Alohha! Apa kabar? Aku baru bisa up soalnya kemarin ada sesuatu jadi aku ganti hari ini buat up. Jangan lupa vote dan komen, ya. Krisarnya🖤
***
"Gue bantu!"
Azlan dan Dafa secara bersamaan mengucapkan hal itu yang tentu saja membuat keduanya memandang satu sama lain dengan tatapan tajamnya.
"Gue aja!" ucap Dafa menarik Dinara.
"Biar gue aja!" Azlan ikut menarik tangan Dinara.
Keduanya masih saja memandang dengan penuh permusuhan. Tentu saja Dinara mengerti dengan situasi yang tidak enak ini. Ia serba bingung dari tadi ditarik ke sana sini.
"Gue!"
"Gue!"
"Stop!" teriak Dinara. Gadis itu mengembuskan napas berat. Kesabarannya sudah habis gara-gara kedua cowok di sampingnya itu yang tidak ada yang mau akur. "Biar gue aja," lanjutnya memutuskan.
"Biar gue bantu lo," sahut Dafa yang memandang Dinara serius.
Baru saja hendak membuka suara, tetapi secara tiba-tiba saja ponsel Azlan berdering membuat ia mau tak mau harus pergi menjauh. Lagi pula untuk apa dirinya membantu gadis itu? Ia tidak punya hubungan apapun yang tadi dirinya khilaf dan merasa kasihan saja.
Entah mengapa melihat kepergian Azlan membuat Dinara merasa sedih. Mungkin saja karena ia dulu sering sekali bergantungan kepada cowok itu makanya saat tidak peduli ia merasa sakit.
"Ra, biar gue bantu. Urusan sepeda biar gue urus belakangan yang penting luka lo harus segera diobati."
Dinara tersadar. Ada Dafa di sampingnya. Seharusnya ia bersyukur karena masih ada Dafa yang selalu membantu dirinya seperti sekarang ini.
***
"Udah nggak apa-apa?" tanya Dafa yang masih terlihat khawatir.
Sekarang ini, mereka berdua sedang berada di warung tidak jauh dari lokasi Dinara terjatuh. Dafa sejak dari tadi sangat fokus mengobati luka di tangan Dinara.
"Udah nggak," sahut Dinara tersenyum. "Thanks, ya."
"Udah seharusnya jadi tanggung jawab gue. Ra, sorry gue nggak bisa jagain lo sampai lo luka kayak gini," ucap Dafa menunduk kepala. Beberapa kali cowok itu mengembuskan napas berat karena tadi ia duluan sehingga tidak bisa menjaga Dinara yang tertinggal jauh di belakang.
"Santai aja kali, Daf. Lagian ini nggak serius amat. Oh, iya! Lo mau apa dari gue? Secara lo yang menang 'kan?"
Dafa mendongak memandang Dinara. Ia membulatkan matanya. Bisa-bisanya Dinara masih sempat-sempatnya memikirkan hal itu padahal sudah jelas terluka.
"Nggak usah dipikirin yang penting lo nggak kenapa-kenapa. Bagi gue, itu udah lebih dari cukup."
"No!" Tentu Dinara tidak setuju. Dafa sudah banyak membantu dirinya dan sudah sepantasnya ia memberikan sesuatu kepada cowok itu. "Kalau lo nggak mau kasih tau gue apa yang lo mau. Oke! Biar gue ngasih lo sesuatu yang berbeda," lanjutnya berpikir serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Tuan Putri [END]
Подростковая литератураRemaja-Fantasi Dinara dan Afiya adalah dua gadis yang sudah bersahabat sejak kecil. Dinara yang merupakan gadis cantik dan mempunyai tubuh ideal membuat ia diberi gelar sebagai mostwanted girls. Namun, berbeda dengan Afiya yang bertubuh gemuk dan je...