Bab 58 || Kepergian

47 5 0
                                    

Jangan lupa vote dan coment 🌟
Semoga suka dengan cerita ini, ya. Terima kasih yang sudah mau mampir 🖤salam hangat pencinta sepi)

 Terima kasih yang sudah mau mampir 🖤salam hangat pencinta sepi)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Kondisi pasien sudah membaik. Perbannya sudah bisa dibuka," ucap dokter setelah selesai memeriksa keadaan Dinara.

Tadi Dinara sudah selesai menjalankan operasi mata yang syukurnya berjalan dengan lancar. Sekarang, gadis itu bisa melihat dunia lagi yang penuh warna. Beberapa hari saja gadis itu dipenuhi kegelapan tentu tidaklah mudah.

Azlan berdiri termenung memandang sendu ke arah Dinara yang matanya terlilit sebuah perban. Entah ia senang atau sedih, dirinya tidak bisa menggambarkan perasaannya saat ini.

"Apa saudari Afiya sudah siap?" tanya dokter yang akan mulai membuka perban di mata Dinara.

Sontak saja Dinara mengangguk dengan semangat. Gadis itu tentu tidak sabar untuk bisa melihat lagi. Meski sudah terima jika dirinya buta, tetapi tetap saja ia ingin kembali normal agar tidak membebani siapapun lagi termasuk Dafa.

Perlahan dokter mulai membuka lilitan perban yang membaluti mata Dinara.

"Sekarang, buka mata Anda secara perlahan," ucap dokter.

Dinara mulai membuka kedua matanya seperti yang diintruksikan dokter. Penglihatannya kabur, tetapi setelah kedua matanya terbuka sempurna semua sudah terlihat normal. Ia bisa melihat keberadaan dua sosok, Azlan dan Kiara. Tak menyangka saja wanita paruh baya itu ternyata menemani dirinya selama proses operasi berlangsung hingga sekarang.

Perlahan Dinara menerbitkan senyumannya. "Gue udah bisa liat dunia lagi."

Baik Azlan dan Kiara hanya tersenyum merasa senang karena akhirnya Dinara bisa melihat kembali, tetapi pancaran kedua sosok itu memandang Dinara dengan sendu. Sungguh menyedihkan.

"Tante senang kamu bisa melihat lagi," ucap Kiara yang sontak memeluk Dinara. Tanpa sadar air matanya turun begitu saja, tetapi cepat-cepat ia hapus, takut jika Dinara mengetahuinya.

Meski bingung dengan sikap Kiara yang tidak seperti biasanya Dinara tetap membalas pelukan wanita paruh baya itu. Dirinya sempat melirik Azlan dengan tersenyum. Mau bagaimanapun cowok itu turut hadir membantu dirinya.

Ia menoleh mencari sosok yang selama ini selalu ada untuk dirinya. Ia baru menyadari bahwa sosok itu tidak ada. Mana mungkin disaat yang penting seperti ini cowok itu tidak datang? Padahal sebelum operasi berlangsung dia terus-menerus berada di sampingnya.

"Dafa ke mana? Kok, nggak keliatan."

Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan Dinara itu. Azlan hanya bisa diam saja. Rasanya ia sangat menyesal.

Dua Tuan Putri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang