#Part 31 🌑JELMAAN SUAMIKU 🌑

5.7K 250 45
                                    

Ku langkahkan kaki lebih dekat untuk melihat ada apa sebenarnya. Kedua anak itu masih saja terus menangis, posisiku sekarang sudah tepat di belakang mereka.

Rasanya aku pernah melihat kedua anak itu dan aku seperti mengenal mereka, tapi sampai sejauh ini aku belum bisa mengingat siapa mereka.

Kedua anak itu terus saja memanggil seseorang yang ada di depannya dengan sebutan ibu dan mama. Begitupun disana aku melihat seorang ibu dan bapak, mereka ikut menangis meratapi seseorang yang terbaring dan tertutup kain mori di atas meja.

Sebenarnya siapa orang yang mereka tangisi itu, aku semakin penasaran.
Aku maju beberapa langkah, namun aku sangat terkejut ketika melihat wajah orang yang sedang terbaring itu, wajahnya pucat pasi.

Orang itu adalah aku?!

Wajahnya sama persis denganku, apa itu memang aku?

Kenapa aku terbaring lemah? Mengapa mereka menangisiku? Apa aku telah mati?

Tidak, pasti dia adalah orang lain yang menyerupaiku! Aku belum mati, aku masih hidup dan aku ada disini. Mimpi macam apa ini! Aku ingin segera bangun dari mimpi buruk ini!

Ku lihat ada sebuah nisan kayu bertuliskan nama, Ratih. Nisan itu berada di samping terbujur nya tubuh orang yang menyerupai ku.
Aku melihat anak laki-laki itu memeluk tubuhku dengan erat, lama sekali. Tangisnya sungguh menyayat hati.

"Mama, jangan tinggalkan Dani. Sudah tidak ada bapak disini, sekarang Dani harus kehilangan mama lagi, begitu Ma? Tidak, Dani tidak mau kehilangan mama, Dani mohon bangun! Dengarkan Dani sekali ini saja, kepulangan Dani bukan untuk melihat kepergian mama, tapi ingin berkumpul bersama mama, kita semua kumpul sama-sama ya, bangun ma, ayo bangun. Dani mohon!"

DANI .... ?

Pecah tangisnya, ada kesedihan yang mendalam di hati Dani, anak laki-laki itu. Tiba-tiba jatuhlah air mata ini.
Aku menoleh ke arah anak perempuan itu kembali. Dia sedang menangis, kepalanya bersandar di perut orang yang menyerupaiku. Matanya merah karena tak henti-hentinya menangis. Anak itu terus saja ia memanggil nama, ibu.

"Hafiza tidak mau kehilangan ibu. Bangun bu, Fiza mau ibu bangun lagi. Ibu belum meninggal, ibu masih hidup. Hafiza tidak mau sendiri tanpa ibu. Kenapa ibu tidak membawa Hafiza ikut dengan ibu saja kalau begini? Kenapa ibu tega meninggalkan Hafiza.
Mana janji ibu? Ibu selalu bilang kita akan berkumpul bersama. Kak Dani sudah pulang, bagaimana kalau nanti ayah pulang, bu? Ayah pasti sangat sedih melihat ibu begini, ayah akan sedih ibu. Kalo ibu pergi tidak akan ada lagi kebersamaan yang Fiza impikan dari dulu, bangun bu. Hafiza sayang sama ibu, Fiza janji bakal nurut sama ibu!" tangisnya.

Aku menangis sejadi-jadinya, tidak ada orang yang mampu mendengar tangisanku disini, melihat saja mereka tidak bisa.

Aku ingat semuanya, orang yang terbaring itu memang lah aku, Ratih adalah namaku. Dani dan Hafiza mereka adalah anak-anakku. Ibu dan bapak itu adalah kedua orang tuaku. Aku merindukan mereka, sangat rindu!

Aku mendekat, berusaha menyentuh Dani, dan Hafiza, namun aku tak bisa.
Aku tidak mampu menyentuh mereka, bahkan menyentuh badan ku saja, sulit ku lakukan.

"Apa aku benar-benar sudah mati?"

"Oh Tuhan, aku memang sudah mati!"

Ini bukan mimpi, aku memang sudah tidak bisa lagi berkumpul dengan mereka! aku tidak bisa bangun dari mimpi buruk ini. Bagaiamana ini, aku tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah.

Lama sekali aku menyaksikan semua, hingga akhirnya aku harus menjadi saksi bisu kematian ku sendiri. Badan ku perlahan di pindahkan ke dalam keranda.

"Jangan, jangan masukan aku ke dalam keranda, aku mohon jangan! Aku disini, aku belum mati, aku masih hidup. Tolong lihat aku disini, dengarkan aku, aku ada disini! Ku mohon jangan bawa aku...."

Sekeras apapun aku berteriak, tetap saja mereka tidak bisa mendengar dan melihatku. Sekuat apapun aku memohon, tetap saja sia-sia.

Kulihat Hafiza menangis histeris lebih keras ketika ia harus menyaksikan aku yang sudah di gotong menjauh dari dirinya. Mereka semua menangis melihat kepergian ku.

"Aku mau dibawa kemana lagi? tolong hentikan, tolong hentikan! jangan lanjutkan langkah kaki kalian, aku masih hidup, jangan lanjutkan lagi! aku disini."

Aku menangis melihat badan ku yang terus dibawa keluar. Mereka tetap saja membawaku, di sepanjang perjalanan, Dani dan Hafiza terus saja menangis. Ada isak tangis yang tersimpan di hati ibu dan bapak ku. Banyak sekali tetangga yang mengantarku, suasana duka ku rasakan.

"Aku mau dibawa kemana, berhenti!" teriak ku.

Apa yang akan mereka lakukan setelah ini, bagaimana jika aku tidak bisa menjelaskan bahwa aku disini.
Bagaimana caranya agar aku bisa masuk lagi kedalam raga? Aku ingin hidup kembali.

Ya Allah tolong sampaikan kepada mereka!

***

Keranda perlahan di turunkan.
Sekarang aku berada dimana banyak sekali nisan-nisan tertancap.

Ini pemakaman, tidak! apa yang akan mereka lakukan?

"Ya Allah aku mohon bangunkan aku dari mimpi buruk ini, aku mohon bangunkan aku dari tidur panjang ku!"

Orang orang itu, termasuk bapak ikut menurunkan badan ku ke dalam liang lahat.

"Jangan! apa yang hendak bapak lakukan? ini Ratih, lihat Ratih ada disini. Ratih mohon dengarkan Ratih, jangan lakukan itu."

Badanku perlahan sudah diturunkan, tanah menutupi seluruh badan ku, semua orang meninggalkan ku sendiri. Di susul oleh ibu dan bapak, kemudian kedua anak ku yang enggan meninggalkan ku.

Aku duduk termenung, aku sudah pasrah dengan takdir yang Allah tetapkan. Aku menangis, mereka tidak mendengar tangisanku.

"Aku sendiri, jangan tinggalkan aku. Ibu, bapak, Dani, Hafiza!"

***

Kesedihan yang begitu dalam yaitu saat kita melihat orang yang kita sayangi pergi menjauh dari tempat peristirahatan terakhir.

Dibiarkan sendiri dengan perasaan takut luar biasa. Ingin pulang tapi tidak bisa ikut pulang.

Note: Yang seperti mimpi namun bukanlah mimpi adalah sebuah kematian. Kita bisa menyaksikan kematian tetapi kita tidak menyadari nya, kita mengira itu adalah sebuah mimpi. Setelah kita di tinggalkan oleh keluarga, kita berteriak tidak ingin di tinggal sendiri.
Setelah itu, nyawa kita akan di kembalikan lagi di dalam kubur oleh Allah, saat itulah kita menyadari ini bukanlah mimpi, tetapi kematian. 🔥

''Dan belanjakan lah sebagian dari apa yang telah kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata:

"Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?" Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan. " (QS. Al Munafiqun: 10-11).

***

Katakanlah:" Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sebenarnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang melihat yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. " (QS. Jumu'ah: 8).

***

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh." (QS. An Nisa ': 78).

"Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad)." (QS. Al Anbiya ': 34).

***

Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. " (QS. Ar Rahman: 26-27).

***

Dari Ibnu 'Umar, ia berkata, "Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu' alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya," Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik? " Beliau bersabda, "Yang paling baik akhlaknya." "Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?", Ia kembali bertanya. Beliau bersabda, "Yang paling penting mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, yang paling cerdas."
(HR. Ibnu Majah no. 4259. Hasan kata Syaikh Al Albani).

BERSAMBUNG. ➡

 JELMAAN SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang