Bab 33 || TKW

48 8 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Fiya."

Nada membalikan badannya dan tidak sengaja melihat sang putri yang sedang berdiri dengan memegang sebuah amplop yang entah apa itu.

Ia belum sepenuhnya sadar karena baru saja terbangun dari tidur. Namun, ia membulatkan mata saat mengingat sesuatu. Langsung saja dirinya bangkit dari tidurnya itu, memandang sang putri yang terlihat menatap dirinya dengan wajah yang tidak terbaca.

"Fi, duduk di samping mama!" suruh Nada.

Dinara hanya menurut saja. Gadis itu melangkah mendekati Nada dan langsung saja mendaratkan bokongnya. Tenggorokannya terasa kering. Tidak tahu harus mengucapkan apa lagi setelah melihat sesuatu yang membuat ia terkejut.

"Jadi, ini alasan Mama pulang lebih awal?" Tiba-tiba saja Dinara bertanya dengan menoleh memandang Nada.

Nada mengembuskan napas berat. Tadinya ia ingin merahasiakan semuanya dari sang putri, tetapi ternyata putrinya itu sudah terlebih dahulu tahu.

Ia mengangguk kepala. "Di kantor mama kerja sedang diambang bangkrut sehingga beberapa karyawan terpaksa harus dikeluarkan termasuk mama. Mama di PHK."

Penjelasan Nada entah mengapa membuat Dinara lagi-lagi harus mengeluarkan air mata. Entah masalah apa lagi yang muncul.

"Kenapa harus Mama? Kenapa bukan orang lain aja?" Dinara sangat tidak terima.

"Mama nggak berdaya. Bagaimanapun mama ini karyawan."

Dinara tidak tahu harus berbuat apa lagi. Benar-benar ia dilanda masalah bertubi-tubi. Ternyata mamanya di PHK tanpa memberitahukan dirinya. Jika sang mama di PHK bagaimana untuk kehidupan sehari-hari. Harus banyak dibayar.

"Ta–pi, Ma sekarang ...."

Dinara tidak kuat untuk melanjutkan ucapannya itu. Ia benar-benar sudah dikatakan hidup serba kekurangan, miskin. Benar-benar tidak punya apa-apa. Ia menerima segala yang terjadi, tetapi setidaknya sisakan satu saja, yaitu pekerjaan. Mengapa mamanya yang harus mengalami PHK?

Terlihat Nada yang langsung saja membawa sang putri ke dalam pelukannya. Menenangkan putrinya itu yang sedang menangis dengan mengelus-elus surai hitamnya. Ia tentu saja bingung. Mau bagaimana lagi ia harus membiayai hidup sehari-hari. Zaman sekarang sangat sulit sekali mendapatkan pekerjaan.

"Kamu yang tenang, ya, Sayang. Mama yakin, mama bisa mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik."

***

"Assalamualaikum. Aku pulang!" teriak Dinara disaat sudah berada di dalam rumah.

Gadis itu mengembuskan napas dengan lega karena sampai di rumah dengan keadaan baik-baik saja. Jujur saja tadi sangat sulit sekali mencari bus yang tidak lewat-lewat juga. Namun, untung ada angkot yang secara tiba-tiba melewati halte bus.

Dua Tuan Putri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang