Bab 37 || Dia Selalu Ada

43 7 2
                                    

Nah, sesuai ucapan aku di bab sebelumnya bakal doble up untuk hari ini🎉😚

Nah, sesuai ucapan aku di bab sebelumnya bakal doble up untuk hari ini🎉😚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Tidak ada yang bisa dilakukan selain hanya kata sabar. Dinara, gadis itu melangkah menyusuri koridor kelas dengan langkah lesunya. Tidak ada rasa semangat di dalam dirinya itu.

Bagaimana tidak? Setelah bel istirahat berbunyi beberapa menit yang lalu ia lagi-lagi kembali dipanggil oleh bapak kepala sekolah. Apa lagi yang dibicarakan jika bukan masalah Sumbangan Pembinaan Pendidikan SPP yang sudah enam bulan menunggak karena belum pernah sama sekali dibayar.

Sudah berkali-kali ia mendapatkan peringatan dan teguran untuk cepat-cepat membayar atau melunasinya. Namun, ia bisa apa? Sekarang, perekonomiannya tidak baik-baik saja. Untuk makan saja sangat sulit sekali.

Setibanya di kantin gadis itu memandang sekelilingnya. Mencari tempat yang ternyaman untuk sementara menenangkan diri. Hanya  beristirahat dari semuanya meski sebentar.

Terlihat ramai, tetapi masih ada beberapa tempat yang kosong. Tentu hal itu menjadi kesempatan Dinara. Gadis itu memilih duduk di pojok kanan kantin. Ia hanya sendiri saja di tempat itu dan ia merasa lega karena pada dasarnya ia butuh waktu sendiri.

Beberapa hari ini juga ia suka sekali tempat yang berada di pojokan dan sendiri saja. Itu menurutnya lebih nyaman. Ia lebih suka menyendiri.

Begitu Dinara duduk gadis itu hanya diam saja. Tidak ada niatan sama sekali untuk beranjak membeli sesuatu yang bisa mengisi perut seperti yang ia lakukan biasanya.

Di mana-mana jika ke kantin itu pasti untuk makan. Tempat beristirahat dengan memanjakan lidah dan mengisi perut kosong para murid, tetapi berbeda dengan Dinara. Gadis itu tidak ada niatan untuk sekadar memakan sesuatu.

Ia masih saja memikirkan masalahnya. Beberapa terakhir ini ia terus-menerus ditimpa masalah. Tentu rasa-rasanya ia sangat lelah dengan semua ini. Ingin rasanya menyerah menjalani hidupnya yang palsu ini.

Ia ingin kembali ke Dinara yang dulu, tetapi rasa-rasanya sangat mustahil sekali. Ia menerima hidupnya sekarang, tetapi bukan berarti ia bisa melewati segala masalah yang terjadi. Ia tidak bisa. Sangat sulit sekali.

Dinara memerhatikan surat yang berada di tangannya itu, yang sejak dari tadi ia pegang. Surat yang ia terima untuk kesekian kalinya. Surat pembayaran uang sekolah yang sampai sekarang dirinya belum sanggup bayar.

Bagaimana ia bisa membayarnya? Jika dirinya saja tidak punya uang. Untuk hidup sehari-hari saja sangat sulit. Uang tabungannya saja sudah hampir habis. Sekarang ia benar-benar bingung untuk mendapatkan uang dari mana.

Ia hanya sendiri saja. Tidak punya siapa-siapa. Hidup sebatang kara setelah kepergian Nada. Ada harapan besar jika sang mama bisa selamat, tetapi itu semua mustahil sekali. Jadi, mulai sekarang ia harus bisa membiayai hidupnya sendiri.

Dua Tuan Putri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang