JS 13 [Terdampar di tempat asing] ☑️

7.9K 310 27
                                    

Aku masih mengenakan mukenah lengkap di tempat asing ini.
Mencoba berjalan kesana kemari mencari lorong hitam yang telah membawaku, namun hasilnya nihil.

Sudah lama mencari, tapi aku belum menemukan cara untuk kembali,
bukan menyerah, tapi aku sudah sangat lelah.

Aku meniup batu yang berserakan, untuk di jadikan tempat duduk. Batu itu penuh dengan debu tebal, bahkan pepohonan pun nyaris tertutup dengan debu hingga menimbulkan warna abu.

"Tak ada gunanya aku terus menangis seperti ini, aku harus tenang, supaya bisa menemukan jalan keluar!"

Aku bangkit dan berjalan menjauh, doa terus ku panjatkan tanpa henti dalam hati.
Terasa sudah sangat panjang perjalanan yang telah aku lalui, bahkan semuanya terlihat sama, aku hanya berputar-putar saja ditempat ini.

Ku hentikan langkahku sesaat, kejanggalan mulai ku rasakan. Dimana di tempat asing ini sangat terang, tetapi aku sama sekali tidak melihat letak matahari itu berada.

"Lelah, aku haus dan lapar." Rintihku.

🔥

"Apakah kamu tersesat?" Tanya seorang Kakek mengejutkan ku.

Spontan aku langsung berlari menjauh, karena suara itu terdengar secara tiba-tiba.

Darimana kakek itu datang? Apakah Kakek itu seorang manusia?

"Apakah ada manusia tinggal di tempat gersang seperti ini?" Hatiku bermonolog.

"I-iya, Kek. Saya tersesat." Jawabku terbata-bata.

"Apakah kamu haus dan lapar?"

"Kamu bisa ikut dengan saya. Kamu juga bisa beristirahat di rumah saya, untuk menghilangkan penat, kamu terlihat sangat lelah. Ayo ikut," Ucapnya.

Meskipun ragu, aku mencoba berpikir positif dan menganggap kedatangan Kakek itu pertolongan dari Allah.
Aku menang sedang haus dan lapar, semoga Kakek adalah orang yang baik.

Aku mengikuti Kakek itu dari belakang. Tempat yang kami telusuri, seperti desa terpencil, namun padat sekali akan penduduk.
Seingatku, aku baru saja kemari, tapi tidak menemukan pedesaan, yang ku lihat adalah bebatuan dan pepohonan yang di penuhi dengan debu tebal.

Kenapa semua itu berubah? Tanah gersang yang ku lihat, berubah menjadi banyak sekali rumah warga?

Semua bangunan terlihat sama, rumah yang terbilang besar dengan bentuk memanjang, atap rumahnya terbuat dari batang padi, dindingnya terbuat dari anyaman bambu yang di beri warna senada.

"Ayo masuk!"Kata Kakek itu sukses membuyakan lamunan.

Kakek menyuruhku masuk ke dalam rumah dan segera mengikutinya.
Alas rumah tersusun rapi dengan kayu jati mengkilap yang di ukir sedemikian rupa.

"Duduklah," Ucap Kakek.

Aku duduk di sebuah kursi di antara banyak kursi yang lain.
Baru kali ini aku melihat ada kursi sederhana, tapi terkesan sangat mewah, bahkan semuanya begitu asing ku lihat.

"Makan dan minumlah dulu. Habiskan dalam waktu lima belas menit." Pinta Kakek tanpa ekspresi.

Aneh! kenapa harus dalam waktu lima belas menit, Kakek menyuruhku untuk menghabiskan makanan itu?
Entahlah, karena rasa haus dan lapar yang sudah tidak tertahankan, akhirnya aku pun bersegera menyantap pemberian sang Kakek.

Kakek itu berlalu, pergi ke arah dapur, karena sedang memberi waktu ku untuk makan terlebih dahulu

Makanannya sangat lezat, bumbu rempah-rempahnya lekat, terasa pas di lidah. Bahkan masakan ku saja, tidak ada apa-apanya dengan rasa masakan Kakek.

 JELMAAN SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang