Bab 25 || Permainan Afiya

56 7 8
                                    

Halo semuanya! Aku kembali menyapa setelah sekian lama🤭 mulai sekarang bakal fokus ke cerita ini dulu sampai tamat. Jangan lupa pantengin terus, ya😍

 Jangan lupa pantengin terus, ya😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Bus berwarna putih dengan nomor 02 berhenti tepat di halte atau tempat pemberhentian bus. Sosok gadis dengan tubuh berisinya itu langsung saja melangkah keluar setelah memberikan ongkos kepada tukang kernet.

Terlihat sosok gadis dengan seragam sekolah khas SMA itu yang melekat di tubuh. Perlahan gadis itu melangkah menyusuri jalanan yang sedikit berlubang ke arah gedung bangunan yang berdiri kukuh merupakan tempat ia mencari ilmu.

Banyak murid yang berjalan ke arah gedung besar itu. Tentu saja karena saatnya para murid untuk menuntut ilmu disaat hari sekolah. Tak ayal banyak yang berbincang hangat dengan teman disela-sela perjalanan.

Saat hampir saja memasuki gerbang dengan bertuliskan WELCOME TO SMA 712 banyak murid berlarian seperti biasanya bagi mereka yang memang masih memiliki sikap kekanakan.

Berlari masuk ke sekolah dengan berlomba-lomba. Tentu saja itu sudah tidak asing lagi bagi murid SMA 712. Jika sedang tidak memakai kendaraan masuk ke dalam sekolah biasanya murid-murid memanfaatkan momen untuk berlomba-lomba masuk ke dalam dengan siapa yang paling duluan.

Tentu saja momen itu adalah momen yang terindah bagi mereka. Meski sangat kekanak-kanakan, tetapi bagi mereka sangat menyenangkan. Sebelum memasuki dunia perguruan tinggi mereka semua mau menikmati terlebih dahulu masa-masa remaja diposisi putih abu-abu yang kata orang-orang sangat menyenangkan.

Jika semua sudah masuk ke dalam sekolah hanya tinggal satu lagi sosok gadis yang masih saja berjalan sendirian. Tentu saja gadis itu sangat berbeda sekali dengan murid yang lainnya.

Selagi masih ada waktu lebih baik berjalan dengan santai saja. Lagi pula bel masuk belum berbunyi, jadi aman-aman saja.

Gadis itu baru saja ingin melangkah masuk melewati gerbang, tetapi tiba-tiba saja sebelah tangan kirinya dicekal oleh seseorang dari samping yang entah siapa itu.

"Pagi, Ndut!"

Sapaan itu sudah memenuhi indra pendengaran gadis yang disebut-sebut 'Ndut' itu. Mendengar dari suaranya saja sudah sangat familier sekali bagi gadis itu.

Tanpa menoleh melihat siapa yang bersuara itu ia sudah tahu juga. Geng Bullies. Hanya geng itu saja yang sangat suka sekali mengejek, menjelek-jelekkan atau bahkan mem-bully kaum yang dianggap lemah.

Dinara. Gadis itu terpaksa menoleh memandang sang lawan yang berada di hadapannya itu. Sebenarnya jika boleh jujur sudah sangat bosan juga harus bertemu mereka terus-terusan, apalagi dengan leader baru mereka itu.

Sangat lucu sekali jika harus bosan melihat wajah sendiri. Namun, itulah kenyataan yang dialami oleh seorang Dinara Ghaaziyah yang sampai sekarang masih terjebak dengan tubuh berisi ini. Entah sejak kapan jiwanya itu kembali bersatu lagi dengan tubuhnya. Ah, seperti cerita dongeng saja.

Dua Tuan Putri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang