JS 23 [Pertolongan] ☑️

6.1K 306 40
                                    

Dengan cepat mas Rey mendekatiku, bersama mahluk yang lain di belakangnya.

Namun langkah mas Rey terhenti, "Kepung dia!" Serunya.

Dengan sigap mereka mengepungku, hingga kini posisiku ada di tengah- tengah mereka.

"Kau tidak bisa lari sekarang!" Tawanya.

Disini aku sudah hampir put us asa, aku tidak bisa berfikir lagi, sakit hati kepada sosok asap hitam, yaitu mas Rey yang kini sudah ku kenal sebagai mahluk yang baik tega menginginkan nya-waku, dengan cara membuat kebohongan sampai sejauh ini.

Semua mahluk sudah berada di sekelilingku, gigi bertaring yang panjang, kuku yang tajam dan wajah yang mengerikan menambah ketakutanku.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Ya Allah bantu aku,"

Aku sudah sampai ke tempat ini, aku ingin pulang ke rumah, aku rindu anak-anak, aku rindu kedua orangtuaku.

Mas Rey tidak sedikitpun mempunyai rasa kasihan padaku.
Aku sudah tidak lagi mengharapkan nya, hanya satu yang ku inginkan darinya, bebaskan aku! Biarkan aku keluar dari tempat ini, karena aku ingin kembali berkumpul dengan keluargaku.

"A-aa!" Teriakku.

Aku terpental membentur ke dinding dengan sangat keras, ketika mas Rey menunjuk jarinya ke arahku. Ada dorongan hebat dari jari telunjuknya saat mencoba melukaiku.

Niatnya membunuhku itu memang akan dia lakukan, mas Rey tidak main-main dengan ucapannya untuk menyakitiku, bahkan dia dengan tiba-tiba menyerang ku di saat aku belum siap.

Ku lihat ke sekeliling ruangan, mahluk yang lain juga menginginkan kebinasaan ku saat ini juga.

"Bagaimana ini, ya Allah berikan aku pertolongan-Mu." Batinku memohon.

Ini kedua kalinya mas Rey menunjuk jari tangannya ke arahku, padahal aku saja belum sempat bangkit setelah serangan pertamanya, sekarang aku harus mendapatkan serangan ke dua yang lebih menyakitkan.

Mas Rey membabi buta, dia ingin membvnvhku detik ini juga.
Aku sudah seperti daun yang tertiup angin, terbang kesana kesini dan jatuh dari ketinggian. Aku merintih kesakitan, tapi siapa yang peduli? Tidak ada!

Mas Rey malah semakin senang, ia tertawa bersama mahluk yang lainnya dengan tawa kemenangan.

"Sungguh kejam, aku membencinya!"

Posisiku sekarang, berada di sudut dinding, badanku sulit sekali di gerakan. Apa mungkin dengan kondisiku yang seperti ini, aku bisa kembali?
"Ya Allah, bantu aku agar bisa keluar dari semua mahluk jahat ini,"

"Mana Tuhanmu, Ratih?" Seru mahluk yang paling bes-ar.

"Tuhan yang kau katakan, selalu ada dan selalu menemani di setiap langkahmu itu? Sekarang dimana dia?
Bahkan saat kau sudah tak berdaya begitupun, dia tak datang juga menolong mu!" Tawanya semakin keras.

"Benarkan kataku? Tuhan-mu hanya mengantar nyawamu saja pada kami. Kamu di biarkan ma-ti di tempat kami, jangan harap kamu bisa kembali, Ratih!"

"Ada dua pilihan untukmu sekarang, mau langsung aku bunuh atau kami siksa terlebih dulu, seperti mimpimu saat aku pura-pura tersiksa? Ha-ha-ha!" Tanya mas Rey dengan enteng.

Sungguh aku tak percaya, mas Rey bisa setega itu padaku. Dia memberikan pilihan antara membunuhku langsung atau menyiksaku terlebih dahulu.

Tidak! Aku tidak akan membiarkan kedua pilihan darinya itu terjadi! Aku harus pulang, aku harus bisa keluar dari tempat ini, aku yakin Allah pasti membantuku!"

Bersusah payah akupun bangkit dan berusaha berdiri tegak.

Lebam di seluruh badan akibat benturan, semakin membiru. Bahkan darah keluar begitu saja dari hidungku.
Aku memberanikan diri menatap mas Rey dan mahluk menyeramkan itu dengan tatapan kebencian.

"Demi Allah, kalian yang ada di ruangan ini, adalah musuh Allah!" Teriakku penuh keberanian.

"Ya Allah, bantulah aku menghadapi musuh-Mu yang terkvtvk ini," Sambung ku, dengan keras.

"Berani sekali kau meninggikan suara, Ratih!" Murkanya.

"Memang lebih baik, kau segera ku hab1si. Tiada ampun bagimu manusia bo-doh!" Teriak mas Rey dengan wajah memerah.

Sebuah anak panah kecil tanpa busur di layangkan mahluk itu ke arahku.

"Aku berlindung kepada-Mu dari semua mahluk jahat yang terkutuk."

Anak panah itu, mengenai bagian perutku!

Anak panah kecil yang sangat tajam itu menancap di bagian perutku, setelah aku berusaha menghindarinya, namun dia itu lebih pintar memainkan anak panahnya.

Tapi kenapa aku tidak merasakan sakit sedikit pun?

Aku tidak merasakan apa-apa ketika anak panah itu, menancap perutku.

SELEMBAR DAUN KERING.

Satu lembar daun, menempel di dalam mukenah, tepat di bagian perutku.
Ternyata anak panah itu menancap di selembar daun itu.
Ini pertolongan! Anak panah setajam ini tidak mampu menembus perutku dan hanya menancap di selembar daun yang sangat tipis.

Aku seperti pernah melihat daun ini, iya aku ingat!
ini adalah daun kering si pohon besar di tempat berkabut, yang berjatuhan.

Allah menolongku melalui daun si pohon yang diam-diam membekaliku dengan selembar daun, tanpa ku sadari.

Pertanda apa ini?

Jika pohon itu menipuku, kenapa dia selalu menolongku?

Lalu bagaiamana dengan Nenek dan kakek Tohir?

🔥

Mas Rey dan semua mahluk mematung, saat anak panah itu tidak bisa melukaiku.
Mereka membisu saat anak panah itu kini berada dalam genggaman tanganku.

Lanjut part 24 ya 🤗

BERSAMBUNG.

 JELMAAN SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang