JS 15 [Ibu Retno] ☑️

7.5K 294 33
                                    

"Minumlah dahulu."

Nenek itu menyodorkan satu gelas air minum, kali ini aku ragu meminumnya.

"Jangan takut, minumlah air ini, maka kamu tidak akan merasa lapar ataupun haus selama disana.
Kamu boleh membaca doa apa saja sebelum meminumnya, silahkan."

Akhirnya selepas berdoa, ku tegukan air pemberian Nenek.

"Apakah kamu sudah siap?"

"In syaa Allah, siap." Jawabku.

"Masuklah ke dalam lorong itu kembali."

Kakek Tohir menunjukan sebuah lorong yang tiba-tiba ada di dekatnya, lorong itu lah yang membawaku sampai kemari.

"Berhati-hatilah, jangan lupa selalu minta perlindungan kepada Tuhanmu."

Ku dengar pesan Nenek dan kakek Tohir dengan suara yang samar, karena aku sudah jauh terseret ke dalam lorong hitam.
Perjalanan yang panjang, takutku seakan hilang, di sini aku memikirkan Hafiza, Dani dan kedua orangtuaku, bagaimana jika mereka mencariku?

"Aku juga rindu dengan keluargaku di rumah ya ya Allah."

°°°°

Setelah beberapa lama akhirnya lorong itu berhenti, membawaku ke sebuah pedesaan yang tak asing, jelas sekali ini adalah desa lamaku. Dimana aku juga bertempat tinggal di rumah itu dengan mas Yadi.
Namun keadaaan di masalalu sangat berbeda dengan sekarang, karena disana banyak sekali rumah-rumah mewah di dalamnya, hanya saja rumahku masih sederhana seperti sekarang ini, tidak ada perubahan sama sekali.

"Tapi, bagaimana mungkin di masalalu semua rumah sudah sebagus ini?" Pikirku.

"Apakah mereka memang kaya raya?"

Aku terus berjalan mendekati rumahku, itulah rumah ibu Retno.
Jadi selama ini aku tinggal di tanah yang sama, dimana ibu Retno itu juga tinggal?

Suasana ramai, banyak sekali orang yang sedang berlalu lalang, kendaraan sepeda motor juga banyak yang melintas, mobil banyak yang terparkir di masing-masimg rumah, sekelompok anak kecil sedang bermain satu sama lain, segerombolan orang sedang sibuk membeli sayur di tukang sayur keliling, sampai orang yang sedang berkumpul sedang bergosip mengghibahi seseorang. Semuanya bisa ku lihat di sini.

Dari kejauhan aku melihat seorang wanita keluar dari rumah ibu Retno.
Dia keluar sambil menutupi wajahnya dengan selendang berwarna hijau muda mililnya.

Apakah itu ibu Retno? Ibu dari mas Rey?

Setelah melihat wanita itu, orang-orang langsung mengalihkan pandangan.
Bahkan ada yang sempai meludah di depan wanita yang bar datang.

Siapa sebenarnya wanita tersebut?

Wanita itu menutup separuh wajahnya dengan selendang hijau.

Aku seperti CCTV yang bisa melihat semua aktifitas orang di desa ini. Namun mereka tidak melihat dan mengetahuiku.

"Berapa, Kang?" Tanya wanita itu.

"Satu ikat sawi dan ikan asin, 15 ribu."

Wanita itu menyodorkan uang kepada tukang sayur yang di panggil nya dengan sebutan, Kang.
Setelah membayar, wanita itu pulang dan bersegera masuk ke dalam rumah. Tetangga sekitar mulai berkumpul kembali.

"Lihat itu si Retno, jangan dekat-dekat sama dia. Sudah buruk rupa, miskin, orang tuanya juga sakit- sakitan ngga sembuh-sembuh! Penyakitnya pasti bisa menular." Hasut salah satu ibu disana.

Ternyata wanita yang menutup wajahnya dengan kain selendang itu benar Ibu Retno. Kasian sekali ibu dari mas Rey pada masa itu.

°°°°

 JELMAAN SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang