Bab 22 || Kemarahan Afiya

70 5 4
                                    

Kemarin nggak upated soalnya tiba-tiba paket, dah habis aja. Padahal perasaan baru-baru beli 😑

Jangan lupa dengar musik di atas 🎧suka juga ini lagu. Kalau dengar kadang suka ingat sahabat yang udah berubah😪

Oh, iya aku mau bilang jadwal update aku ubah karena banyak banget pekerja. Aku upated setiap hari Selasa sama Jum'at🎉aku juga bakal usahain uptade di Minggu kalau nggak ada latihan lagi 😉

 Aku upated setiap hari Selasa sama Jum'at🎉aku juga bakal usahain uptade di Minggu kalau nggak ada latihan lagi 😉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Dinara masih setia terduduk di ruang tamu Azlan. Gadis itu terlihat sedang memakan sebuah mie dengan segelas air putih. Rasanya ia ingin sekali menyumpahi Azlan. Cowok itu terbukti berbohong.

Setelah tadi mengucapkan bahwa stok makanan sudah habis berbeda dengan sekarang yang memberitahukan dirinya bahwa Azlan lupa jika menyimpan beberapa stok mie. Itu sangat menyebalkan.

Ditambah lagi dirinya terlalu berharap lebih dengan sosok cowok di hadapannya itu. Ia kira Azlan sudah mengenalnya bahwa dirinya ini adalah Dinara setelah cowok itu menyebut namanya tanpa sadar tadi. Nyatanya cowok itu mengucapkan jika salah sebut.

Menyadari mie yang berada di mangkuk sudah habis langsung saja Dinara meneguk air sampai tandas. Tidak peduli dengan tatapan Azlan. Terpenting dirinya sudah kenyang dan cepat-cepat menjawab soal. Setelah itu pergi dari hadapan cowok menyebalkan seperti Azlan.

"Mau nambah lagi?" tanya Azlan melihat isi mangkuk yang habis.

"Udah. Segitu aja gue udah kenyang."

Tentu saja Azlan membulatkan matanya. Jika dilihat-lihat dari bentuk tubuh gadis di hadapannya yang terlihat gendut pasti memiliki asupan makan lebih. Makan mie saja tidak cukup apalagi ini hanya satu porsi.

"Nggak usah gengsi kali. Gue tau lo masih mau nambah. Buruan jujur! Mumpung gue lagi mode baik," ucapannya yang sekali lagi mendapatkan penolakan dari Dinara.

"Gue benar-benar udah kenyang. Lagi pula perut gue nggak bisa nampung banyak makanan," sahut Dinara tidak sadar bahwa dirinya sekarang ini berada di tubuh Afiya.

Tentu saja Azlan terkekeh geli. Rasanya lucu sekali seorang gadis gendut mengucapkan bahwa perutnya tidak bisa menampung banyak makanan. Namun, buktinya perut gadis itu, buncit.

"Bilang aja mau diet atau gengsi. Pakai segala alasan yang nggak masuk akal. Perut lo itu buncit pasti semua makanan muat di sana," cibir Azlan yang sedang mengejek Dinara.

Benar-benar lupa jika Dinara sekarang berada di tubuh Afiya. Memang seperti itu kebiasaanya yang sulit sekali untuk dihilangkan dari dirinya. Ia menepuk jidat, lain kali dirinya akan berpikir sebelum mengucapkan sesuatu.

Tanpa mendengar ejekan Azlan lebih lanjut lagi Dinara kembali sibuk dengan buku-buku yang berada di hadapannya. Ia sudah bisa berpikir dengan sangat lancar karena perutnya sudah terisi penuh.

Dua Tuan Putri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang