Bab 40 || Mulai Menyadari

38 5 0
                                    

Holla! Aku kembali up setelah beberapa hari menghilang. Seperti ucapan aku di bab-bab sebelumya kalau aku ini up dua kali dalam seminggu dan ini aku baru up satu kali. Jadi, InsyaAllah besok lusa alias Sabtu aku up. Kalau bukan hari weekend, ya.

 Kalau bukan hari weekend, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Afiya?"

Dinara yang tadinya sedang serius membuang sampah, tiba-tiba menoleh memandang ke arah suara yang berasal. Dibuat terkejut? Tentu karena tidak percaya dengan sosok cowok yang barusan memanggil dirinya.

"Azlan?!"

Sama halnya dengan Dinara, Azlan juga tidak percaya dengan gadis di hadapannya itu. Tadinya ia biasa-biasa saja melihat gadis berisi sedang buang sampah. Namun, semakin ia mendekat ke arah gadis itu yang berdekatan dengan posisi pintu Daisy Arsalan membuat dirinya seperti mengenal siapa sosok itu, dan benar saja tebakannya tidak pernah meleset. Sosok itu, Afiya.

Namun, yang membuat ia terkejut sekaligus bingung adalah pakaian yang dipakai gadis itu. Pakaian seragam yang sama dipakai oleh karyawan di dalam toko. Itu menandakan bahwa gadis di hadapannya merupakan salah satu karyawan Daisy Arsalan?

"Lo kerja di sini?" tanya Azlan tanpa sadar.

Dinara tidak menjawab. Sejak dari tadi gadis itu hanya diam saja dengan terlihat gugup. Ia tidak ada niatan untuk menjawab rasa penasaran Azlan. Bukanya apa-apa, hanya saja ia malu mengakui jika memang benar ia bekerja di sini.

Tahu sendiri Azlan orangnya seperti apa? Cowok itu sering kali mengejek orang-orang termasuk Dinara yang berada di tubuh Afiya bahkan cowok itu bisa saja menyebarkan kepada seluruh murid-murid 712. Itu membuat ia cemas. Semakin banyak yang mengetahui ia bekerja bisa-bisa dirinya akan menjadi bahan ejekan atau bully harian di sekolah dan ia sangat menghindari hal itu. Ia masih mau berada di zona nyaman.

Sebelum Azlan bertanya yang tidak-tidak Dinara dengan cepat melangkah pergi sehingga membuat Azlan beberapa kali memanggil nama gadis itu, tetapi sayangnya Dinara tidak peduli.

Kok, bisa cowok itu, tiba-tiba saja berada di tempat yang sama dengan dirinya?!

Begitulah pikiran Dinara yang terlihat semakin cemas saja. Semoga Azlan tidak membocorkan hal ini. Ia belum siap.

Takdir. Takdir yang mempertemukan mereka berdua, Dinara dan Azlan. Entah apa yang direncanakan Tuhan untuk mengatur takdir kedua insan itu. Kita lihat saja nanti!

Tidak tinggal diam saja Azlan langsung berlari masuk berusaha mengejar Dinara, tetapi cowok itu kehilangan jejak. Ingin mencari, tetapi ia baru mengingat dengan pesanan kuenya. Jika lama bisa-bisa si mbak pelayan yang tadi mengira dirinya ini penipu karena tak kunjung datang.

Lagi pula gadis itu tidak penting juga. Mau dia bekerja atau tidak, itu bukan urusannya.

"Totalnya dua ratus ribu, Mas," ucap sosok pelayan itu, dengan menyodorkan kantong kresek berisi kue pesanan Azlan.

Dua Tuan Putri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang