Bab 28 || Olimpiade

47 7 0
                                    

Hay semuanya ☺️ bagaimana kabar kalian? Semoga baik-baik saja, ya. Tetap jaga kesehatan ❤️

Jangan lupa vote, ya. Kalau nggak, juga enggak apa-apa. Udah baca aja dan mampir aku, dah bersyukur banget.

 Udah baca aja dan mampir aku, dah bersyukur banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Semuanya harap berkumpul!"

Mendengar teriakkan itu membuat Dinara yang sedang bersiap-siap di dalam kamar langsung saja melangkah keluar. Hari ini akan menjadi hari yang panjang dan tentu saja sangat melelahkan.

Hari pertama berada di kota Bandung untuk mengikuti olimpiade sudah dimulai. Semua murid yang menjadi perwakilan sekolah masing-masing disuruh untuk berkumpul.

"Fi, gimana keadaan lo? Udah mendingan?" Tiba-tiba saja dari arah timur terlihat Dafa dengan sudah memakai jas almamater khas SMA 712.

Dinara tersenyum. "Udah mendingan.  Makasih, ya udah banyak membantu kemarin," jawabnya.

Sebenarnya kepalanya masih terasa berat sekali, tetapi tidak separah kemarin. Tidak merasa pusing lagi. Jadi, ia pikir semuanya sudah baik-baik saja.

"Santai aja sama gue. Kalau ada apa-apa langsung bilang ke gue, ya."

Mereka berdua berjalan berdampingan menuju ruang aula yang sudah disediakan khusus untuk perwakilan murid-murid yang mengikuti olimpiade.

Saat mereka berdua hampir saja sampai di ruang aula terlihat sosok Rian berlari ke arah mereka.

"Kalian berdua liat Azlan nggak? Dari tadi belum keliatan," ucap Rian secara tiba-tiba saja.

Baik Dinara dan Dafa hanya menggelengkan kepalanya seolah-olah sedang mengucapkan bahwa keduanya tidak melihat keberadaan sosok Azlan.

Terlihat Rian berdecak kesal ketika tidak melihat keberadaan Azlan di mana-mana. Sejujurnya cowok itu sangat merepotkan sekali. Namun, mau bagaimana lagi? Sudah tanggung jawab sang ketua OSIS untuk mencari semua anggotanya termasuk Azlan yang tiba-tiba saja menghilang.

Namun, rasa kesal yang dirasakan Rian tidak berlangsung lama saat mendengar suara yang begitu dikenali.

"Lebih baik kamu pulang aja."

Azlan membuka suara. Sekarang, cowok itu sedang melangkah ke arah aula tempat di mana semuanya disuruh berkumpul di sana. Namun, kali ini ia tidak sendiri saja ada gadis di sampingnya itu.

Afiya. Gadis itu, entah kenapa secara tiba-tiba saja pergi menyusul Azlan. Ini tentu saja mengejutkan bagi Azlan.

"Nggak mau. Aku, dah bilang mau di sini aja. Mau semangati kamu," balas Afiya yang tetap saja tidak mau menuruti ucapan Azlan.

Bukan tanpa sebab gadis itu pergi menyusul Azlan. Afiya hanya tidak mau jika nantinya Dinara ada kesempatan untuk mendekati Azlan lagi. Ia tidak akan mau kecolongan untuk kedua kalinya. Jadi, ia berpikir untuk selalu berada di samping Azlan.

Dua Tuan Putri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang