#Part 32 🌑JELMAAN SUAMIKU🌑

5.4K 263 70
                                    

"Astaghfirullah, astaghfirullah astaghfirullah ya Allah, ya Rabb."

Aku membuka mataku dengan bercucuran keringat. Keringat membasahi seluruh badanku, jantung berdetak kencang, nafas tidak beraturan.

Aku bisa membuka mataku kembali dengan jelas, pandangan ku dan pendengaran ku sudah mulai berfungsi normal.

"Ya Allah ternyata ini hanya mimpi.
Ini hanyalah mimpi, aku masih hidup  ya Allah, aku masih hidup!"

Aku terbangun dengan rasa sakit  yang masih aku rasakan, ku usap butir air mata yang menetes di kedua pipi. Mimpi itu begitu nyata, tidak bisa aku ungkapkan rasa sedih dan takutku ketika itu.

Aku ada dimana sekarang?

Aku sudah bisa melihat jelas ke sekeliling ruangan, tapi entahlah.
Aku mencoba bangkit dari berbaring nya badan, aku duduk menyender sembari menyentuh perut, aku hanya bisa meringis menahan sakit pada perutku.

"Kamu sudah sadar?" seorang nenek masuk dan menghampiri ku.

"Bagaimana keadaanmu sekarang?"

Seorang kakek mendekat dan menanyakan keaadaan ku. Aku tidak menjawab, aku hanya diam memandangi wajahnya.

"Bagaimana rasanya sekarang?"

Nenek itu mendekatiku dan duduk di sampingku. Aku masih terdiam.

"Biarkan dia istirahat dulu, mungkin ingatannya belum terlalu pulih, ayo kita keluar," ucapnya.

Kakek itu mengajak nenek yang duduk di dekatku untuk keluar dan meninggalkanku disini sendiri.

Siapa mereka?

***

Berhari hari bahkan berminggu-minggu mereka lah yang merawatku, melayaniku  dengan baik, mulai dari makan hingga semuanya, mereka selalu memperhatikanku.

Terkadang mereka menanyakan hal hal yang tidak aku mengerti. Bukan tidak mengerti, hanya saja mungkin aku belum mengingatnya. Seperti apa yang dikatakan kakek, kala itu.

"Apakah kamu ingat benda ini?"

Nenek itu memberikan sebuah al Qur'an kecil ke tanganku. Al Qur'an itu seperti tidak asing!

Aku menggelengkan kepala.

"Cobalah buka Al-Qur'an ini dengan membaca basmallah," pintanya.

"BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM"

Aku membuka lembaran demi lembaran, satu demi satu kubuka dan perlahan aku baca.

Namun apa yang terjadi saat aku membuka lembaran selanjutnya?

Bukan huruf Al Qur'an lagi yang ada di setiap lembaran, namun aku menyaksikan sebuah kehidupan disini.
Sangat jelas aku di perlihatkan kisah kisah hidupku, saat awal menikah dengan mas Yadi, dan mempunyai seorang anak lelaki, anak itu yang ada di dalam mimpiku, Dani.

Setelah itu aku melihat jelmaan suamiku, asap hitam.
Awal mula asap itu datang dan aku pernah berhubungan dengan nya hingga setelah itu aku melihat bayi hanyut di sungai, aku mengambilnya atas permintaan asap tersebut, sampai bayi perempuan itu tumbuh besar menjadi putri cantik sekarang. Dia anak perempuan yang menangisi ku di dalam mimpi, Hafiza.
Sampailah pada saat aku bertemu dengan mas Rey, menyaksikan penyiksaan yang menimpa dirinya dan perjalanan panjang perjuangan kami, hingga akhirnya kami terjatuh ke dalam dasar sumur bersama.

"Mas Rey! mas Rey! dimana dia sekarang?"

Aku ingat semuanya, nenek dan kakek Tohir tersenyum melihatku, air mata deras membanjiri pipiku.

"Kakek, aku terjatuh, aku terjatuh bersama mas Rey!" tutur ku.

"Iya kami tau," jawabnya.

"Aku jatuh dengan mas Rey, lalu dimana dia sekarang? kenapa aku tiba-tiba ada disini? dimana mas Rey sekarang, apakah dia juga selamat!"

"Tenangkan pikiranmu, kamu baru saja pulih," nenek menyodorkan sapu tangan untuk ku.

"Dia selamat, hanya saja belum waktunya kamu melihat Rey."

"Kakek, aku mohon, antar aku menemui mas Rey sekarang, Ratih mohon."

Aku terus merintih seperti anak kecil di hadapan mereka.

Aku sangat mengkhawatirkan keadaan mas Rey. Aku memaksakan badan ku agar bisa berdiri tegak dan berjalan, tak peduli dengan rasa sakitku ini, yang aku tau, aku ingin melihat mas Rey.

Aku terjatuh dan terjatuh lagi, berusaha terus namun selalu gagal! rasa sakit sudah tidak ku hiraukan, namun aku tidak bisa membohongi diri. Aku memang belum bisa melakukannya.

Kulihat nenek dan kakek Tohir hanya bisa menyaksikan ku.

"Tidak, aku tidak boleh menyerah begitu saja, aku harus tetap semangat, aku pasti bisa! mas Rey, tunggu aku!"

Berkali kali aku mencoba untuk berdiri dan melangkahkan kaki.
Meskipun dengan rasa sakit yang tidak aku rasakan, akhirnya aku bisa bangkit dan berjalan meskipun masih sangat lambat.

Ada senyum di bibir nenek dan kakek Tohir saat melihat keberhasilanku.

"Nek aku sudah bisa berjalan, aku sudah bisa!"

Usaha tidak akan menghianati hasil!
Aku tersenyum ke arah nenek yang masih memandangku dengan mata berkaca kaca.

Mereka sangat tulus menolongku, sebenarnya siapa mereka?

Mengapa mereka selalu menolong ku, mereka membantu kami.

Entahlah, aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan mereka, meskipun aku tau, nenek dan kakek Tohir bukanlah seorang manusia.

***

"Baiklah akan kami antar kamu menemuinya."

Nenek membantu memapah berjalan. Langkahku masih sangat lambat.
Kakek Tohir berada di depan kami, dia masuk ke dalam suatu ruangan.

Ruangan apa ini?

Sejak pertama aku masuk ke rumah mereka, aku tidak  melihat ada ruangan itu disini.

Ruangan yang sangat luas, terlihat tidak layak huni. Namun ketika masuk ke dalam, sungguh begitu mencengangkan.
Bagus sekali, rapih dan bersih.
Nyaris tidak ada debu sedikitpun yang menempel disini.

Lalu dimana mas Rey?

Mengapa nenek dan kakek Tohir membawaku kesini, bukankah mereka akan mengantarku menemui mas Rey?

Tapi kenapa aku dibawa di tempat seperti ini?

Ku lihat ke sekeliling, tidak ada mas Rey.

Aku memandang wajah nenek yang masih memapah berjalan, ku hentikan langkah kakiku.

"Dimana mas Rey? kenapa aku dibawa kesini?"

Nenek itu diam, begitupun kakek Tohir. Mereka semua terdiam.
Aku melihat wajah nenek dan kakek Tohir secara bergantian. Mereka tetap saja tidak menjawab ku dan saling memandang satu sama lain.

Wajah mereka pucat dan kaku.
Kakek Tohir memundurkan langkahnya. Sekarang posisinya sejajar denganku.

"Bersiaplah."

Apa maksud kakek Tohir ?

***

Bersambung. ➡

 JELMAAN SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang