kau senang jika menang dengan cara seperti itu?” tanya Kuroko serius.
[Name] melirik ke arah Kuroko, dia mengepalkan tangan kanan di depan dadanya erat. Aomine yang akan berjalan menuju toilet juga masih sempat melihat ke arah lapangan dan menghentikan langkahnya.
Hanamiya mencengkram bajunya erat. “Tentu saja tidak” ucapnya lirih. Kuroko tertegun mendengar pengakuan Hanamiya. “Tapi jika aku tidak melakukannya, bagaimana aku bisa mengalahkan tim yang beranggotakan Kiseki no Sedai?” tanyanya seraya mengalihkan wajahnya. “Aku sudah berjanji. Aku akan menjadi no.1 di Winter Cup ini dan... pfft”
Kuroko semakin bingung saat mendengar Hanamiya yang terkekeh dan tertawa keras.
“Aku bercanda, baka” ucap Hanamiya penuh ejekan pada Kuroko sambil menujurkan lidahnya. Kuroko langsung tersentak kaget, [Name] menatap Hanamiya tajam dan dingin. “Ada yang bilang jika kesialan orang lain itu rasanya seperti madu. Jangan salah paham, hei anak baik. Aku tidak menginginkan kemenangan” ujarnya berdecak pinggang.
Semua pemain Seirin yang mendengar percakapan mereka berdua, menoleh dan menatap tajam Hanamiya.
“Aku hanya ingin melihat mereka yang berjuang keras di masa muda mereka untuk basket, geram karena kekalahan mereka” lanjutnya lagi. Dia berjalan mendekat pada Kuroko dan mendekatkan wajahnya. “Apa aku menikmatinya? Ya, aku menikmatinya. Apa yang sudah kulakukan kepada senpai-mu tahun lali adalah sebuah maha karya” ucapnya menyeringai lebar penuh nada rendah.
“Brengsek!” seru Kagami geram. Izuki langsung menahannya.
“Kagami!” seru Izuki.
[Name] segera berjalan dengan cepat, Kiyoshi yang ada didepannya segera menahannya di bantu Furihata. Gadis itu sudah geram ingin menendang ataupun memukul wajah menyebalkan Hanamiya.
“Tenanglah, [Name]-chan!” seru Kiyoshi yang masih menahan [Name]. Gadis itu tidak menjawab, dia menggertakkan giginya sambil menatap tajam Hanamiya.
“Hah... kuharap kau tidak berpikir itu akan menjadi yang terakhir” ucap Hanamiya menunjuk Kuroko sebelum akhirnya berjalan pergi. Kagami mengerutkan keningnya serius.
“Penderitaan kalian baru saja di mulai” ucap Hanamiya lagi berjalan menuju ruang ganti Kirisaki Dai Ichi diikuti rekan-rekannya. Kuroko mengepalkan kedua tangannya erat.
Di ruang ganti Seirin, Kagami menendang bench penuh emosi.
“Hah, hah. Sialan! Si brengsek itu!” geram Kagami.
“[Name]-chan cepat tenangkan dia!” perintah Riko.
“Percuma, dia juga sedang emosi” ucap Tsuchida yang menunjuk [Name] dipojokan dengan wajah seram penuh aura hitam.
“Mattaku...” ucap Riko. Dia segera memukul kepala Kagami dengan papan LJK dengan keras. “Mou! Jangan lampiaskan kemarahanmu pada benda mati. [Name]-chan juga, tekan aura gelapmu itu” omelnya.
“Kiyoshi, apa kau tidak apa-apa?” tanya Izuki yang menarik atensi mereka semua.
“Ya, aku baik-baik saja” jawab Kiyoshi.
“Apa kau yakin kau tidak apa-apa? Mereka...” tanya Furihata yang juga cemas.
Riko berjalan mendekat dan melihat tubuh Kiyoshi yang membiru dan lebam, di tambah lagi kepalanya yang terbalut plester. Wajah Riko berubah antara serius, cemas dan takut. Dia masih bisa mengingat apa yang Kiyoshi katakan padanya saat di lapangan tadi.
