Bab 48 || Kebenaran 2

50 4 0
                                    

Halo aku up lagi🎉Oh, iya untuk seminggu ke depan aku nggak up soalnya lagi mau UTS. Kalau selesai InsyaAllah bakal up seperti biasanya. Cuma bedanya seminggu aku up dua kali. Setiap Jum'at dan Minggu. Jangan lupa vote, ya!

 Jangan lupa vote, ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Lo Dinara?"

Dinara terdiam. Gadis itu sangat mengenali suara nan dingin itu. Tidak bisa dipungkiri bahwa ia benar-benar terkejut dengan keberadaan sosok itu.

"Dinara?"

Mendengar namanya dipanggil lagi membuat Dinara dengan pelan menoleh memandang sosok Dafa yang tak jauh darinya. Cowok itu sedang memandangnya dengan begitu serius. Tatapan Dafa membuat nyalinya ciut saja.

Apakah cowok itu mendengar segalanya? Apakah cowok itu sudah tahu dirinya ini Dinara? Ah, ia sudah merasa gelisah.

Dafa melangkah dengan memasukan kedua tangannya di saku celana seperti biasanya. Pandangannya tak lepas dari Dinara. Ia mendengar segala pembicaraan mereka berdua barusan. Tadinya ia hanya kebetulan lewat, tetapi karena secara tak sengaja melihat keberadaan gadis itu di sini membuat ia tertarik untuk mendekat.

"Lo Dinara," ucap Dafa tepat di hadapan Dinara.

Dinara mendongak memandang Dafa. Ia hanya bisa diam. Tidak tahu harus mengucapkan apa. Berbohong ataupun mencari alasan sudah tidak memungkinkan mengingat cowok itu, mendengar semuanya.

"G-ue ...."

"Ikut gue!" Tiba-tiba saja Dafa menarik tangan Dinara secara paksa.

Cowok itu memandang sekitarnya. Tidak baik untuk membicarakan semuanya di sini. Sudah banyak murid berkeliaran. Tidak aman untuk gadis di hadapannya itu.

***

"Sekarang, lo nggak bisa bohong."

Dinara terlihat tegang. Gadis itu meremas tangannya. Sampai sekarang ini, ia belum berani membuka suara. Ia tidak siap untuk ini. Peluh keringat pun sudah membanjiri wajahnya. Untung saja angin di taman terasa segar.

"Lo Dinara, dan dia ... dia Afiya?" lanjut Dafa yang menoleh memandang gadis di sampingnya itu.

Meski sangat bingung apa yang sebenarnya terjadi, tetapi ia sangat yakin bahwa keduanya tertukar. Entah bagaimana ceritanya bisa terjadi hal di luar nalar manusia.

Mungkin ini sudah saatnya untuk mengatakan semua kebenarannya. Dengan napas dalam-dalamnya Dinara mengucapkan, "Semua yang lo dengar itu, kebenarannya. Gue Dinara. Selama ini gue terperangkap di dalam tubuh Fiya. Entah sampai kapan gue di sini."

Sulit dipercaya, tetapi ini kebenarannya. Dari awal ia heran dan merasa aneh sekali dengan sikap keduanya. Jadi, penyebabnya adalah ini. Sekarang, pertanyaannya yang dulu kini sudah terjawab.

"Pohon keramat. Lo udah tau cerita mitos pohon yang ada di depan rumah gue sama Fiya 'kan?" Dinara melanjutkan ucapannya. Gadis itu sudah mau terbuka untuk menceritakan segalanya karena sepertinya tidak ada lagi yang perlu ditutupi. Dafa sudah mengetahui rahasia ini.

Dua Tuan Putri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang