Bab 11 || Hancur

74 24 42
                                    

Hallo, semoga suka👋🥰jangan lupa vote+coment 😉krisar juga karena aku penulis pemula yang perlu banyak saran dari kalian💋

Hallo, semoga suka👋🥰jangan lupa vote+coment 😉krisar juga karena aku penulis pemula yang perlu banyak saran dari kalian💋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Azlan dan Afiya melangkah beriringan di tengah-tengah koridor kelas. Banyak pasang mata memerhatikan mereka. Mereka terlihat mesra seolah baru saja resmi  jadian. Namun, nyatanya mereka berdua tidak lebih dari sahabat. Meski Azlan tidak mengetahui bahwa yang sekarang bersamanya bukanlah Dinara melainkan Afiya.

"Gue ke kelas, ya," ucap Azlan saat sudah ada di lorong kelas yang memilki dua belokan.

Lantas, Afiya mengangguk dengan senyuman. "Hati-hati."

Azlan tersenyum dengan mengacak-acak rambut sahabatnya, lalu mulai melangkah menjauhi Afiya yang tak henti-hentinya memancarkan sebuah senyuman. Ia rasanya sedang bermimpi saja. Sudah tiga hari ia dan Azlan dekat, itu membuatnya semakin nyaman dan menyukai laki-laki itu. Hubungannya dengan Azlan sudah ada peningkatan, tidak seperti dulu yang tidak saling mengenal. Ya, walaupun ia sekarang sedang memakai tubuh sahabatnya, Dinara.

"Dinara!"

Sebuah teriakkan itu, sontak membuat Afiya menoleh memandang Rian, si ketua OSIS yang beberapa hari ini tidak pernah muncul kini hadir kembali dengan tote bag berada di tangan.

"Nih, buat lo." Rian menyerahkan sebuah tote bag di tangannya kepada Afiya. "Ini oleh-oleh dari Makassar."

Dengan senang hati Afiya menerimanya. "Lo dari Makassar? Pantas aja gue nggak pernah liat lo. Btw thanks," sahut Afiya tersenyum manis kepada Rian.

Rian sebenarnya tidak percaya memandang gadis di hadapannya yang terlihat begitu aneh. Sikapnya berbeda, tidak seperti Dinara yang dulu tidak memedulikan keberadaannya. Meski begitu, ia tetap senang karena perjuangannya selama ini untuk mengejar Dinara akhirnya memiliki sedikit peningkatan.

"Yaudah. Gue kelas dulu, ya dan jangan lupa dipakai oleh-olehnya," pamit Rian tersenyum sehingga menampakkan lesung pipinya.

Jujur saja, Rian itu ganteng, apalagi kalau tersenyum hingga menampakkan lesung pipinya yang begitu manis. Baik pula, Dinara saja yang tidak mementingkan sekitarnya. Jika dari dulu Afiya dan Dinara bertukar jiwa mungkin saja Afiya menyukai cowok itu, tetapi sayangnya ia malah terjebak dalam pesona Azlan.

"Hati-hati, siapa tau kesasar," tutur Afiya dengan nada candaan hingga lagi-lagi membuat Rian bingung. Pasalnya, dulu gadis di hadapannya itu sangat cuek kepadanya.

Setelah kepergian Rian, Afiya langsung mengambil isi dari tote bag itu yang ternyata sebuah jam tangan keluaran terbaru. Tentu saja ia melongo tidak percaya. Beruntung sekali jadi Dinara yang sempurna.

Awalnya ia tidak terima jika jiwanya ditukar, tetapi lama-kelamaan ia merasa senang. Apapun ia mau pasti dengan cepat terkabulkan. Ada Azlan, Rian, dan murid-murid lainnya yang sangat perhatian dengan Dinara, tubuh yang sekarang ia pakai. Ah, rasanya ia tidak mau lagi kembali ke tubuh aslinya. Ia sudah terlanjut nyaman dengan tubuh sahabatnya.

Dua Tuan Putri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang