**
Sepanjang koridor Afiya tak henti-hentinya tersenyum. Ternyata menjadi Dinara ada untungnya juga. Setiap pasang mata memandangnya, bukan tatapan seperti biasa dengan ejekan, tetapi tatapan memuji. Ia baru merasa bahwa menjadi sahabatnya itu, tidak ada salahnya juga.
Dari arah belakang, tiba-tiba saja ada yang merangkulnya membuat ia sontak terkejut apalagi melihat siapa orangnya membuat Afiya seketika grogi.
"Jadi pulang bareng 'kan?" Azlan tersenyum memandang sahabatnya.
Melihat senyum laki-laki itu saja membuat Afiya grogi setengah mati, apalagi berdekatan. "Ja-di dong!"
Afiya tidak akan melewati momen di mana ia dan Azlan pulang bersama. Dari dulu ia ingin sekali pulang atau berangkat ke sekolah bersama Azlan, cowok yang selama ini ia kagumi dalam diam. Namun, waktu itu ia masih menjadi Afiya yang gemuk dan jelek, tetapi sekarang ia sudah good looking. Ini kesempatan besar baginya untuk mendekati Azlan.
Mereka berdua sampai di depan motor sport merah milik Azlan. Afiya benar-benar tidak percaya akan berboncengan bersama Azlan. Tempat duduk yang tidak pernah diisi oleh siapapun, kecuali Dinara dan kini dirinya sendiri.
"Lan, pasangin," rengek Afiya saat tidak tahu cara memakai helm.
Tentu saja Azlan mengerutkan keningnya. Sejak kapan Dinara semanja itu? Bukan itu saja ia mengetahui betul sahabatnya sangat pintar memasang helm. Kalau pun lupa Dinara tidak akan meminta bantuan kepadanya karena gadis itu sangat mandiri.
"Lo lupa atau bagaimana, sih?! Kan lo tau cara masang helm dengan baik dan benar," ucap Azlan mendekatkan diri kepada Afiya.
Melihat itu, jantung Afiya berdetak begitu kencang saat berdekatan dengan Azlan apalagi mencium aroma mint dari cowok di hadapannya yang begitu menenangkan. Memang benar ia sangat bodoh jika memasang helm, tetapi itu juga kesempatannya untuk mendekati Azlan. Kali-kali modus, lah. Kapan lagi coba dekat dengan cowok mostwanted, ganteng, kaya, apalagi cool. Uh, idaman banget. Ia tak habis pikir dengan Dinara yang mengatakan Azlan menyebalkan. Nyatanya cowok itu, perhatian.
Setelah semua beres, mereka berdua mulai menaiki motor. Di perjalanan, hanya ada keheningan melanda mereka. Azlan yang fokus mengendarai, Afiya yang tak henti-hentinya tersenyum di belakang.
Ingin sekali rasanya memeluk Azlan, tetapi ia juga malu. Namun, semua keinginan Afiya terkabulkan saat tiba-tiba saja Azlan rem mendadak motornya membuat ia sontak memeluk cowok itu dengan erat. Lagi-lagi ia tersenyum. Hari ini, memang keberuntungannya. Tuhan sedang memihak kepadanya.
Motor sudah kembali berjalan dengan normal, tetapi Afiya masih memeluk Azlan dengan erat. Gadis itu kira bahwa Azlan memang sengaja rem mendadak motornya agak ia bisa memeluk cowok itu seperti pada novel-novel romansa yang pernah dibacanya. Namun, semua pikiran Afiya salah besar. Azlan rem mendadak motornya karena tadi hampir saja menabrak kucing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Tuan Putri [END]
Teen FictionRemaja-Fantasi Dinara dan Afiya adalah dua gadis yang sudah bersahabat sejak kecil. Dinara yang merupakan gadis cantik dan mempunyai tubuh ideal membuat ia diberi gelar sebagai mostwanted girls. Namun, berbeda dengan Afiya yang bertubuh gemuk dan je...