Bab 8 || Sikap Berbeda

119 26 50
                                    

Hallo kembali lagi🥰 semoga suka. Jangan lupa vote dan coment 😉💖

 Jangan lupa vote dan coment 😉💖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Kelas XII IPS-3 sedang free class hingga membuat murid-murid yang berada di kelas itu, sontak berteriak heboh terlalu senang. Begitulah, jika guru yang mengajar tidak hadir semuanya merdeka dari mata pelajaran yang paling menguras otak, yaitu matematika.

Kelas itu, ramai seperti pasar. Semua murid tidak terkontrol. Ada yang bergosip ria, bernyanyi tidak jelas, make up, main TikTok, games, pacaran, dan masih banyak lagi aktivitas mereka.

Sosok murid perempuan melangkah keluar kelas dengan bersenandung. Ia begitu suntuk berada di kelas XII IPS-3. Dinara itu, paling suka di tempat yang sepi daripada keramaian. Jadi, ia memutuskan akan ke taman samping sekolah yang lebih menenangkan.

Ia tak habis pikir dengan kelas sahabatnya yang begitu berisik, berbeda kelasnya yang tenang meski tidak ada guru.

"Hai, Ndut!"

Sapaan itu, membuat Dinara sontak berhenti. Ia memandang tiga murid perempuan yang sering sekali mencari masalah. Mereka bertiga adalah geng Buliies. Mendengar namanya saja, ia sudah malas apalagi bertemu dengan orangnya.

"Hai juga," balas Dinara tersenyum.

Sontak ketiga murid itu, terkejut. Dipikiran mereka, tumben sekali Afiya membalas sapaannya. Bisanya Afiya akan lari ketakutan.

"Kesambet apa lo, Ndut?" Inara bersuara dengan nada bingung.

"Mungkin dia udah gila, Ra. Jadi, kayak gitu sikapnya," celetuk Husna membuat kedua sahabatnya langsung terkekeh, merasa lucu.

Dinara memutar bola mata malas. Ketiga murid itu, sering sekali mencari masalah dengan Afiya. Untung saja ia yang memakai tubuh sahabatnya itu, jadi Afiya tidak perlu takut seperti biasanya. Mungkin ia akan memberikan sedikit pelajaran kepada ketiga manusia di hadapannya itu.

"Kalau gue gila mana mungkin gue bisa berdiri di hadapan lo sekarang. Lo buta atau gimana, sih?!" Dinara menantang mereka bertiga dengan memberikan tatapan tajam andalannya.

Lagi-lagi mereka bertiga dibuat melongo dengan ucapan Dinara. Mereka tidak tahu saja bahwa yang berada di dalam tubuh Afiya adalah Dinara, si pemberani.

"Berani banget lo lawan kita!" Kali ini, Nadira membuka suara. "Nggak usah sok-sokan berani. Jatuhnya lo nanti malah mewek," ejek Nadira tertawa diikuti kedua sahabatnya.

Dinara ingin sekali meninju ketiga murid yang berada di hadapannya, tetapi sayangnya tidak bisa saat melihat tempat yang tidak sesuai. Jika ia khilaf bisa-bisa ia di DO dari sekolah SMA 712. Huft, ternyata jadi Afiya susah. Harus memperbanyak kesabaran saat murid-murid mengejeknya, bahkan mem-bully.

"Kalian bertiga masuk kelas!" Suara berat dari salah satu guru membuat keempat murid perempuan itu, tersontak kaget.

"Urusan kita belum selesai," lontar Inara memandang tajam Dinara diikuti kedua sahabatnya, lalu mereka bertiga pergi dengan sengaja menyenggol pundak Dinara.

Dua Tuan Putri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang