Remaja-Fantasi
Dinara dan Afiya adalah dua gadis yang sudah bersahabat sejak kecil. Dinara yang merupakan gadis cantik dan mempunyai tubuh ideal membuat ia diberi gelar sebagai mostwanted girls. Namun, berbeda dengan Afiya yang bertubuh gemuk dan je...
Aku uptade sesuai dengan jadwal 🎉Semoga suka part kali ini. Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote and coment☺️Krisar sama review juga diterima sekali 😉
Dengarkan lagu di atas ok? Soalnya liriknya bagus banget menurut aku😚
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Beberapa murid-murid sudah membubarkan diri. Mereka semua tentunya menghela napas lega karena sudah terbebas dari soal-soal memusingkan. Itu semua dilakukan demi kepentingan sendiri dan sekolah untuk bisa memenangkan olimpiade.
Dafa perlahan membantu Dinara untuk berjalan dengan sangat pelan. Kondisi gadis itu belum membaik. Sebenarnya cowok itu bisa saja mengantar Dinara pulang terlebih dahulu. Namun, Dinara sangat menolak keras. Gadis itu tidak enak dengan murid lainnya.
"Hati-hati," ucap Dafa memegang kedua bahu Dinara.
Sebenarnya Dinara sangat risi. Pasalnya jarak antara Dafa sangat dekat apalagi cowok itu memegang bahunya. Rasanya sangat tidak nyaman sekali. Meski ia sering kali sedekat ini dengan Azlan dulu, tetapi kali ini berbeda bersama Dafa.
"Masih bisa tahan?" Dafa memandang Dinara dengan tatapan lembut. "Soalnya mau ambil motor dulu."
Dengan begitu lemas Dinara mengangguk. Dirinya tidak selemah yang dipikirkan Dafa. Ia masih bisa berdiri dengan normal meski terkadang rasa pusing datang.
"Tunggu sebentar, ya." Dengan cepat Dafa berlari ke arah parkiran.
Sambil menunggu Dafa mengambil motor Dinara memutuskan untuk duduk di anak tangga saja. Ia tidak bisa menahan rasa pusingnya. Andai tahu seperti ini, ia usahakan untuk memakan sesuatu yang bisa melawan sakit.
"Ngapain lo? Kayak gembel aja duduk di bawah." Azlan datang dengan wajah santainya seperti biasa.
Mendengar itu tentu saja membuat Dinara sontak mendongak memandang sosok cowok yang selama ini selalu saja mengganggu pikirannya. Siapa lagi jika bukan Azlan.
Terlihat gadis itu tidak ada niatan untuk sekadar membalas ucapan cowok itu. Baginya melawan ucapan Azlan tidak akan ada habis-habisnya. Lagi pula ia sangat lemas sekarang ini.
Selang beberapa menit akhirnya Dafa datang. Anehnya cowok itu tidak membawa motor. Ia kembali dengan langkah lemas. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi.
"Motor gue tiba-tiba mogok. Jadi, kita pulang naik taksi aja, ya nggak apa-apa 'kan?" Dafa langsung membuka suara dengan berjongkok di hadapan Dinara. Cowok itu tidak memedulikan sama sekali keberadaan Azlan.
Tentu saja Dinara setuju. Malah lebih bagus jika naik taksi. Bisa menjaga jarak dengan Dafa karena sepertinya tidak baik untuk kesehatan jantungnya.
"Nggak apa-apa, kok. Terserah lo aja," jawabnya disertai senyuman tipis di bibir pucatnya.
Dafa langsung saja beranjak dari duduknya. Cowok itu tersenyum dengan membantu Dinara untuk bisa berdiri. Sayang sekali motornya sedang mogok secara tiba-tiba. Padahal ia kasihan jika harus membuat Dinara menunggu mencari taksi.