#Part70 🌑 JELMAAN SUAMIKU 🌑

3.4K 200 63
                                    

Ponselku berdering, tertera nama Dani. Aku langsung menjawab telefon darinya.

"Hallo, tantee!"

Panggilnya dari ujung sana.

"Iya, kenapa, ada apa Dan. Tante sedang menuju ke rumah," jawabku sedikit panik.

"Ada apa, apa dirumah terjadi sesuatu?" dokter Farhan bertanya ke arahku.

"Dani belum menjawab pertanyaanku."

Dokter Farhan mengambil ponsel dari tanganku secara tiba tiba.
Aku melirik ke arahnya, memang dia terlihat panik sepertiku. Dia tidak sabar menunggu jawaban dari Dani.

"Dan, Dani. Ada apa, apa ada sesuatu yang terjadi di rumah? kamu tidak kenapa kenapa kan, lalu bagaimana dengan ibumu, dia juga baik baik saja kan?!"

* menghubungkan ulang *

Astaghfirullah, sinyal tiba tiba menghilang.
Kenapa gangguan jaringan segala macam sekarang sih.

"Ah sudahlah, kita harus cepat sampai,"

"Iya, jangan lupa tetap berhati-hati." jawabku.

Dokter Farhan kembali fokus menyetir mobilnya. Meski terlihat terburu buru, namun dia tetap waspada.

**********

"Aaaaaaaaa," teriaku pindah posisi duduk ke depan.

Spontan dokter Farhan menghentikan mobilnya. "Ada apa?"

Sejak keberangkatan memang aku duduk di kursi belakang, aku sungkan jika harus duduk di depan.
Lagi pula dokter Farhan hanya menawarkanku untuk duduk bersamanya di depan, tapi tidak memaksaku.

"Ada apa," tanya dokter Farhan mengulang.

"Itu di belakang, ada kucing hitam! sepertinya kucing yang hampir saja tertabrak di jalan tadi. Aku geli dengan kucing!"

Ku tutup wajahku dengan telapak tangan. Dokter Farhan mengecek ke belakang, dan ternyata benar.
Kucing hitam itu ada di bawah kursi, meringkuk dan mengeluarkan suaranya.

"Meoongggg ... Meongggg... Meongggg.."

"Kucing yang sangat menggemaskan! tapi sayang, warnanya sedikit menakutkan. Semua bulu di badannya berwarna hitam."

"Kenapa kucing ini bisa masuk ke dalam mobil, ah entahlah! aku harus cepat sampai ke rumah."

"Maaf, kamu keluar ya! aku tidak bisa merawatmu, apalagi membawamu. Aku tidak punya makanan untukmu di dalam mobil, aku sedang terburu buru.
InsyaAllah jika kita bertemu lagi di sini, akan ku berikan makanan untukmu."

Aku membawa kucing hitam itu ke luar mobil.
Ku letakan di pinggir jalan dan kembali melanjutkan perjalanan kembali.

Sejak kejadian tadi, aku tetap duduk di depan dengan dokter Farhan.
Aku tidak berani jika harus kembali ke belakang.
Aku sangat geli dengan kucing, apalagi saat menyentuh bulu bulunya itu.

🕊🕊🕊🕊

"Daniii........ "

Teriakku dengan dokter Farhan, kami setengah berlari.

Dani masih berada di samping ibunya.

Kepalanya tertunduk, tangannya menyentuh tangan mba Ratih.
Lho kenapa Dani tidak menyahut panggilan kami?

Kami saling memandang, kenapa dengan Dani, apaaaa.............?

Kami langsung berlari dan menyentuh tubuhnya.

"Dan, Dani. Kamu kenapa!"

Kami menggoyang goyangkan Dani sambil berusaha membalikan badannya.

"Astaghfirullah! Aduhh, kalian ini kenapa. Aku tidak apa apa." jawab Dani sangat terkejut melihat tingkah laku kami berdua.

Ya Allah, ternyata Dani hanya tertidur.

"Aku menunggu kalian pulang, sampai aku tertidur." jawabnya.

"Tidak terjadi apa apa kan di rumah?" tanyaku.

"Tidak. Kenapa? apakah tante sudah menemukan informasi dan titik terang dari bapak?" Dani malah balik bertanya.

Aku terdiam, begitupun dokter Farhan.
Bukankah kami sepanik ini karena mendapat panggilan suara dari Dani lalu tiba tiba mati?

"Ketika kami masih di perjalanan menuju kemari, kamu menelfon tante kan, ada apa?" tanyaku.

"Telfon, Dani tidak menelfon sama sekali, bahkan ponsel Dani pun tidak tau dimana,"

"Ehh dimana ponselnya? aku malah baru menyadari setelah tante membicarakan ini."

Dani beranjak mencari ponselnya, dia membuka tas di meja. Mungkin saja ponselnya ada di sana.

"Ini bukannya ponsel kamu?"

Dokter Farhan mengambilnya di meja TV.

"Kok ada situ, semenjak aku pulang, aku belum memindahkan ponsel dari dalam tas kecilku."

Lalu siapa yang menelfon kami di tengah perjalanan jika bukan Dani.
Jelas sekali itu suara Dani dan nomor Dani.

"Ya Tuhan, apa lagi ini!"

***********

"Sudahlah, kita lupakan kejadian yang sudah berlalu. Semakin kita memikirkan hal yang tidak terlalu penting, semakin lambat kita untuk memikirkan pencarian Hafiza." Kata dokter Farhan.

"Iya, benar apa katanya!" batinku.

"Untuk saat ini, bagaimana jika kita membuat poster di pinggir jalan. Siapa tau ada salah satu orang yang melihat keberadaan Hafiza." Dani berpendapat.

"Selain itu, laporkan ke polisi tentang hilangnya Hafiza setelah 24 jam." tambahku.

"Oke, kita akan mencari jalan terbaik.
Aku akan membuat poster dan segera melapor ke kantor polisi.
Setelah itu, aku akan menanyakan masalah ini kepada bapak kyai Anjas."

"Sifa, besok maukah kamu membantuku?"

"Pasti!" jawabku.

**********

Hari sudah semakin sore, mungkin sebentar lagi menjelang malam.

Sebenarnya aku tidak tega jika harus pulang, meninggalkan mereka disini, tapi bagaimana jika nanti Abu membutuhkanku di rumah. Dia juga membutuhkanku.
Sakit dikepalanya sering terjadi, sehingga aku harus lebih waspada dan selalu di dekatnya.

Akhirnya aku pamit untuk pulang ke rumah dengan berat hati.

"Maaf ya, aku tidak bisa tetap disini, aku harus pulang. Besok pagi pagi sekali aku akan kesini lagi.
Dani, jaga ibumu ya. Kita berusaha besok bersama sama, sekarang kita fokus berdoa dulu untuk keselamatan Hafiza.
Tentunya untuk ibumu juga, semoga dia bisa lebih tenang dan sabar menerima kenyataan yang Tuhan ujikan padanya. Berikan semangat ketika ibumu bangun nanti. Kita pasti bisa menemukan Hafiza, percayalah!"

Itulah kata kata dokter Farhan sebelum pulang kerumah nya.

"Sifa, jika ada sesuatu. Telfon saja aku!"

"Iya" jawabku.

"Mana bisa, nomorku saja masih di blokir." aku hanya bisa membatin.

Bersambung*****

Bagaimana untuk part ini?
Akankah dengan usaha Farhan, Dani, dan Sifa berhasil?

Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca ya😊🤗

 JELMAAN SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang