Hai apa kabar? Semoga tetap sehat-sehat, ya. Sebentar lagi mau tahun baru, ni🤭🎉
Jangan lupa tinggalkan jejak. Vote dan komen. Saran dan kritik juga diperlukan, ya🖤***
"Masuk!"
Setelah mendapatkan izin Dinara perlahan membuka pintu di hadapannya itu. Ia melangkah mendekati sosok wanita paruh baya yang terlihat sedang sibuk dengan berbagai kertas.
Dirinya mulai meletakkan kopi yang baru saja ia buat khusus untuk sang pemilik toko kue Daisy sekaligus ibu dari sahabatnya itu.
"Afiya?" Kerutan kening terpancar jelas dari wajah Kiara saat melihat Dinara yang membawakan minum padahal bukan tugas gadis itu.
"Iya, Tan yang selalu mengantarkan minum hari ini nggak datang. Aku juga nggak ada kerjaan di dapur. Dari pada nggak ngapa-ngapain lebih baik bikinin Tante kopi," sahut Dinara tersenyum ramah.
Mendengar hal itu membuat Kiara tersenyum tipis. Memang gadis di hadapannya itu berbeda. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun ia langsung saja meneguk kopi buatan Dinara.
"Makasih, ya, Fi. Oh, iya kamu barusan bilang nggak ada kerjaan. Bagaimana kalau kamu temani tante makan di kafe dekat sini?"
"Tentu boleh, Tante." Dinara tanpa berpikir dua kali langsung saja mengangguk setuju. Ia mana mungkin bisa menolak Kiara yang sudah baik dengan dirinya selama ini.
Keduanya bergegas ke kafe yang dimaksud oleh Diana. Mereka sudah terlihat duduk di pojok kiri dekat jendela. Keduanya sedang menunggu pesanan dengan suasana yang hening itu.
"Fiya, bagaimana mama kamu? Apa sudah ada kabar?" Tiba-tiba saja Kiara membuka suara.
Dinara menoleh memandang Kiara. Dirinya seketika terdiam dengan pertanyaan yang tidak bisa ia jawab. Masalah kabar? Sampai sekarang ini sang mama belum ditemukan. Entah di mana mamanya itu sekarang berada.
"Maaf, Fiya. Tante pasti buat kamu sedih. Tante nggak ada maksud sama sekali buat ingetin kamu kejadian itu," ucap Kiara yang merasa bersalah karena dirinya salah bicara. Sudah tahu gadis di hadapannya itu masih berduka, masih sedih.
Dinara tersenyum tipis meski sepertinya air matanya ini ingin menetes saja mengingat sosok Nada. Meksi bukan kandung, tetapi Nada lah yang membuat ia merasakan kasih sayang seorang ibu.
"Nggak apa-apa, Tan. Lagi pula semuanya udah berlalu. Masalah ini aku serahkan kepada yang di atas."
Kiara terlihat memandang Dinara dengan sendu. Wanita paruh baya itu, tidak tega dengan raut wajah Dinara. "Fiya, kalau butuh teman cerita sama tante aja, ya. Tante siap nemenin kamu. Apapun yang kamu butuhkan jangan segan-segan minta tolong sama tante," sahutnya perlahan menyentuh tangan Dinara untuk menguatkan gadis itu.
"Makasih, Tan. Tante udah baik sama aku selama ini."
Kiara tersenyum. "Jangan sungkan, ya sama tante. Anggap aja tante ini mama kamu. Lagi pula tante udah anggap kamu sebagai anak sendiri. Putri mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Tuan Putri [END]
Teen FictionRemaja-Fantasi Dinara dan Afiya adalah dua gadis yang sudah bersahabat sejak kecil. Dinara yang merupakan gadis cantik dan mempunyai tubuh ideal membuat ia diberi gelar sebagai mostwanted girls. Namun, berbeda dengan Afiya yang bertubuh gemuk dan je...