Bab 29 || Olimpiade 2

42 11 3
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Tes ke satu sudah selesai. Semua peserta sudah keluar dari ruang masing-masing. Mereka hanya menunggu pengumuman yang akan maju ke babak selanjutnya. Tentu saja para juri membutuhkan waktu beberapa jam untuk menentukan yang berhak lolos untuk kembali bertarung memperebutkan juara.

Kini semuanya mulai beristirahat.  Mereka semua diberikan waktu untuk berjalan-jalan. Terserah mau ke mana, tetapi yang pasti tidak jauh dari hotel.

Jika semuanya memilih untuk mengistirahatkan otak berbeda dengan Dinara. Gadis itu masih saja sibuk dengan buku-buku di hadapannya itu. Ambisi untuk menjadi juara sudah tertanam di dalam dirinya.

Meski belum tahu siapa yang akan masuk ke babak selanjutnya, Dinara tetap mempersiapkan diri. Entah kenapa gadis itu sangat yakin sekali bahwa ia akan lolos ke babak selanjutnya. Semoga saja apa yang dipikirkan memang benar adanya.

Gadis itu berada di kamar hotel sendirian. Biasanya ada dua siswi dari SMA 712 juga di dalam ruangan yang sama dengan Dinara karena untuk satu kamar hotel diisi oleh tiga murid. Namun, sepertinya keduanya lebih suka berjalan-jalan di luar mencari udara segar dari pada di dalam kamar tidak melakukan apapun.

Dinara sangat serius sekali menulis beberapa rumus yang harus ia pelajari. Tentu saja perkara rumus tidak mudah bagi gadis itu. Harus membutuhkan waktu berjam-jam untuk bisa mengetahui semuanya.

Sejujurnya kepala gadis itu terasa pusing sedikit. Kepalanya terasa berat. Untung saja saat di ruang tadi tidak terjadi apa-apa dengan dirinya. Hanya mimisan saja yang baginya tidak ada apa-apanya. Tidak ada yang bisa menghalangi dirinya untuk kalah dalam olimpiade ini. Ia harus maju.

Fokus gadis itu secara tiba-tiba saja terpecahkan dengan suara ketukan pintu dari luar. Tentu saja itu membuat Dinara kesal. Tahu sendiri jika ia belajar tidak suka yang namanya diganggu.

"Masuk!" teriaknya langsung melanjutkan tulisannya itu.

Terlihat Dafa yang perlahan masuk ke dalam. Cowok itu yang barusan mengetuk pintu kamar Dinara. Tentu saja Dafa merasa khawatir karena tidak melihat Dinara di mana-mana.

Disaat semuanya sedang berjalan-jalan, mencari udara segar gadis itu malah mengurung diri di dalam kamar dengan sibuk ditemani begitu banyak buku-buku. Dafa menggelengkan kepalanya. Sekarang gadis itu sangat ambisi sekali untuk belajar.

Perlahan Dafa melangkah mendekati Dinara. Cowok itu membuka pintu kamar hotel dengan lebar-lebar. Tentu saja ia sangat tahu betul batasan. Maka dari itu ia tidak mau jika ada terjadi kesalahpahaman atau fitnah yang tidak diinginkan. Jadi, lebih baik cari aman saja.

"Kenapa nggak keluar?" Tiba-tiba Dafa bertanya.

Dinara diam. Gadis itu tidak ada niatan sama sekali menjawab pertanyaan Dafa. Ia masih saja sibuk dengan berbagai rumus yang ia tulis.

"Fi, seharusnya lo istirahat dulu. Jangan memaksakan diri. Nanti lo jatuh sakit," ucap Dafa memandang Dinara yang masih saja sibuk.

Dinara berhenti. Gadis itu, meletakkan pulpennya. Ia mendongak memandang Dafa. "Belajar itu penting."

Dua Tuan Putri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang