Remaja-Fantasi
Dinara dan Afiya adalah dua gadis yang sudah bersahabat sejak kecil. Dinara yang merupakan gadis cantik dan mempunyai tubuh ideal membuat ia diberi gelar sebagai mostwanted girls. Namun, berbeda dengan Afiya yang bertubuh gemuk dan je...
Bagaimana perasaan kalian setelah membaca part belakangan ini. Apa jantung masih aman? Tissue masih ada, 'kan? Karena kita akan lanjut nanti. Jadi, sebelum itu aku sarankan tissuenya nggak habis🤭🤣
-
-
Jangan lupa vote, tekan bintang di pojok kiri🌟 coment untuk krisar juga tidak apa-apa. Semoga menikmati part kali ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Melangkah menyusuri trotoar jalan adalah hal yang sedang dilakukan Dinara sekarang. Setelah mendengar semua kebenarannya dari Azlan membuat ia bingung harus melakukan apa lagi. Semuanya sudah hilang. Dafa pergi dan itu semua terjadi karena dirinya. Ia penyebab Dafa pergi untuk selama-lamanya.
Dinara menertawai dirinya yang bernasib buruk.
Gadis itu tidak tahu arah tujuan. Ia tidak bisa mengeluarkan air mata lagi. Semuanya sudah terkuras habis-habisan. Dirinya tidak peduli dengan penampilannya yang acak-acakan sehingga orang-orang yang ada di sekitarnya memandang dirinya aneh bahkan ada yang mengira ia tidak waras. Dirinya seperti gelandangan saja.
Namun, semua itu tidak berlangsung lama saat Dinara memutuskan untuk naik angkot saja. Ia butuh istirahat. Dirinya lelah dengan kenyataan yang menyakitkan ini. Ia tidak kuat. Ingin menyerah, tetapi tidak mudah untuk bisa sampai ke titik ini. Titik terendah untuk dirinya. Titik rapuh bagi seorang Dinara Ghaaziyah.
Tatapan Dinara sangat kosong. Gadis itu melangkah memasuki rumahnya yang langsung duduk di kursi makan. Tanpa memikirkan apapun lagi ia mengambil makanan tadi pagi. Dirinya belum memanaskannya, tetapi ia tidak peduli.
Dinara perlahan memakan makanan di hadapannya itu dengan terdiam. Sekali mengunyah membuat gadis itu tanpa sadar kembali menitikkan air matanya. Ingatan dirinya bersama dengan Dafa terus-menerus berputar. Bagaimana bisa ia menjalankan hidup? Jika sosok yang berharga di dalam hidupnya pergi.
Rasanya sangat sesak makan dengan menangis. Makanan yang tadi ada rasanya kini terasa hambar.
Tidak kuat terus-menerus seperti itu Dinara sontak beranjak memasuki kamarnya dengan langkah gontai. Ia langsung saja duduk di bawah lantai dengan menyandarkan dirinya di ranjang. Perlahan ia memeluk kedua lututnya itu dengan menenggelamkan kepalanya di kedua tangannya. Menangis dalam diam adalah hal yang sedang dirinya lakukan sekarang.
Sebuah bunyi notifikasi yang berasal dari ponselnya tidak membuat Dinara terusik. Gadis itu tidak peduli dengan hal apapun. Namun, beberapa menit gadis itu mendongak memandang ponselnya yang tergeletak tidak jauh darinya.