Apa kabar? Semoga tetap dalam keadaan sehat-sehat, ya. Aku kembali up dan up-nya itu, malam banget. Maaf, ya karena nggak sesuai jadwal up seminggu dua kali. Jadi, sebagai gantinya aku up dalam seminggu ini tiga hari. Hanya untuk Minggu ini aja, ya buat gantiin Minggu lalu karena cuma up satu bab aja. Semoga masih suka cerita ini, ya.
Kalau ada krisar silakan, ya dengan senang hati aku terima. Karena itu, juga berguna banget buat aku.
Sedikit clue aja, ya bakal ada banyak kejutan di bab selanjutnya. Jadi, aku sarankan siapkan mental, ya. Jangan terkejut, xixixi.
***
"Dafa!"
Teriakkan itu membua Dafa yang tadinya sedang berjalan di koridor utama langsung menoleh ke belakang memandang sosok gadis yang selalu saja memenuhi pikirannya itu. Gadis itu berlari ke arahnya sehingga mau tak mau ia harus menunggu karena jika dilihat-lihat sepertinya ada yang penting.
"Fiya? Ada apa?" tanyanya terlihat bingung dengan gadis yang sekarang berada di hadapannya itu.
Dinara. Gadis itu tidak langsung menjawab kebingungan Dafa. Ia memandang Dafa dengan sangat serius seraya mengeluarkan sebuah amplop dari saku bajunya itu.
"Daf, gue tau lo yang nyuruh kak Titi buat ngasih ini 'kan?" Dinara memperlihatkan amplop yang ia pegang.
"Amplop?" beo Dafa yang benar-benar tidak tahu-menahu tentang amplop yang sekarang sedang dibicarakan Dinara.
"Nggak usah pura-pura nggak tau." Dinara mengembuskan napas berat. "Gue tau niat lo baik, Daf. Lo cuman mau bantu gue, tapi nggak gini juga caranya. Gue nggak butuh rasa kasihan atau empati. Gue juga nggak nggak mau repotin lo lagi. Kerja di toko nyokap lo aja gue udah bersyukur banget."
Tentu saja Dinara tidak semudah itu menerima uang yang diberikan kemarin. Ia yakin ini bukan bonus. Ada seseorang dibalik semua ini dan ia yakin sosok itu adalah Dafa. Selama ini hanya cowok itu saja yang selalu setia membantu dirinya.
"Lo ngomong apa, sih, Fi? Maksud lo apa? Gue benar-benar nggak tau apa-apa." Dafa semakin bingung saja.
Dinara tahu bahwa Dafa tidak akan mengaku dan ia biarkan saja yang terpenting sekarang ia kembalikan uang yang berada di amplop ini dari pada dirinya merasa terus-menerus tidak enak. Tahu sendiri di dalam amplop itu nominalnya tidak sedikit. Bisa dikatakan banyak. Jutaan. Mana bisa ia terima begitu saja tanpa ada usaha.
"Terserah lo aja yang terpenting jangan lakuin hal kayak gini lagi. Gue nggak mau karyawan yang lainya berpikir lo pilih kasih karena menganggap gue ini spesial. Gue lebih suka dianggap sama rata dengan karyawan lainnya."
Dafa memang baik, ia mengakui itu. Namun, bukan berarti kebaikan cowok itu ia terima. Ia tidak bisa karena merasa seperti memanfaatkan Dafa saja.
"Daf, makasih dan maaf gue nggak bisa terima ini." Dinara memberikan amplopnya kepada Dafa. "Gue ke kelas duluan, ya." Ia tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Tuan Putri [END]
Fiksi RemajaRemaja-Fantasi Dinara dan Afiya adalah dua gadis yang sudah bersahabat sejak kecil. Dinara yang merupakan gadis cantik dan mempunyai tubuh ideal membuat ia diberi gelar sebagai mostwanted girls. Namun, berbeda dengan Afiya yang bertubuh gemuk dan je...