Semoga suka. Jangan lupa vote dan coment 😉
***Dinara menuruni setiap anak tangga dengan langkah santainya. Hari ini, ia berulang tahun. Namun, baginya tidak ada yang spesial, hanya sama dengan hari-hari dijalaninya. Ia memasuki ruang makan. Terdapat banyak sekali makanan yang dihidangkan, padahal hanya ada dirinya sendiri.
"Selamat ulang tahun, Non!"
Suara dari arah belakang membuat Dinara sontak menoleh memandang bi Surti yang sedang memegang kue bolu cokelat yang tampak sederhana dengan lilin berbentuk tujuh belas. Lantas, Dinara melangkah mendekati bi Surti dengan senyum kebahagiaannya.
"Selamat ulang tahun, Non Dinara," ucap bi Surti sekali lagi di depan Dinara. "Semoga panjang umur, sehat selalu, dan menjadi pribadi yang lebih kuat," lanjut bi Surti yang membuat Dinara langsung memeluknya.
Dinara sungguh terharu dengan bi Surti. Sejak kecil, hanya bi Surti yang mengerti dirinya. Hanya bi Surti yang menemaninya sampai sekarang. Baginya, bi Surti sudah dianggap ibunya sendiri.
"Makasih, Bi," sahut Dinara dengan air mata entah sejak kapan turun membasahi pipinya.
Bi Surti melepaskan pelukannya, lalu terkejut ketika mendapati Dinara menangis. Langsung saja ia menghapus air mata itu. "Non, jangan nangis. Kan hari ini adalah hari kebahagiaan, Non. Jadi, jangan nangis lagi soalnya Non, jelek dilihat," ucap bi Surti diakhiri tawa kecil.
Lagi-lagi Dinara terharu melihat perilaku bi Surti yang begitu lembut kepadaku. Jujur saja, ia sangat rindu sosok ibu di dalam hidupnya. Namum, semua itu mungkin tidak bisa ia dapat lagi. Ia sudah terbiasa sendiri.
"Ayo, Non! Doa," celetuk Bi Surti mencairkan suasana membuat Dinara mengangguk.
Gadis itu, langsung menutup kedua matanya. Ia berdoa di dalam hati. Semoga saja semua yang diinginkan akan terkabulkan. Ia begitu sempurna di mata orang-orang, tetapi tidak dengan hatinya yang menyimpan banyak luka tanpa mereka semua sadari. Ia tidak butuh kesempurnaan. Ia hanya butuh kasih sayang yang tidak pernah ia rasakan. Untuk apa sempurna? Jika batinya tersiksa.
Setelah memakan kue yang disodorkan oleh Bi Surti, Dinara langsung melangkah keluar dengan gontai. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi menjalankan hidupnya yang hampa tanpa kehadiran mereka.
***
Afiya memakan makanan yang berada di atas meja dengan begitu bahagia. Hari ini, hari ulang tahunnya dan Nada membuatkannya begitu banyak makanan kesukaannya. Ah, rasanya ia ingin setiap hari berulang tahun supaya mamanya itu, selalu memasak makanan banyak.
"Fiya, pelan-pelan!" tegur Nada memandang sang putri yang makan dengan rakus.
Suara Nada tak dihiraukan oleh gadis gembul itu. Ia terus saja memakan semua makanan yang tertata rapi di atas meja. Baginya, masakan mamanya itu paling enak, bahkan mengalahkan restoran bintang lima. Namun, semua terhenti ketika terdengar suara bel berbunyi dari arah luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Tuan Putri [END]
Teen FictionRemaja-Fantasi Dinara dan Afiya adalah dua gadis yang sudah bersahabat sejak kecil. Dinara yang merupakan gadis cantik dan mempunyai tubuh ideal membuat ia diberi gelar sebagai mostwanted girls. Namun, berbeda dengan Afiya yang bertubuh gemuk dan je...