“Inilah alasan mengapa aku kembali. jika kau menggantiku sekarang, aku akan membencimu untuk seumur hidupku” ucap Kiyoshi menatap tajam Riko.
[Name] mulai gemetaran melihat tubuh Kiyoshi yang terluka di sana-sini, bagaimana pun Kiyoshi adalah senpai yang dikaguminya. Dada gadis itu mulai terasa sesak, dia menundukkan kepalanya.
“Riko senpai, apa aku boleh keluar sebentar?” tanya [Name] dengan senyum lemah. Riko menoleh padanya bingung. “Aku butuh udara segar, otakku tidak bisa merespon seperti biasanya” ucapnya.
“Baiklah, cepat kembali ya” jawab Riko. [Name] mengangguk, sebelum keluar dia mengambil sesuatu ditasnya dan memasukkannya ke kantong dengan cepat.
“Sialan! Aku benar-benar marah!” seru Kagami yang masih kesal. Dia mendudukkan tubuhnya di sebelah Kuroko yang maish saja diam.
“Jangan merusak apa-apa” ucap Kuroko dengan tenang.
“Uruse na! Aku tahu itu!” seru Kagami. “Tapi, aku tidak menyangka kau akan setenang-” ucapan Kagami terhenti saat melihat wajah Kuroko yang sudah menahan marah.
[Name] berjalan menyusuri lorong, sebelum akhirnya dia menepi di tempat yang lumayan sepi. Dia mengambil sebotol obat penenang yang diambilnya tadi dan mengambil dua pil sebelum menelannya. Dia menatap tangannya yang masih saja gemetaran, sebelum akhirnya mengepalkan tangannya.
“Dasar lemah” sarkas [Name] mengejek dirinya sendiri seraya tersenyum kecut.
“Kenapa kau ada di sini?” tanya suara khas serak dan berat.
[Name] menoleh ke belakang, dia langsung membulatkan matanya. “Daiki? Kau di sini?” tanyanya. Kali ini tidak ada senyum cerah seperti biasanya, wajah [Name] terlihat benar-benar lelah.
Aomine mengerutkan keningnya, dia berjalan mendekat dan menangkup kedua pipi [Name]. Dia mengamati lekat-lekat wajah [Name] dengan bibirnya yang sedikit pucat, dia juga bisa melihat sekilas tubuh gadis itu sedikit gemetaran.
“Daiki?” panggil [Name] lirih. Dia masih bingung dengan sikap aneh tiba-tiba Aomine.
“Kau terlihat lelah. Apa karena pemain Kirisaki Dai Ichi yang berbicara dengan Tetsu tadi?” tanya Aomina.
[Name] menggelengkan kepalanya, dia tersenyum lebar pada Aomine seolah itu bukan apa-apa. “Aku hanya sedikit emosi saja, jangan khawatir” jawab [Name]. “Jadi, sekarang lepaskan dulu. Aku mau mencari udara segar”
Bukannya melepaskan tangkupan tangannya, Aomine malah menarik tubuh kecil [Name] ke dalam pelukannya. Sontak mata [Name] melebar, dia mencoba memberontak dari kungkungan lelaki bersurai navy blue itu.
“Jangan bilang kau baik-baik saja saat tubuhmu gemetaran seperti itu, [Name]. Jangan mendorongku pergi, saat kau memang membutuhkan seseorang” ucap Aomine lirih tepat di telinga [Name]. Suara sedikit serak saat mengatakan itu, seolah menumpahkan segala rasa sakit dan sedihnya.
[Name] berhenti memberontak dan terdiam. Matanya bergetar mendengar ucapan Aomine, air mata perlahan meluncur turun ke pipinya. [Name] mulai terisak pelan, Aomine semakin mengeratkan pelukannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/250810497-288-k956146.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything About Us [KnB]
Acción[Name] akan pindah ke Amerika karena pekerjaan orang tuanya. Dia berniat pamit kepada para sahabatnya setelah pertandingan dan membuat kenangan indah bersama. Sampai akhirnya [Name] dikecewakan dengan sikap teman-temannya saat pertandingan. Dia meni...