Bab 57 || Terakhir Kalinya

41 8 0
                                    

Ada yang bisa tebak dari judul di atas?👀🖖

Jangan lupa vote dan coment. Aku nggak berhenti ingetin kalian soalnya vote itu, nggak susah, loh anti ribet. Malah gratis. Cuma tekan 🌟 yang ada di pojok lalu selesai, deh. Mau coment? Bisa krisar soalnya tulisanku ini masih jauh banget dari penulis-penulis lainnya.

 Mau coment? Bisa krisar soalnya tulisanku ini masih jauh banget dari penulis-penulis lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Gue di mana?!"

Dinara terlihat panik. Gadis itu baru saja tersadar dengan tangannya meraba-raba sekitarnya yang hanya dipenuhi kegelapan saja.

Dafa yang sedang menjaga Dinara sontak saja memegang tangan gadis itu. "Lo tenang, Na. Gue ada di sini."

"Dafa?"

Dafa mengangguk. "Iya, Na. Lo nggak usah takut, ya."

Tentu Dinara tidak akan pernah takut selama Dafa selalu bersama dengan dirinya. Namun, yang ia pikirkan adalah mengapa di sekitarnya gelap. Padahal jelas-jelas ia sudah membuka kedua matanya.

"Daf, kok gelap? Udah malam, ya? Lampunya dinyalain dong! Kalau mati gini mana bisa kita berdua ngeliat," lontar Dinara yang masih belum mengerti.

Dafa hanya diam termenung memandang Dinara dengan sendu. Bagaimana ia bisa mengucapkan hal buruk ini kepada gadis itu. Ia takut Dinara kembali bersedih.

"Dafa, kok lo diam, sih?! Lo masih di sini 'kan?"

"A-h, iya, Na. Gue masih di sini. Tenang aja kali ini gue bakal terus jagain lo."

"Itu pun gue udah tau kali! Lampunya, Dafa." Merasa tidak ada pergerakan dari Dafa, Dinara berinsiatif sendiri untuk menyalakan lampu, tetapi tiba-tiba saja ia hampir terjatuh jika tidak ada Dafa yang menahan dirinya.

"Hati-hati, Na. Mending sekarang lo istirahat aja."

"Daf ... sebenarnya gue kenapa?" tanya Dinara tiba-tiba yang kali ini serius. Tidak ada sahutan dari Dafa membuat ia sudah tahu. "Gue buta, ya?" tebaknya yang baru mengingat terakhir kali dirinya tertabrak mobil dan tentu berakhir di rumah sakit.

Melihat semuanya gelap ia sudah tahu apa yang terjadi. Saat kecelakaan itu beling kaca yang berasal dari akuariumnya memang sempat mengenai kedua matanya. Maka dari itu ia merasakan matanya perih.

Dinara memang tidak mudah dibohongi. Gadis itu sangat pintar yang hanya membuat Dafa diam saja.

"Na ...."

"G-ue udah tau!" Dinara mencoba tersenyum meski rasanya sangat sulit. Gadis itu membuang muka disaat air matanya turun begitu saja. Cepat-cepat ia menghapusnya, tidak mau dianggap lemah.

"Na ...," lirih Dafa yang mengerti jika Dinara hanya berpura-pura kuat saja pada dasarnya gadis itu sangat rapuh.

"Nggak apa-apa kali, Daf! Ini cuman buta doang. Bukan apa-apa. Lagian gue bisa melihat atau tidak, sama aja, nggak ada yang spesial."

Dua Tuan Putri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang