#Part 35 🌑JELMAAN SUAMIKU🌑

5.3K 272 36
                                    

[7 Hari berlalu]

Hari ini adalah hari dimana aku sudah mulai pulih kembali, sakit di badan sudah membaik, hanya saja aku masih merasakan sakit di bagian perut.
Jika dipandang oleh mata perutku seperti biasa-biasa saja, tidak ada luka ataupun yang lainya. Namun rasa sakit ini masih saja aku rasakan sampai sekarang. Itulah sebabnya aku harus lebih berhati-hati menjalani aktifitas.

Aku sudah bisa bermain dengan ana ku Hafiza, dan berkumpul lagi dengan Dani anak laki-laki ku.
Kabar kematian ku, seakan menjadi trending topik warga sekitar dan masih menjadi perbincangan hangat para tetangga. Setiap hari mereka bergilir menjengukku, mereka menanyakan hal yang sama, ingin mendengar cerita di alam lain dan sampai hidup kembali.

"Seperti apa kehidupan disana?"

Itulah pertanyaan yang selalu aku dengar, tetapi aku tidak mungkin menceritakan perjalanan ku selama disana.

Aku hanya menjawab, "Aku tidak mengingat apa-apa,"

Sampai hari ini, aku belum mulai bekerja, menjual aneka jajanan keliling seperti biasa, Hafiza selalu diantar jemput oleh kakaknya ke sekolah.
Dani memang sangat menyayangi adiknya, meskipun dia tau Hafiza bukan adik kandungnya.
Dani belum mengetahui asal-usul si kecil Fiza, yang ia tau Hafiza adalah seorang bayi yang di rawat ibunya ketika hanyut di arus sungai.

Dani juga sangat mengerti, bagaimana aku sangat mendambakan anak perempuan setelahnya, hanya saja, dulu aku dan mas Yadi sangat sulit untuk memiliki anak kedua.

"Mama jangan pikirkan kerja dulu, biar Dani saja yang mencari pekerjaan, kerja apapun itu asal halal Dani akan lakukan, sekarang mama fokus sama kesehatan dulu."

Dani meletakan teh manis dan pisang goreng dimeja untuk ku.
Dani anak yang sangat mengerti, dia selalu membantu nenek nya merawat ku.

"Aku akan tetap bekerja setelah badan ku benar benar pulih," batinku.

Hari demi hari, aku hanya menghabiskan waktu untuk beristirahat, berdiam diri di dalam rumah dan bermain dengan Hafiza.

Terkadang di saat diam, aku memikirkan keadaan mas Rey. Bagaimana kabarnya sekarang?

Aku mengingat senyuman nya, aku ingat betul wajah mas Rey.
Apa mas Rey sudah sadar sekarang?

"Ya Allah berikan mas Rey kesembuhan, sadarkanlah dia, bangunkan dia, dan jika nanti dia sudah menjadi manusia, aku mohon pulihkan semua memori ingatannya,"

Aku meraih Al Qur'an kecil pemberian nenek Tohir waktu itu, masih tersimpan rapi di atas lemari milik Hafiza, mungkin ibu yang menyimpan nya saat aku tidak sadarkan diri.

Perlahan aku membuka Al Qur'an yang sudah berada di tanganku, Al Qur'an ini sama seperti Al Qur'an yang lainya.
Huruf huruf Arab tersusun rapi jelas dan sangat indah, namun tinta yang tertulis disini berwarna hitam, bukan berwarna keemasan lagi. Sinar dari satu lembar ke lembaran lain sudah tidak bisa aku lihat. Bahkan ketika aku berusaha mencoba mematikan lampu kamar, Al Qur'an ini sudah tidak mengeluarkan sinar cahaya apapun.

"Mungkin karena semuanya telah usai, kini saatnya aku menunggu hasil di dunia nyata. antara tiga pilihan yang harus aku terima.
Mas Rey selamat, dia mencariku dan kami hidup bersama, Mas Rey selamat namun dia tak mengingatku dan mas Rey tidak ia mencari ku atau
mas Rey ......?

Tidak! mas Rey pasti selamat! aku yakin.

***

Hari ini hari ke 28, badan ku sudah mulai vit kembali, lebih baik dari sebelumnya, sakit di bagian perutku sudah mulai menghilang. Aku mulai bisa beraktivitas seperti biasa, meskipun belum di perbolehkan orang tuaku dan Dani bekerja.

Selesai mencuci baju, mencuci piring, beberes dan memasak, aku duduk di kursi depan. Karena ini hari minggu, Hafiza libur ke sekolah, dia masih asik bermain boneka di sebelahku.
Tiba-tiba Dani menghampiri kami, dengan ponsel nya yang berada di tangan, Dani terlihat senang dan duduk di sebalah adiknya, Hafiza.

"Geser dong dek," pinta Dani.

Hafiza pun langsung bergeser.

"Ma, Dani dapat tawaran kerjaan dari pak Arif,"

Dani terlihat sangat senang setelah membaca pesan whatsapp dari pak Arif.

"Oh yaa? kerja apa kalo mama boleh tau?"

"Dani diminta jaga toko material nya, karena yang biasa jaga toko pak Arif mendadak minta cuti satu bulan, jadi Dani diminta gantiin selama sebulan itu."

Memang pak Arif mempunyai usaha toko material di dua cabang yang tidak pernah sepi. Namun jarak rumah kami dengan toko material pak Arif lumayan jauh.
Dani mengalihkan pandangan ke layar HP, kemudian ia melanjutkan perkataannya.

"Tidak apa-apa kan ma? gajinya kecil sih, terus hanya satu bulan kerja gantiin karyawan nya.
Yang paling penting Dani bisa bantu mama. Di waktu sebulan itu, Dani berusaha mencari pekerjaan lain, yang penting halal."

"Ma syaa Allah, Dani anak mama!" aku memeluknya.

Memang ini salahku, aku tidak bisa menyekolahkan Dani setinggi yang dia inginkan diwaktu kecil. Masuk ke sekolah saja, di bantu beasiswa dari sekolah. Seteleh kelulusan, aku menempatkan Dani di pesantren.

Dani harus memendam cita-cita menjadi seorang dokter.
Dia ingin menjadi dokter yang baik, keinginan nya sangat mulia, Dani ingin menggratiskan biaya berobat pasien khusus di hari jum'at.

Namun apalah daya. Miskin harta, minim pendidikan, namun aku tidak mau Dani menjadi anak yang fakir ilmu agama.

"Jadi bagaimana, ma? Dani di izinkan kerja di toko pak Arif kan?"

Dani mengulang pertanyaan nya, aku mengusap butir air mata yang terjatuh begitu saja.
Ku peluk tubuh mungil Hafiza dan ku peluk Dani. "Mama mengizinkan, sayang," jawabku.

***

BERSAMBUNG. ➡

 JELMAAN SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang