#Part 42 🌑JELMAAN SUAMIKU🌑

4.7K 216 50
                                    

Pagi ini  Hafiza sudah bisa beraktifitas kembali dan sudah bisa berangkat ke sekolah lagi.
Makan nya sudah lahap seperti biasa, aku sangat senang melihat kesehatan anak ku kembali.

Tiba-tiba Sifa keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah rapi, dia seperti sengaja tidak menoleh dan melewati kami.

"Tante, sarapan sini."

Hafiza menggeser badan nya dan mengajak Sifa untuk ikut sarapan bersama kami.

"Iya sayang tante buru buru, nanti tante sarapan di luar, Fiza mau di beliin apa nanti."

Sifa menyempatkan untuk mendekat.

"Hafiza tidak mau di belikan apa-apa , nanti ayah juga pasti beliin Fiza."

Jawaban polos Fiza membuat Sifa memasang wajah sangat kecut.

"Hmmmm, iya."

Sifa pergi dengan segera tanpa berpamitan padaku. Aku tau Sifa pasti merasa tersinggung dengan jawaban Hafiza.
Aku hanya bisa diam, Fiza masih terlalu kecil untuk mengerti pemikiran orang dewasa. Entah kemana Sifa pergi, sepertinya Sifa masih marah soal semalam.

Hmmmmm..

***

Ku antarkan Hafiza ke sekolah,
karena sekarang perekonomian ku membaik dari sebelumnya, aku sudah bisa membeli sepeda motor untuk mengantarkan Hafiza.

"Bu nanti ayah pulang jam berapa?"

Di tengah perjalanan Hafiza menanyakan tentang kedatangan ayahnya hari ini. Huwhh!
Sampai saat ini aku belum bisa jujur kepada Hafiza, aku belum bisa mengatakan yang sebenarnya tentang siapa ayahnya.

"Ibu tidak tau sayang, nanti tunggu aja ya" jawabku.

***

Hafiza sudah masuk kedalam kelas.
Aku duduk berbaur dengan ibu-ibu yang lain.
Ibu disini sangat jauh berbeda dengan ibu di kampung lamaku. Mereka bisa menghargai satu sama lain, meskipun ada salah satu ibu yang keadaanya sama persis denganku dulu. Tetapi mereka masih tetap baik dan juga ramah, bahkan kami semua tidak pernah memandang siapa dan seperti apa kehidupan nya.

Ku dekati ibu itu, ibu Lita namanya.
Dia mengingatkan masa laluku.
Dengan gamisnya yang sudah kumal, alas kaki yang sudah memprihatinkan dan warna jilbab yang sudah kian memudar, bahkan wajahnya yang begitu natural membuat aku teringat dengan kondisi ku sebelum ini.
Jangankan bedak mahal, bedak murah saja aku tak punya. Aku tidak memikirkan wajah ataupun penampilan, yang terpenting hanya makan dan makan.

Aku mendekat dengan sedikit ragu, aku ingin menawarkan salah satu jilbab dan baju bajuku untuknya.
Namun ada sedikit keraguan karena tidak mau membuatnya tersinggung dengan tawaran ku. Aku takut ibu Lita menganggapku sedang menghina nya.

Ternyata dugaanku salah, Ibu Lita sangat senang  mendengarnya.
Dia mengucapkan banyak terimakasih meskipun aku belum memberikan apa yang ku tawarkan itu.

Keesokan harinya, ku belikan satu stel baju gamis dan hijab baru untuk nya. Selebihnya aku berikan beberapa baju gamisku yang masih bagus untuk ibu Lita.

Ibu Lita terlihat senang menerimanya.
Allhamdulilah aku bisa berbagi hari ini.

***

*DRRRRR DRRRRR DRRRRR*

Ponselku bergetar, ada panggilan masuk dari dokter Farhan.
Hafiza sudah sangat senang melihat picture wajah dokter Farhan tampil pada panggilan vidio whatsapp.

Bukan aku yang menjawab panggilan nya, namun Hafiza yang menjawab panggilan vidio dari dokter Farhan.

📱: "Hayy ayahhhh,"

 JELMAAN SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang