Keputusan akhir

271 27 13
                                    

Saatnya memutuskan, menanti atau melupakan
~
Sammy
























Chiko POV

"CHIKO!" Teriak suara yang ku kenal, perlahan aku menoleh ke belakang dari mana suara berasal.

Dan ternyata.

Anin berlari ke arahku dengan air mata yang mengalir di pipinya.

Aku diam tak bergerak di tempatku, entah harus berbuat apa.

Dia sampai di depan ku dengan nafas terengah-engah, dia menatapku dengan tatapan yang tak dapat ku mengerti, aku masih diam tak tau harus berkata apa, apa yang dia lakukan di sini.

PLAKKK

Dia menamparku, ku usap pipiku yang terasa sakit karena tamparannya, tapi aku masih tak berbicara apapun.

"Setelah apa yang lu lakuin tiba-tiba pergi gitu aja, ga tanggung jawab sama apa yang gue rasain!" Ucapnya datar.

Aku hanya menunduk tak dapat melihat mata orang yang ku sayangi di depanku ini.

"LIAT GUE!" Bentaknya.

Dengan perlahan aku menatap kedua mata itu.

Deg

Tiba-tiba dia memelukku sampai aku sedikit terhuyung kebelakang.

"Lu kenapa payah banget sih...sampai ga bisa peka sama apa yang gue rasain hiks...hiks...hiks..." Lirihnya sambil terisak.

"Ma..ksud..ka..mu?" Tanyaku setelah sekian lama hanya mampu diam.

"Bodoh! Aku juga suka sama kamu Chiko, jangan pergi aku mohon" kesalnya, tapi senyumku jadi mengembang setelah dia mengucapkan itu.

"Hahaha jadi kamu ke sini nangis-nangis karena ga mau aku pergi hahaha"

Bugh bugu bugh bugu

"Aaaww...aaw..aaawww, sakit nin, ko di pukulin sih" aku berusaha menghindar dari pukulannya tapi nihil, karena aku malah terus kena pukulannya.

"Kalo mau pergi, pergi aja gue ga masalah ko" ketusnya mengusap air matanya kasar dan menyilangkan tangannya di dada.

"Hahaha yaudah aku pergi ya, aku mau ke Indonesia, kangen soalnya, di sini ga da nasi Padang sama kerak telor, apalagi cilok, cimol, martabak, Sempol, baso, seblak.."

"Semuanya aja kamu absen!" Potongnya.

"Hahahah yaudah aku pergi ya, kamu ga mikir aku bakalan pergi untuk selamanya kan, aku hanya akan pergi sementara, aku akan balik lagi ke sini, bawa oleh-oleh buat mereka yang pengen banget nyobain makanan dari Indonesia, tapi susah sih bawa martabak ke sini"

Dia masih bete dan memalingkan wajahnya.

Aku menangkup wajahnya dan menatapnya dengan tatapan yang biasa ku berikan padanya, yaitu tatapan penuh cinta.

"Denger aku baik-baik, aku tau kamu juga suka sama aku, kamu juga cinta sama aku, dan ini adalah upaya terakhir aku, aku yakin kamu akan menyusulku karena kamu juga punya perasaan yang sama denganku, tapi kamu hanya gengsi dan yang harus aku lakukan adalah membuatmu melupakan gengsi itu dan jujur pada perasaanmu" jelasku tak lupa dengan senyuman.

My Different Girlfriend (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang